Langsung ke konten utama

Desktop Versi 02

Work & Art Great Island Minds

Storytelling Comic

Cari Blog Ini

Halaman

  • Home
Lainnya…

Republiksinium Pages

Entri yang Diunggulkan

m-f490u23 -v329eub-239ube

April 02, 2023
Ganja Ramalium   :I: :O: :S:
  • Dapatkan link
  • Facebook
  • X
  • Pinterest
  • Email
  • Aplikasi Lainnya
Posting Komentar

Sekutu Lencana Vietnam 1983 (slv 1985)




Dalam besok kau temukan irama bila juri-jurinya sebanyak luas bidang apa apakah gala abstraksinium rasanya..,

Diluar rumah apakah cuaca dari melintangnya fungsi wawasan fisik sedang berbaik hati pada molukularsinium kemarin, banyaknya korban dari pandemi ini atau musibah sedang coba cuma di tinggalkan

 

 

Mahesa Bayu Suryosubroto

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NAMA PENGARANG

Mahesa Bayu Suryosubroto

 

 

Delegasi Putaran Sosial SLV 1983

 

JUDUL BUKU

RAMALIUM

 

 

Kubu Rasa Takut | orbitalsinium Email:

baraspektrum@gmail.com

https://suryosubroto-art.blogspot.com/

 

Tetes Air Terus Tempuh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Delegasi Paragraf Kematian

Pengatar Cerita Naskah. 6

SLV 1983. 7

Tetes sebuah seberang. 7

Hari artinya ajaib. 9

Berdirinya dia. 10

Hukum validasinium keadilan berputar. 11

Tahun 1985. 12

Lewati bagaimana. 13

Subur Rumput Di luar. 14

Tetes Sebuah Seberang. 16

Kematian sebuah Prodigy. 16

Langit Hatinya Solariumist. 19

Janji Rumput Di luar Ingat. 24

Limbo Kemarin Berperang Tambah Berapa. 26

Cacat Jiwaku. 33

Karakter di Balik Kamar Gelap. 36

Di Balik Lampiran Proposal KBRI 39

Telegram dari Saigon. 41

Hidangan di Kantor. 42

Istrinya. 43

Markas TNI AL. 47

Shinta Cerewet. 49

Ibukota Vietnam.. 50

Markas Saigon. 51

Menjadi Tawanan Petani 56

Karantina Toni 57

Memonopoli Pesta. 59

Penghianat Tahun 80an. 60

Ciuman di Saigon. 63

Kabur. 65

Kendali Pikiran. 66

Sebelum Mati, Aku Mengaku gila. 67

Toni di Samping Jurnal 70

Penyelam Kolektor Harta Laut. 72

Berangkas arsip. 76

Penyelidikan Cakra. 77

Diskotik. 79

Labotorium Polisi 80

Terjebak diperhatikan orang lain. 88

Patah Hatimu Roy. 89

Rekomendasi Lencana Agus. 91

Dendam Lista. 96

Penonton Drag Race. 98

Pesawat Pribadi 105

Bartender Teman Cakra. 106

Karantina Tetesan Musibah. 109

 

 

 

 

 

Kemarin Memorium Historium Saksi Hidupnya

 


 

 

“Suharto of Memorium Great Leader arrive yesterday..., if tommorow would be different as if no agresioncinium what civil mistake..”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Versi Smartphone Baca Di Google Play

 

 

Pengatar Cerita Naskah

Sekutu Lencana Vietnam

 

Mahesa Bayu Suryosubroto

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SLV 1983

 

Tetes sebuah seberang

Delegasi putaran sosialist

 

apakah orangtuaku kehilangan siapa dirinya, apakah kamu ayah gagal mencari humor arti menjadi ayah. apakah aku...

mengerti pura-pura apakah yang aku tempuh agar untuk mudah memahami masa lalu kamu ayah. . ., sebab 

"?apakah"

Aku ingin bangkit masuk dalam lingkaran hidupku sendiri namun apakah kau atau kamu ayah sebab paham mengapa aku empatikan apakah sejarahmu...

tersesat rasanya lingkaran hidupku tiada pasti maksud takdir.., namun utuh aku tidak bisa jatuhkan putaran alur arti darah dari warisanmu menjadi manusia

Dia historium misterius yang juga mengalir darahmu lalu kau putaran sebab? Maka aku mengapa lingkaran hidupmu yang artinya kusalahkan apapun "Dia" plotium-plot Gendong masihnya putaran kemarin sampai kini yang sama..,

aku bersabar bertahan sebab mengapa akhirnya kusimpulkan kau tidak sedang "sengaja" kamu sebab ayah humor mayat hidup di depanku...

Lalu manusia ? saat masih lalu masih penderitaan..,

Lalu dari jadi sebab ketika aku adalah terpaksa merasa dari peran sebab sebuah seberang.., dari dia hilang dari peran kamu ayahmu dari dia ketika Historium ayahmu atau belum lihat aku siapa kakek belum arti ajaib ia beruntung bagai kamu ayah apakah objektif ceritaku ialah terangkan sebuah keberuntungan.

Cerita siapakah Kakek mengapa kau seperti meratapinya untuk di sembunyikan.., siapakah aku atau siapakah aku indonesia.

kau tahu prasangkaku bisa lahirkan segala wawasan salah dari akhirnya apakah.

Sembunyi misteri apakah, siapakah aku dari akhirnya sebab.., putaran rasa cinta apakah yang kau ratapi.., ketika aku bukan manusia yang utuh pahami itulah apa jika di harapkan.

Waktu memang jatuh terlambat, buruknya aku menjadi teman kepada kamu ayahku. Berperan waktu apalagikah jika itulah peran kamu ayah.., jatuhnya saat aku, jatuhnya saat kamu, waktu yang di sembunyikan alam ini, kepada Peranan kau belum lihat meratapi aku buruk.

Kecewaku masih jalan panjang yang selam di permukaan..,

dalam kecewaku dari rasanya semakin selam semakin cacat jiwa jika hari.., apapun mendayungnya peran mencoba mengapa ini adalah penderitaan ultimatum lewat seberang patah hati bukan berarti lebih apakah kamu ayah kulihat tapi ibu apakah belum peran apa lupa air tetes sebuah seberang.

Perannya sepuh tua humornya terlambat aku siaga sembunyikan penderitaan membuatku rapuh bertengkar, jiwaku mensalahkan lewati masih wawasan  hancur pengertian sebab bagaimana kamu ayah gagal mencari humornya penawar musibah.

Rapuh bertengkar belum cukup cuma hanya halaman sederhana merasa gagalnya siapakah aku selidiki sebab bayang-bayang kisah adegan pembunuhan bayangan tersebut belum utuh bias kusalahkan orang tua sesalkan apa apakah. Maka seandainya wawasanku ada  lewat apakah biasa di seberang rapuh ini jadi kuat tanpa cacat jiwa juga pada umumnya keluar lingkaran penderitaan sebab.

Penderitaan kapan sembuh salahnya kusalahkan mengapa salah jatuh kusalahkan masih kamu di kejar putaran salah sebuahnya jatuh penawar bila alur prasangka ini wawasan tambah tumbuh salah lingkaran saat ketika kamu ayah padahal.., melihat indonesia lahir. 

 

 

Hari artinya ajaib

Air dari historium 

Tetes Sebuah Seberang.., satu walaupun putaran telah jutaan tahun berlalu, satu ialah saat peran menjadi aku, satu saat sebuah , satu jadi inilah Tetes sebuah seberang.

Dengar musibah belum di dengar belumnya Ia di halaman itu dari dengan ada yang di perhatikan dari indah apakah pagi?  satu seberang di dengar satu dia diperhatikan  apakah baru dengar ia ialah satu apalagi beda apakah dia dengar.

Adegan Tetes Sebuah Seberang, menjadi penawar dari satu terangnya fajar, satu panggung alam apakah cahaya menari di darat beda dari setiap satu bilantara hari yangdengar musibah belum di dengar belumnya tersedia mensambut ia walaupun seekor burung mendengar dalam sebuah halaman. Walaupun jauh sungainya.., Walaupun Jauh sematanya historium ini bukannya satu waktu aku dengar air tetes sebuah seberang.

Aku satu Bayangan, di apakah apa yang di lewatkan satu, dia satu sepuh historiumnya ketika tetes ketika tidak sembunyi.., inilah dia yang lebih mudah kutempuh bayangkan siapa? ingat aku satu bila seolah angka, sebuah.

Dengan satu sebuah, satu masih satu sebuah dia berlari sama, satu dalam rumahnya petani, jika pagar halamannya berdiri tumbuh tanaman, dari sebuah pagar dari sembunyi di sebuah seberang waktu.  Berapanya pada umum tumbuh itulah hijau banyaknya subur sama dengan pagar daun atau samakah satu dengan rumahnya sebuah di balik ketika waktu. Air Tetes terus Tempuh sebab bayangan itulah transparan di atas daun ajaib indahnya sihir para penghunidengar musibah belum di dengar belumnya. aku tahu wawasan bersembunyi wawasan apakah satu bersembunyi dan kau duga tahu lebih dari satu bersembunyi pagi itu di dengar sihir dekat daun seekor burung.

Air tetes sebuah seberang, siapakah pergi keluar dari suara-suara burung di pagi hari, Air tetes terus tempuh bayanganku dia suharto siapakah presiden dari tumbuh daun-daun pagar itu, dimana apakah satu lingkaran hidup terus air tetesnya terus tempuh satu bayangan dirinya ingin merasa baik. Apakah dia merasa benar mengisi ruangan isi hatinya diisi walaupun kosong peran berangkat akan menjadi TKR.., apakah kosong arti di dengar belum niat jadi ketika keluar pandangan peran sebuah keputusan maka dia pergi apakah ke jogja di seberang setelah kraton Dari dimana sawahnya berangkat siapa ayahnya presiden suharto mengolah tanah untuk sawah dekat air tetes terus tempuh, bila sebuah hari artinya ajaib.

Berdirinya dia

Lewatnya waktu

Aku ingin bangkit masuk dalam lingkaran hidupku sendiri namun

apakah orangtuaku kehilangan siapa dirinya, apakah kamu ayah gagal mencari humor arti menjadi ayah. apakah aku...

mengerti pura-pura apakah yang aku tempuh agar untuk mudah memahami masa lalu kamu ayah. . ., sebab  "?apakah hanya ibu yang gagal menjawabnya"

aku bagainya repal tangan gendongmu "air" yang mustahilMengapa berhenti Lepasnya kau ikat wawasanku musibah di misteri jatuh untukku     

Air Tetes Terus Tempuh Lewatnya waktu apapun alam ajaib ini yang kuyakini maka sepenggal seberangnya ialah cacat jiwaku.., mengapa aku yakin melihat sebab, dimana berdirinya dia.., ibuku.

Sementara belum benar kuselidiki namun lewatnya waktu..

Pembunuhnya Sepuh Umur Lewatnya Waktu, Jatuh Air Pesona dalam Keluargaku dari bencinya aku melihat Ulang Bayangan Ibuku mungkin kaget mendengar kesaksian pembunuh adiknya itu, menceritakan hal yang melewatkan ruangan kosong dimana kriteria peran Pembunuh kucurigai mengapa di validasikan hakim ketua? Aku tahu ayahku telah menjadi lewatnya waktu.., peran gagal yang dimiliki lewat lalu apakah pernah kutunjuk kamu ayah gagal menjadi orang tua.Juga Ibu dia seorang apakah lewatnya waktu sebuah seberang di luar peran asuhnya kepadaku menjadi ibu terlalu sibuk menjadi penyidik.Artinya Apakah Arti

lewatnya waktu di ratapi arti validasi sebuah seberang apakah yang di lewatkan hakim ketua atau siapa memberi keputusan adil belum masih kriteria.Juridifikasi lokal apakah peran saat itu keadilan berputar.

  

   

Hukum validasinium keadilan berputar

Lokal Juridifikasi

Jatuh Peran,  Mayat Hidup,  Jatuh aku,  jatuh matahari,  jatuh warisan, jatuh rasa,  jatuh peran, jatuh jembatan hidup semua,  jatuh Juridifikasi, aku tidak bisa jatuhkan putaran alur arti darah dari warisanmu

Hidup alurnya struktur darah apakah beri kriteria benar jatuh aku? Validasi rasanya hukum alam lewati-lewat peran aku beruntung. Organ Anatomi tubuh ini wariskan, fungsi lokal sebuah jantung, pustaka apakah jatungku bermimpi,

Jatuh Peran, Mayat Hidup, Jatuh aku,mimpi artinya.., mimpi takutnya.., mimpi fungsinya.., putaran hukum alam mimpi beri peran apakah aku.Mimpi jebak..,ajaib jebak.., waktu jebak, takdir jebak,mimpi beri peran apakah aku...., musibah jebak, terakhir beri waktu sebentar apa apakah misteri jebak, hidupku.

Jadi Raksasa pustaka apakah jatungku bermimpi, Baru mimpi lalu belum jatuh gelap, Pasir matahari sepenggal pencerahan beri lihat jatuh peran terang tiap butir pergi butirnya cerah dekati jantungku terang dalam gelap permukaannya didatangi seberang jantungku bermimpi.Pasir matahari di tiup butirnya walaupun jutaan beruntung waktu tempuhnya gelap jantungku, terus pustaka  belum tempuh belum lalu beri kemarin belum apakah warisan kuterima diriku sendiri.Loncat Berlari supersonic tapi masih belum sihir butir ajaib cahaya mengapa matahari belum warisakan kriteria selamanya pada jiwaku..,  

belum kau sempurnakan hidupku.. belum berlari untuk kemarin..,Lokal Juridifikasi..,Musibah mengapa perihnya paksa "???"

 Perihnya sebatangkara Masih Berdiri.., perihnya aku masih padahal tahu seolah apakah benar bersih Nama Presiden Suharto, ingin juridifikasi hati selidiki sebelum pasir matahari seolah apakah benar tahun 1985, kulihat sama dengan jumlah rinci adegan valiadasi benarnya ketika apakah di saat ini halusinasi bukan validasi sebuah seberang masa lalu yang di balik raksasa misteri."Butir.., tiba pecah" jangan Mimpi biar validasi Juridifikasi.., kemarin atau hari ini aku berlari masih berlari seolah raksasa juridifikasi waktu menjaga. Aku tahu dimalam itu sebuah saja bila benar tanpa bilantara adegan scenario lain. Sesungguhnya Dice adiknya ibu yang di bunuh itu apakah bukan mustahil masih pasti mustahil tidak meminta keseberang siapa tommy suharto bila kriteria Dia belum apa apakah santun.., kubayangkan dia meminta ijin kepada temannya siapa mba tutut bila dari akomodasi bisnis, ketika agenda dari misteri apakah komposisinya ialah apa yang di tempuh "tommy suharto" sampai dari peta denahnya wawasan apakah kuanggap mengapa presiden suharto atau keluarga suharto di plot dari "agresinium akomodasi"    

 

Tahun 1985

Agresinium akomodasi

Agresinium Akomodasi bilantara lewat denah upaya anda mengikuti.., tahun 1985 ada ketegangan yang membuat semua cerita menarik dari simpulnya tahun 1997 di simpulkan suharto korupsi.., bahkan tidak selesai misteri masalah siapa suharto sebagai presiden lalu dia wafat dengan kejadian misteri lain yang secara supersonic wawasannya  ialah kriteria kemarin yang "abstraksinium" dan itu nodanya di masyarakat terlalu cepat mensimpulkan masalah tanpa memberikan keterangan supersonic jatuhnya "The building blok" siapakah indonesia sebab nyata utuh ratanya kiamat ialah di mulai dari ketika ada arsitek iri pada "tante dice" kerja sebagai karyawannya "Tuan atau bapak, Tommy suharto".

 "Mba permisi mau minta ijin nih tentang suami saya" aku membayangkan Tante dice setelah sebuah seberang kemarin malam suaminya minta rezeki bila mustahil.

"mau pulang jeng" dice di malam hari bila makan malam di rumah cendana bila di undang kumpul akomodasi bisnis wancana ibu tien suharto

 "bukan Mba!!?!! Cuma mau ngobrol di seberang sama mas tommy, tentang akomodasi bisnis mas tommy ituloh jeng tentangsuami saya Arsitek...,ingin kemarin gabung peran ikut-ikut bantuin kerja lewat shere wawasan, tapi minta ijin dulu sama mba tutut" Dice di panggil gabung malamnya untuk nongkrong rekan atau keluarga dengan daster dan sandal slip meminta ijin sebelum musibah masa depan di bangunkan. 

     

   

 

Lewati bagaimana

Kabut misteri mimpi 

Masih aku lewati kabut.., "Berjuang arti keluarga" apa apakah dari Misteri masih  "takut kehilangan arti" Empat puluh tahun tentang berdiri tempuh lewati bagaimana? 

Di belakang takut masih lewat.., masih aku apa apakah lewat kabut masa lalu, lewati bagaimana halaman di belakang tulang punggung misteri dari bisikan apakah yang telah aku, mereka atau kita lewatkan.

Kematiannya kemarin adiknya ibuku ialah 'juridifikasi supernatural' dari alam semesta dimana misterinya masih apa apakah utuh.

Apa apakah utuh aku sedang bertengkar dari pustaka wawasan diri sendiri memahami kematian kemarin dengan kematianku sendiri dalam bila naturalisme wajar pada umumnya.

Tempuh kabut misteri mimpi, seolah juridifikasi supernatural.., Tapi kemudian penyelidikan alam semesta ini bagaikan sebuah platform dari alam semesta mensiapkan waktu sebelum kita mati.

Dari alam Kematian ibuku atau adiknya atau ayahku, mereka atau kamu memikirkan di luar batas solarium bagai ada surga dimana mengapa putaran hidup kalian kapanpun itu merasa patah hati sebab dunia terus tempuh mangsanya paksa kalian masuk sisi gelap sebuah putaran ulang rasa sedih.

Sedangkan aku bagaimana kemarin bagaimana percaya surga itu apakah ada..,

Aku tidak mau menunggu kemarin untuk kedamaian hatiku masalahku lebih dari apakah pesan mereka intinya aku ingin tidak beragama atau memilih non religus walaupun pada umumnya kalian memilih percaya atau yakin setelah kematian ada Juridifikasi supernatural saat keterangannya putaran sama ulang saat Kabut Mimpi Misteri sampai Di Luar Batas Solarium.

 

 

Subur Rumput Di luar

Juridifikasi Supernatural

 

                  “Siapakah Raja Mataram Berani Sandingnya Lembut Matahari Raksasa Selamanya waktu Terang”

 

Dari Kuduga Tapi apakah Alur kemarin historiumsinium yang kumaksud ini  Changi Kemudiannya Tara Musibah Kemarinnya Gunung Buatan Manusia

 

        Aku tidak pada umumnya, aku lihat matahari itu dari mimpi bawa takdirnya beraninya spektrum warna bilantara sandingkan matahari rana keterangan seolah dalam mimpi matahari itu bagai tongkat membara di ujungnya ajaib adalah cahaya yang melihat warisan siapakah aku dalam gelap mimpi diterangkan aku untuk tunduk kepada "raksasa" sebab apapun apa rasa betapa sulitnya

 

 

Dia Sungguh sebagai sepuh dari aku sungguh masih bertanya sebab sebagai Legenda Pewaris Mataram yang Berani bila dia ingin ajaib kabulkan inginku.

 

 

Maka arogansi berikutnya ialah misteri dermawan siapa sepuh, dia raja bertengkar dan dia pemilik pulau jawa yang di lupakan sebab generasi berikutnya mereka para raja mataram, yang dari wawasan delegasi sosial "kami Keluarga" terhampas

 

 

satu kata nama ajaibnya menjadi penjaga rumah kraton mataram. Sesaat

sejarah sebelum jepang menyerang aku yakin akomodasi dari amsterdam

mereka raja yang masih di hormati amsterdam, dari akomodasi bisnis bila "1 rupiah"

 

 

terjaga maka sesungguhnya "kami Keluarga" berbeda dengan "Delegasi sosialist" jika "dermawan salah prospektus" Dari Amsterdam dari tidak mungkin tidak lewat romantisnya setuju kereta itu ialah ,1rupiah.., Jadi ketika bagai seolah warnanya Matahari ialah akomodasi "yolkyakarta"

untuk Masih sesungguhnya Pulau yang dulu di datangi kakek kami membawa raksasa,

 

dari siapakah kami pewaris dengan Raksasa yang kini menjadi debu bertengkar demi lahirnya agung hanya satu.

Maka itu di rahasiakan dari makam para raja mataram, namun aku harus tahu putaran tempuh mengapa jepang yang mentiadakan seluruh wawasan akomodasi dari sepuh siapakah bila benar hamengku bowno pertama  memiliki akhirnya tempuh siapakah akhirnya diantara raja itu memiliki anak bernama RadenArjono Sindusubroto Maka Sepuh walaupun bukan petarung bagai runtuhnya Majapahit... kami adalah Mataram dan aku ingin subur rumput di luar bagai nikmat ganja seolah humor Jupiter ialah telah tempuh evolusinya sebuah plenetarium.

Bila Jupitersiniuim lahir di jaman yang kuduga, bila air putarannya tempuh Juridifikasi supernatural masih mengingat namaku sesungguhnya walaupun terlambat ingin langsung tanpa penyelidikan memahami Dr Suryanto Sindusubroto, dan mengapa ada yang salah seolah Rumput di luar tumbuh berbeda?

Kamu ayah yang telah memberi nama Mahesa Bayu Suryosubroto untuk terlanjur musibah sebab “air tetes terus tempuh” waktunya untuk sebuah kematian namun di seberang detik Juridifikasi Supernatural.  Dari detik apa apakah Yogyakarta lalu yolkyakarta dari historium  rumput di luar.

“seandainya Ganja” bila kau dengar rumputpun tertawa setelah kambing guling. Bagai dapur masa kecilku.

Kamu adalah kuning telur, lalu kamu adalah akomodasi, lalu tetapi kamu juga juridifikasi sebuah putaran tempuh sebuah peluang aku tahu aku lahir untuk masa depan, namun itulah patah hatinya dari kereta atau Rumput di luar dekat ayam liar dalam hutan sewaktu kematiannya historium dari juri akomodasi aku bermain maka yog adalah yolk putarannya halaman sederhana

 

 

 

Tetes Sebuah Seberang

 

Kematian sebuah Prodigy

Jatuh Diatas Langit

 

Navigasi lebarnya mendayung, Dari realita aku di sebuah seberang dari apakah rasanya tinggi. Apakah Mendayung sayapnya burung albartos  bisa tidur seketika bukan jatuh diatas langit.

 

Berbeda dengan aku Tinggi Namun Jantungku mendayungkan alur informasi siapakah aku... darahku alur dari tetap fakta jantungku yang hidup sedangkan pikiranku mayat hidup.

 

Heroin dalam anatomi, terlalu takut tempuh rasanya mabuk dengan heroin di new zealand.., Maka aku buang di “close set” kemudian sakau.

 

Kemarin sebuah seberang sebuah waktu, tetes darahku ialah informasinya bukti jantungku di jakarta.., Kampung bali dekat dimana itu Jalan Sudirman.

 

Rasanya artistik apa apakah itu abstraksinium empatiku menjadi dan aku ingin hilangkan rasa takut dari bagaimana mekanisme seluruh informasi dalam vena nadi pada molukularsinium menjadikan darahku tetes sebuah bekas arti dimana rasanya darah yang asin kujilat itu memang najis terasa pahit.

 

Kemarin kusembunyikan cerita diskografi seorang Dj dengan musiknya dari akhirnya tinggi jantungku hanya ingin lagu prodigy saat itu atau ingin jadi bagian dari seolah ganja padahal tetap opium.

 

Kematian sebuah Prodigy, kau katakan itu ini ilmiah namun apakah indonesianya di luar batas halaman ketika saat historium setelah mimpi kematianku kalian membaca melihat ini ialah musibah.

 

Ibuku lahir dari keluarga bangsawan dimana masih apa apakah alurnya ialah Majapahit,  lalu ayahku atau kamu ayah aku yakin aku berdiri sebelum kemarin mataram bila changi akhirnya ialah juridifikasi Validasi Bila memang Changi masih ayah dari semua raja Mataram.

 

Maka Kunamakan dia Agar Lestari dari kekasihnya siapakah Changi Di seberang Sungai Sindu di Mana kemarin Garuda membantu. Anakku Siapakah kriterianya beruntung menjadi Pewaris Sindusubroto.

 

Aku tahu aku bukan siapa-siapa, namun setiap rasa heroin yang bukan pada umumnya rasa jarum dari suntikan dokter umum memberi vaksin bila validasinya mensihir seluruh pasen maka mereka belum benar paham wawasan dokter.

 

 

Sebuah suntikan Cuma hanya pada umumnya rasa vitamin C namun liquid lalu apakah kemarin presiden suharto di lihat anaknya sebelum dia pergi dalam Kematiannya salah paham apa sementara seolah sekutu apa apakah artinya di hianati artinya kemarin tingginya status masih putaran salah padahal dulu historium ragam juga apa apakah sekutu lencana Amerika berkhianat.

 

Apakah wawasan semua SLA atau Sekutu Lencana Amerika ialah wawasan yang artinya tidak bisa di harapkan setelah Delegasi Indonesia ke sebuah seberang Sekutu Lencana Vietnam.

 

Seolah Kematian Indonesia bangsa yang salah masih seperti Kematian ketika seolah ajal seorang manusia roamantis Ceritanya namun arti akhirnya jantung rindu pada seorang kekasih siapa dia orang jawa yang polos itu dianggap kutukan bangsa. Kemarin Bahkan sebelum Mataram seolah tidak di rindukan dermawan akomodasinya bertutur kata pada kaum amsterdam setelah 1 rupiah.

 

Aku tidak tahu jarum apa yang bagai bertambahnya jarumku setiap hari. Aku tahu suharto seperti kakaknya ayahku sebab TKR.

 

Aku tahu hampir semua mereka yang masih lihat sepuh siapa kalian memiliki sepuhnya cerita manis dari hampir kemarin jadinya putaran masa lalu percaya di seberang apakah lelaki melihat wanita berdiri hanya punya halaman sederhana untuk melayani.

 

Aku tahu suharto sebagai presiden bukan manusia siapa dia tidak kubayangkan ayahku mengapa tidak memiliki istri kedua. Padahal Ibuku hampir belum paham fungsinya atau belum paham dari simpulnya aku melihat seluruh kejadian prospektus musibah ini.

 

Dari prospektus prospektrum sampai prospektrium maka sihir prospektusiniumnya mayat hidupku ini memang patah hati.

Di seberang sebuah hidupnya aku memakai heroin, memang ialah rasa dari sisi hampa yang salah paham dari akomodasi terhormat seorang ibu.

 

Masih berani aku kepada ibuku dari kemarin historium mengatakan dia ibu yang brengsek sebab meninggalkan anaknya, sebab waktu putaran dari dia mencintai Dice sebab dari empati hingga merasa memiliki. Beda dengan dugaku ia..,

 

Kemarin dari masih sembilan bulan ia merasa haknya aku jadi anak.., padahal dari saat musibah aku berumur lima tahun telah tempuh umur lima tahun kecewa patah hati yang hampa.

 

Aku tahu hampa ini bergerak sejak maksudnya dia tidak sengaja mendorongku hingga takut.., walaupun ia sengaja telah mendorongku kecewa pada putaran gelap selamanya kematian, kecewa patah hati pada kriteria karakter itu.

 

Melihat karakter kriteria dari musibah ibu merintih sebab adiknya di bunuh ialah fungsi air tetes tempuh empatinya tumbuh menjadi apa apakah dia bergerak pergi meninggalkan belum mengendong aku kecuali heroin lalu dia kaget dan kamu ayah yang sebab humornya mengapa terlambat memotong anakmu sendiri bagai bebasnya mensembelih akhirnya jadi kambing guling seekor itu.

 

Kamu ayah humornya yang padahal bisa melihat dia sembilan bulan indah bulan madumu, seperti semalam kemarin sebelum aku tidak sengaja di dorong beliau yang brengsek senang menjadi ditektif namun kalah menyelidiki arti diseberang kebenaran.

 

Kalian berdua masih kukutuk sebab, dari masih bila halusinasi kalian hidup..,

 

Kalian berdua bila kemarin mati berdampingan di kubur dalam komposisi  Nisan dimana kematian dengan nama seberang kriteria alur dari humornya aku bukan pewaris nama warisan objektif dari binti bagaimana siapa aku berwawasan akhirnya bagai sampai seolah pasir matahari tiba di bumi tanpa bagaimana kalian lahirkan aku di kutuk alam. Maka kalian orang tua yang brengsek.

 

Hampa Jatuh dari Langit itulah rasanya patah hatiku.., seharusnya seperti pada umumnya lelaki dari siapakah kamu ayah polos sebagai  dokter bedah atau siapakah kamu ibu yang berani menjadi penyidik payah walaupun jadi pengacara dari akomodasi agenda musibah itu.

 

 

 

Langit Hatinya Solariumist

Undangan Bumi lahirnya delegasi

 

Kertas Sakaral apa, kertas sakral utuh nodanya dari hitam aku siapa? takdir nyata putaran itu ini darah najis.

 

Darah Najis mendayung alir waris darah harusnya hormat mereka pada apa adat siapa aku dari seberang kemarin waktu lewatnya. Kertas putih dan Hitam tinta bukan fungsi darah najis festival jantungku hidup sebab organ bagai seolah melintang mendayung jatuh dari langit bintang kejora seekor dengan ilusi seolah pasir matahari itu ada di sebuah  terus tempuh seberang putaran apakah kusebut bintang-bintang disana. Itu ini matahari lalu lewat seekor kejora mengapa?

 

Belum bunuh jarum festival jantungku masih senang takut kematian sebuah akhirnya lestari hidup sebuah seberang gaya laganya di luar setelah rumput tumbuh subur rumput masih di seberang belum masih puas jarum menghentikan metabolisme fungsi sel Mayat hidup ini beragresi tentang fantasi terliar.

 

Juri juri melihat aku berlari laga, dari di luar batas solarium di sebuah gala planet dimana di seberang kebun itu adalah rasa takut saat sepasang Anjing haus air tetes najisnya aku..,  takut,  jika itu ini nafas terakhirku di antara mahluk-mahluk tambah tumbuh pohon lestarinya rasa takutku dalam sebuah hutan di seberang vietnam.

 

Kemarin aku ingat dalam dinding molukularsinium sel darahku artinya fungsi organ jantungku berdansa menari ringkas enerjik kekuatan wawasan atas rasa penasaran namun tiba tiba hampa tinggi jatuh dari langit. Sadarku berlari dalam hutan setelah kabur dari tahanan dalam vietnam menunggu aku diseberang bergerak lari di tunggu para juri menjadi apa artinya nilai hidupku.

 

Gala-gala itu ini luas, masih di kejar takut di tangkap najisnya air anjing jika sampai di tubuhku. Aku belum patah hati takut tapi sesaat itu aku berani lari untuk hari ini. Tapi jika sedetik saja lihat itu ini ialah  sadarku membenci rasa lestari bilantaranya. Setiap hutan tambah tumbuh takut aku merasa kemarin jarum heroin adalah kemarin apakah sebab arti membuat sepasang anjing ini ialah halusinasi dagingku bagian dari gradasi air tetes binatang berkaki empat yang sepasang di perbatasan sebelum vietnam. Gala-gala air tetes belum rasa kematian berdiri sejak dari halaman dimulainya aku kabur lalu kaget sepasang lewat galaknya aku takut, belum aku ingin loncat mimpi halusinasi ilusi itu ini langkah seandainya kubayangkan dari awal bisa kubayangkan halusinasi mereka anjing sepasang yang bersembunyi membuat tiap patah hati takutku jadi tambah kecewa, aku siaga tahu langkah-langkah daruratku loncat seolah di sebelah aku di sembunyikan dari jebakan jenderal bertengkar perang vietnam aku loncat dari abstraksiniumnya ingin langsung bukan jauh apa apakah itu ruangan kaburku di sebelah vietnam. Takut nafas terakhirku berharap bila saja dilema tetes sebuah hidup seberang sebuah kematian hari itu ini jarum.

 

Aku berlari .., aku berlari.., masih berlari..., terus berlari..., biarkan berlari.., masih jatuh.., disebelah jatuh.., tambah berlari..., haus berlari.., takut jatuh.., lewat lari.., tempuh jatuh.., bawa berlari.., tubuhku jatuh.., apa jantungku.., itu ini berlari.

 

Jatuh di sebelah dimana aku takut sepasang ekor sisanya paru-paru ini ingin jarum heroin sebab lelah berlari. Di belakang pikiranku kemarin jarum membuatku bermimpi. Gala-gala bila dimana hutan lewat melintas ingin jarum tiba dengan heroin masih sepasang anjing kejar aku tambah putaran itu ini keluar dari kamar itu. Aku kaget di kejar sepasang anjing lalu lewat kebun mereka lestarikan bunga buah opium dimasak di rumah itu.

 

Terpontang-panting halusinasiku mendayung ingin hidup mengapa tidak di dalam ruangan yang sembunyikan aku saja. Padahal itu heroin dari sebab jatungku adalah festival berdetum jurinya mempompa nilai kriteria siapakah aku?

 

Aku berlari loncat padahal dimana jatuh loncat saja masih cuma cukup ingin di sebelah itu ialah dekat dengan halaman aman delegasi  sosial vietnam, siapakah aku untuk “mereka” siaga seberuntung takut siapa aku berdua dengan heru.

 

Di kejar siapa berdua masih sepasang ekor setan terus takut darahku pompa jantung meledak bara panas paru-paru takut sakitnya hipertensi tekanan darahku ini menjadi berpacu gala jurinya menunggu anjing itu apakah akhirnya berakhir aku aman di jaga belum habis di gigit terluka dari beruntungnya kemarin jarum heroin ialah durjana siksaan mereka.

 

Aku kaget paru-paruku meledak putaran sakral lewat belum dimakan sepasang anjing masih berlari terus tempuh dalamnya hutan dari gelap pagi hampir terang seperti terangnya terbangun sadar udara pagi itu ini rasanya bisa tenang paru-paru sebab seolah beristirahat bila fungsi anatomiku sedang berlari kemarin masih overdosis sisa rasa heroin.

 

Saatnya habis buka waktu yakin aku bisa bertahan lebih kencang berlari jika sedikit lebih tambah saja rasanya fungsi langkah ini lebih tenang bila heroin rasanya memerintah program fungsi keinginan di samping metabolisme molukular sistem pegerakan mekanisme dari tiap langkah kabur takut pada nafas terakhir kematian jangan di makan anjing.         

 

Heroin Sihir aku sedetik saja overdosis maka aku yakin siaga tanpa takut, bila saja dalam hutan berlari dari bertanya juri durjana jenderal yang tangkap aku dari mengapa mereka ingin sebab itu inikah.., Heroin sihir aku ingin mentenangkan sel darahku pada umumnya rata mengalir di setiap takdir darurat masih berlari.

 

Sihir berlari bantu aku dengan heroin, mencari takut dalam denah hutan.

 

Bingung denah alam wawasanku bergerak, meknisme orbital gala posisi pagi yang mulai terang juga rasanya hampir mati saja juga dari kiri atau kanan langkahku dimana aku dalam denah sakit rasa merasa overdosis terasa heroin hampir sisa ampas akhir dari kepala merasa demam sebab jantungku tirani dari organ dimana pundak atau kiri jika kanan melangkah berlari. Kepalaku mulai merasa mendayung darah dalam aliran dorong terus demam.

 

Mendayung-dayung seolah demam kepala mendayung muara sebab darah di pompa jantung menjadi demam dimana orbitalsinium ialah kepala yang rasanya hampir pecah rasa tempuh pada teror di belakang suara anjing yang wajahnya belum aku lihat.

 

Jantungku akan salah fungsi pompa,  darahnya terus ingat kemarin sore jarum ketika di dalam ruangan itu ketika jarum heroin di sebelah dapur aku disembunyikan melimpah dekat kebun sebab lilin kecil itu larikan maya imajinasiku apa apakah gala kebun bunga opium itu mengapa lebih harum bagai wangi dari sesuatu yang serupa namun aku tahu diseberang wangi itu seolah ini adalah planet dari langit-langit dimana sebuah sihir heroin menjadi sebab.

 

Jantungku akan bertanya tenang fungsi mekanisme, darahnya terus tempuh wawasan ketika takut di dalam rumah kemarin dari aku kabur.

 

Dari jatuh salah sebab kutinggalkan rumah itu padahal sihir heroin bisa lebih baik sebab demam dari wangi sebab siaga diriku pada gala lestari kebun heroin itu subur dari diluar masih seolah sebab jika putaran gelap dingin dari ekor kejora ialah pasir matahari dimana di bawah langit-langit dia melihat aku delegasi sosial Indonesia yang di undang siapa sedang bermain bara sihir heroin sedang di siapkan jarumnya untuk di suntik kemarin dari jadi wangi itu ialah sebab rinduku.

 

Kebun bunga untuk tamu delegasi putaran sosial dari sebenarnya aku aman di balik ketergantungan masih jika diseberang dimana dalam hutan aku tersesat juga belum paham mengapa demam ingin ada di belakang ruangan penyiaran di dalam amannya upacara melihat siaga mereka dari planetnya pagi dalam markas saigon di seberang belajar bahasa amerika untuk sekutu lencana amerika aku berharap menemukan diriku telah terlanjur melihat di luar batas solarium tambah takdirkah aneh alam semesta jika ada rumput lain tumbuh sebab di luar sana. Sementara puing-puing terasa kanal-kanal dari sisa kemarin histroium masih aku berlari menyeberang batu-batu situs purbakala di tetangganya vietnam.

 

Wangi demam sihir heroin dimasak tiba-tiba ingat aku terpelanting dan dalam batasnya anjing itu kaget melihat aku tergelinicir seolah di bawah langit-langit rahasia sebuah dapur melipah getah hitam bunga jelas aku lihat dalam dapur itu padat di panaskan melentik ingatan di adon bagaikan formula rahasia aku terpana sihir heroin sedang di resepkan masak dari getah intensitasnya seolah kebun itu menunggu malam tenang dari bila bunga opium tumbuh untuk manusia istirahat dan tidur bersama ekor bintang kejora membawa pesan berita ada planet serupa di luar batas solarium.

 

Apakah aku seorang solariumist, telah menseberangi galaksi, menemukan idealisme arsitektur pilar seolah rumput tumbuh tetap kemarau, saat solarium di seberang bintang-bintang menemukan planet tenangnya intensitas saat putaran hitam mengadon adonan gala hasil bumi dari bunga opium ialah getah yang di densitaskan formulanya dalam mutasi molukular sesaat planet itu lebih sekedar dari  misteri dimana diriku melihat mereka ingin mensambut jantungku di persembahkan pada itu ini.., prinsipnya konflik.., sesakti apapun siapakah aku sekutu lencana vietnam dalam undangan apakah menyesal telah salah melihat situs wawasan historium objektif wangi demam sihir heroin menjadi prinsip lewat misteri indonesia mereka seolah lebih paham membela rajanya di bandingkan lemahnya indonesia dari mataram atau akomodasi amsterdam ketika belum jepang.

 

Indonesia aku adalah delegasi putaran sosial yang mencari kriteria dari terpontang panting dalam densitas seolah jantungku melihat festival adonan pekat hitam getah dari opium menjadi itulah ini apa langitnya itu ini adalah festival merayakan dia melihat aku tertidur akhirnya beda formula apa sihir heroin membuat heru temanku di introgasi dalam lentik bekas hitam getah seolah di densitas putih serbuk tumpukan sebuah gunung nikmat kusebut.

 

Sungai membawaku kemana jatuh tergelincir langkah di pagi itu biru atau awan di langit putih dan aku telah tergelincir aman beruntung masuk masuk sejuknya putaran orbital demam di kepalaku berhenti sebab sungai membuat anjing kecewa berhenti dalam suaranya yang kaget masih berteriak seolah pasir matahari tempuh pagi itu di bawah langit mendayung di bawa misteri kemana diriku tidak peduli pada wajah jenis apa anjing yang telah mengkejar aku takut.

          

 

 

 

 

Janji Rumput Di luar Ingat

Mimpi berdiri Masih kartunya

 

Kemarin sawah-sawah masih diantara hutan dimana takutku di temukan namun sejuta kemungkinan aku takut pada wajah apapun kaget anjing yang kecewa.

 

Di tepi seberang saigon siaran radio mereka masih sedang dalam siaga yang bermain kartu poker sebelum masih pasti menghitung berapa banyak pulang membawa bergeraknya kemarin gerilya bahaya merajut musibah ketika besok janji rumput di luar ingat rasanya masih hidup masih aman siaga kartu poker di dalam sebuah kriteria akomodasi bisnis kaum sosialis para pustaka pemilik bisnis di kota di balik belum di serang jebol sampai takut bermimpi.

 

Kemarin sawah-sawah terakhir suara pagi menjadi malam dimana aku ditemukan lalu tempuh kembali dari rumah petani siapa mereka akhirnya sungai itu membawa aku tidak sengaja di jemput jadi sekutu lencana amerika.

 

Mereka menjemputku hampir dari tempat zona prinsipnya perang. Sementara di seberang laut itu ini tahun pembina undangan berdatangan.

Perang seperti prinsipnya besok jadi tambah apakah bentuknya gelap bayang-bayang bahaya merajut musibah menunggu masih sedangkan markas saigon berduka cita tambah.

 

Aku masih mabuk melihat mereka main kartu poker sementara ada yang mabuk namun terlalu kaget dari prinsipnya konflik. Sementara itu indoensia pragawati favorit populernya di beritakan di bunuh. Bagaimana penyelidikan di indoneisa beritanya menarik perhatian, dimana kabar berita misteri pembunuhan dice seorang pragawati. Aku Mimpi berdiri beruntung masih hidup dari setelah penagkapan sementara Heru masih hilang entah kemana “???”

 

Lambungku sedang bercerita apa nafsunya mendengarkan radio penyiaran para tentara amerika, sedangkan berita delegasi dari penyelidikan juridifikasi wanita cantik tersebut seperti lebih beragresi warna infasinya membuat aku kaget. Sebab lebih dari rumput di luar apakah jakarta kubayangkan bisa lebih buruk masyarakatnya paham arti dimana wawasan denah putaran politik objektif menariknya.

 

Kiranya siapakah yang menjadi penyelidik subjek dice di bunuh masih mencari tersangka, sedangkan penasaran apakah aku pada keluarga yang di timpa musibah.

 

“siapa iya detektif oprasional respon berita kabar buruk dari indonesia?”  aku membayangkan mabuk namun main poker di seberang meja penasaran sementara disampingku seperti tentara kecewa padahal seperti masih remaja beruntung masih hidupkah dia dari hutan atau kaget baru datang dari sebab Lencana. “buat apa iya kok ada peranan manusia hidup ingin apa masih punya keberanian wajahnya seolah bermain-main dengan bahaya.”

 

Artinya simpul bila berakhir perang cerita musibah dice mungkin semakin cepat semakin apa iya terangkan di balik pembunuhan “Astaga Durjana”   

 

Kematian terlalu murah apakah lebih murah mati dari artinya bila aku tahu ada pelacur disini rasanya apakah ajaib sebuah putaran yang ingin aku selidiki saja.

 

“Mas Toni dari Jakarta iya”

 

Aku tiba-tiba ditemani kaget “, iya kamu astaga siapa?” Dia siapa iya kok datang menegor bikin kaget saja.

 

Dia memintakan bartender untuk aku menerima tambahan minum bir “saya perwakilan validator dari permohonan untuk mencegah infasi, masih tentang kemarin musibah, ini perwira amerikanya.., rutin hari ini agenda keamanan.., di ganti dari setelah UGD kembali lanjut introgasi penyelidikan untuk mas Toni sebelum di boleh di pulangkan ke indonesia, tapi masih harus di awasi bila masih trauma, sebab terapi belum selesai..,”  dia berdiri di samping tugasnya orang indonesia yang belum aku kenal belum kusangka masuk dari seberang kartu poker pintu di bawah lampu lebih terang siang hari di luar.

 

“ini terus birnya iya, nama saya andi wakso dari surabaya menganti melayani penjaga yang kemarin pasti mas tony lupa namanya siapa setelah dari akomodasi unit gawat darurat perawatan saya masih bidan dari tenaga kesehatan dari intern asisten yang kemarin itu dokternya medis dari lulusan Universitas Indonesia, kedokteran pada umumnya tapi masih tentara juga dari TNI.”

 

“emangnya namanya dokter siapa? Itu ini bir yang untuk saya..,”

 

“umur berapa mas tony..,” andi masih melihat apakah aku masih kuat sembunyikan rasa takut.

 

“ga usah tanya deh umur buat terapi.., males nih” aku merasa bir yang aku minum juga belum pulihkan wawasan sehatku kemarin sebab kemarin.

 

“Ok!” ‘saya paham’ “em unagh baik” andi jadi validator yang intuisinya kuduga ajaib dan seharusnya kuharapkan dia melihatku.

 

“Sementara segelas setelah satu cepat habis kuminum!”

 

Sementara kutunggu Mas andi siapkan bentuk halaman lampir yang di tulis pemuda amerika itu “ini Juridifikasi permohonan kerjasama, dari ragam setelah kemarin sudah saya teranslasikan bahasa.., lancar ga mas bahasa inggris.., ”

 

“Udah teruskan saja humornya apa sama “??!” saya masih mau donk segelas lagi rasanya masih haus” langsung dia dengar minta rasa ketergantunganku masih bertanya selidiki...,

 

lewati  lintas apakah yang kupikirkan dan dalam bar ini mengapa sebagai wartawan aku dalam sebuah limbo paragraf kematianku yang memang belum bisa kupahami dalam artinya besok apakah misteri limbo dalam alam semesta ini...

 

 

 

Limbo Kemarin Berperang Tambah Berapa

Setelah Dua Karakter Akomodasi Terhormat

 

Ayahku Sindusubroto, setiap pagi belum bercerita apapun wawasan hidupnya, aku menjadi sakral dari takdir menambah fungsi duga gugurnya ..,

 

Takdir hentinya ayah berhenti memanggil dirinya sebagai sindusubroto sejak hanya senang memanggil kriteria anak bagus atau cah bagus “???”

 

Kemarin Mahesa Bayu Suryosubroto di panggil ayah, dan kamu ayah ialah warisan  mayat hidupku dalam seolah topeng..,

 

“Tempuh Di Seberang Horizon Putaran Jiwaku..” 

 

Tempuh Di Seberang Horizon Putaran Terusan Arti Topeng Brengsek Topeng ini

 

Bagaimana.."???" di balik seberang kau akan tempuh diriku Bagaimana.."??" 

 

Di balik.., 

 

Tempuh Diseberang Horizon Putaran Jiwaku bisa Masih.., Terus TEMPUH...,

 

Engkau ingin kembali tempuh rasa-rasa empati.., 

 

Terusan arti Topeng ini. Masih mulai dari aku atau kamu tempuh arti.., 

 

Dari jika.., jika waktu ada tempuh "???" mengapa kita...,

 

Tempuh dari selalu hasilnya menjadi hanya sebuah seberang yang mengecewakan..., Topengku sesungguhnya ialah cerita Ramalium untuk masa depan dan arti terusan prospektus..,

 

topeng ini adalah arti jiwa terusan warna merah berani yang mereka atau dia ingin melihat Horizon dari Pasir Matahari.

 

Merah terlalu berani hampir saja seperti warna arti darahku,  merah artinya apa apakah tempuh dari seberang batas itu,

 

dari di balik topeng sebuah seberang gagal aku.., tapi padahal artinya masih terus aku yakin pada mereka gendong tempuh apa jika bagaimana mereka..,

 

lalu yang tempuh putaran bagai mendayung hulu waktu dari mereka di sepenggal Merah, topeng rasanya malu pada limbo paragaraf kematian.

 

Ini adalah kemarin limbo sebelum kembali, sebelum merasa, sebelum simpul yakin tempuh arti apa arti sepenggal merah.

 

Sebelum sekutu paragarf sebelum terus tempuh arah yakinmu ingin meneruskan putaran sebelum jatuh, jatuh, jatuh , jatuh, dan putaran jatuh ialah masih belum kematian Indonesia.

 

Merahnya merah, merah merah solarium matahari langit di seberang angkasa, merah merah merah merah lipstik warna kekasihku mencium terakhir mayat hidup tubuh ini masih sepenggal merah. Terus tempuh kemarin jatuh, jatuh, jatuh lalu kau kenal rasa takut empatimu dengan sampai kau benci arti takut.

 

Topengku arti betapa buruk dari sepenggal arti mayat hidup ini masih bernafas dari tutup sepenggal meronta ronta sengit benci hampanya bertengkar dengan apa apakah misteri sisi terusan selamanya terusan tempuhnya ingin di seberang horizon putaran jiwaku,

 

utuh adalah jatuh utuh jatuh empati jatuh sepenggal bayang bayang sosok gambaran kebenciannya ialah tanda menempuh arti apa kau melihat topengku.

 

Gelap humor kematian.., seharusnya tertawa sepenggal cacat kurang pada umumnya bila kau melihat Mayat-mayat hidup mengapa ingin tempuh aku bercerita sebuah seberang rahasia padahal raksasa besar matahari misteri itu bercerita… ,

 

Lahir paragraf bersamamu limbo kematian dan masih pastinya simpul kematian manusia hasil samanya siapa mereka terlanjur di seberang gelap matahari maka besar namun mencari sebab menjadi orang tempuh tunjukan kamu juga jiwa paragarafnya adiksi musibah .

 

Sejahtera bayangan kau tidak punya misteri hidup belum mustahil tapi aku Masih sepenggal tidak pada umumnya lain orang dari takdir. Kau Jatuh Dari Jatuh kecewa bertambah,

 

sebab bagai engkau paham, wawasan masih melihatku pada umumnya sama dengan jalan itu ini panjang jalan aneh itu ini musibah perjalanan indonesia masih putaran musibah di jiwai bersatu sepenggal terus bertambah.

 

Mengapa juga engkau mengapa waktu-waktunya akhir ialah terusan yang di tempuh merasa apakah akhirnya dia ajaib berbicara, tapi apakah dia berbicara sangat menginginkan semua mahluknya memahami tanda, tanda, tanda, tanda, tanda, tanda bilantara

 

tanda-tanda. Aku membayangkan dia sedang memandang naluri itu ini seorang mayat hidup ini solarium dari seluruhnya tunduk mereka melihat siapa sendiri utuh.., tanda utuh dari utuh bayangan gelap manusia berakhir terakhir..,

 

Ahirnya setan dan Itu ini apakah iblis limbo paragaraf kematian lalu berhenti rutin utuhnya umum biasa seperti biasa mengapa topeng musibah juga mengapa utuhnya tidak bantu meneruskan rutin berada di sampingku bantu menjadi setan-setan dan iblis-iblis pendamping kelestarian dari wawasan siapa aku menjadi mayat hidup. Setelah Naluri Mengapa..., juridifikasi supernatural.

 

aku telah mengapa aku, kaget mereka masih melihat dia.

Kaget aku tidak menyangka kaget setan-setan tersebut masih rindu pada wujud yang rahasia dari juridifikasi supernatural hukum fisika bila siapakah tuhan kuanggap ada “???” Jatuh mengapanya juga mereka mengapa juga tampak kurasa, sepenggal berpikir aku merasa..,

 

Rasa mengapa terus sepenggal tempuh ulang takut gagal simpulkan, rasa, rasa, rasa, rasa, rasa, hanya rasa telah bilantara waktu mengapa tempuh rasa..,

 

rasa-rasa sejak sementara sejam hampir utuh setan setan di dalam gelam sisi gelam gelam..,

 

dari kegelapan senang tiba-tiba melihat empatinya, sedang di sambut supernatural oleh penciptanya musibah dan menikmati siapa wujud rahasia tuhan pencipta itu hina, dari tempuh..,

 

tempuh rasa rasa telah wahana wawasan “??..”

 

Mereka melihat hanya kegelapan manusia maka terang sementara sejam itu seolah kembali senang rindunya di cerahkan tuhan sedangkan aku terusan terus menoleh-noleh ingin mencoba melihat apa yang mereka lihat tapi gagal apapun melihat…,

 

Siapa pemimpin pencipta arwah dari rasa berpikir apakah apa, apakah setan bukan wawasan di seberang wawasannya wawasan sebuah wawasan apakah setan dalam sejam itu menikmati sejam utuh sebuah apakah hanya gelam gelam gelam..,

 

dari gelam gelam misteri yang hanya bagiku merasa rasa sejam waktu itu mereka tidak biasanya tiba sebagai pendamping bertengkar wawasanku sebagai pustaka mayat hidup.

 

 

 

Pemimpin Wawasan Tumbuhkah Salah

 

Aku adalah keberanian dari di luar seberang dari apakah terbayang limbo paragraf kematian.., aku melihat perubahan yang salah masih, berpikir apakah hidup..,

 

dari apakah prasangka? pada keberanian dengan masih di ikuti takut itu apakah mensimpan takut jika takut lalu takut kutukan dan, siapakah, Pemimpin Wawasan Tumbuhkah Salah..,   

 

Waktu besok sepenggal.., besokkah tersisakan apa?

 

Seandainya wawasan cintaku itu apakah, lalu apakah salah?

 

Sepenggal hatiku adalah racun.

 

Bukankah membenarkan jikanya sepenggal alam anugrah apakah.., lalu pergimu.

 

Maka.., waktu besoknya lalu sepenggal jatah besokkah apa?

 

Dari topeng lalu jatahnya disembunyikan takutku anugrah paragaraf dari jiwa terakhir bila bernafas berbait mayat hidup hanya seolah pada umumnya patah hati saja dan dari topeng..,

 

atau Mayat Hidup Itu Ini.., dari jika Besokkah apa kriterianya kau Tahu lingkaran hidup bait Aku Lahir...,

 

“sebuah seberang..,”

 

“Di Balik Semua Malam Di Masa Depan”

 

Belum beruntung takut lalu takut apa yang harus kutempuh..,

 

“dari..,”

 

Aku lahir tumbuh dalam mimpi, bagaikan sepenggal wujud nyata di tinggalkan pergi untuk tertidur, aku merasa manis madu air susu ibu karena teringat sedang masih sedang lagi sekarang, apa apakah berakhir terakhir dapat abadinya bercinta dengan istriku dan apakah dari alam sadar dimana hatiku ingin kusimpan sengaja itu adalah madu apa apakah  wawasan, cinta..,

 

apa apakah wawasan rasa mengalir sumber air susu bagai pencerahan dari aku menunggu anak aku lahir ialah hiburan ajaib dari ketika di layani tawaran harus wajibnya aku bertengkar badan dengan istriku untuk bila bisa merasakan sejatinya wanita bila sebanyak-banyaknya, anak ialah msutahil hal yang murah, dari mengerti jika itu tawaran wajib dari kenikmatan menjadi suami istri disaat dia di istimewakan..., maka kutunggu ijinnya.

 

Siapakah wawasan ajaib dari bagaimana diriku terbangun dengan keberanian yang sesaat itu kaget kecewa menjadi takut mengapa?

 

Sehingga hanya istriku yang kembali mengingatkan,  memorium apakah apa kecewa jelas sebab ialah salah...,  

 

dari tiba-tiba takut pada sepenggal simfoni salah yang mensihir hidupku bermimpi buruk yang menjadi jiwaku sebagai penakut mengapa harus sepenggal terulang lebih suka bayang-bayang siaga di tawarkan misteri dari rahasia kebodohan jadi manusia padahal di seberang puncaknya keajaiban seharusnya diriku menjadi suami pemberani yang istimewa melahirkan wahana selamanya ciuman pada dia.  

 

Sepenggal aku lahir, lalu juga sepenggal aku.., terjaga wawasannya sepenggal.., jiwamu adalah sebab rasa cintamu pada ayah apakah kuragukan.., apa apakah bukti besokkah apa sebelum mati untuk kita selamanya abadi..

 

Aku tidak tahu “!!!” Engkau selamanya. Sepenggal rasa takut! 

Aku menangis setelah apakah itu, saat malam, saat mimpiku berhenti, dan aku rindu pada wawasan seorang ibu yang mengasuh sepenggal apakah sebab aku di lahirkan.

 

Aku tidak tahu “!!!” Adikmu di bunuh oleh apa?

 

Wujud nyata saat itu di luar apakah, masih sedang malas mengapa, aku ingin setelah masih wawasan terbangun belum terjaga sadar apakah wujud mimpi itu sepenggal siap untuk besok, terbangun walaupun apakah, terulang seperti seolah ibu bercanda kepadaku di malam hari saat lima tahun kemudian, dimana itu adalah sepenggal wujud nyata.., itu.., mengapa aku mencari, masih telah terbangun.

 

Tapi.., besokkah apa?

 

Madu yang mengalir seolah apakah air sungai lalu lautan apakah artinya masih sama seperti terakhir kali aku ingat berpura-pura apakah surga adalah wujud nyata?

 

Wajah pesona ibu siapakah aku, melihat tumbuh diriku bagaimana tiba-tiba sepenggal malam selalu, waktu yang istimewa melihat mampu apa aku bermain dengan wawasan pesona kekasih di seberang dari beliau menjadi sepenggal apakah memorium itu baik untuk diriku?

 

Aku tidak tahu ayah juga berhenti memberanikan dirinya berkomentar setelah sekian lama menjadi suamimu.

Sepenggal waktu masih apakah kami beranikan menunggu ruangan hati kosong siapakah kami sebagai akomodasi terhormat wawasanmu sebagai ibu.

 

aku lahirkan sepenggal besok menyelidiki hal yang tidak mampu untuk siapa aku menjadi anak kecil?

 

Malam itu ayahku mengantarmu pergi selamanya dari apakah istilah khusus hubungan anak dan ibu tetap menjadi keajaiban khusus Aku ingat sungai yang mengalir madu sebagai surga dari cintamu melahirkan monster ketakutanku tumbuh.

 

aku simpulkan tetapi tidak tahu malam itu kau meninggalkan halaman sang raksasa dari langkahmu tenggelam dalam halusinasi menjadi sesuatu yang siapakah aku sebagai raksasa arti hidupmu menjadikan wujud sepenggal pada apakah sepenggal arti kau gagalkan raksasa keberanian wujud nyata keberanian raksasa siapakah aku tumbuh akhirnya menjadi apa di alam dunia ini aku tidak ingat siapakah yang menjaga rumah atau aku menanggis di temani siapa?

 

Ayah pergi menemani rasa kawatir ibu dengan sama takut masih sama dengan ayah pertama peduli apakah merasa yang di takutkan istri? Ibu adalah sepenggal di luar seberang diriku di biarkan tenggelam dalam apakah itu di luar seberang prospektus alam lain dari sia-sia besok akan datang? Apakah “!!!” 

 

Rasa-rasanya saat itu aku sepenggal di luar rasa dilema cacat jiwaku sama dengan mengapa ibu tidak berharap musibah itu di dapatkan, aku tidak tahu adiknya di bunuh, tapi aku tahu diriku kaget hingga menanggis ibu menjadi masih tenggelam di musibah itu. 

 

Besokkah apa.., apakah hari ini adalah raksasa apakah keberanian rasa takut, karena apakah besok selalu masih melintas baik untuk seorang raksasa. Besokkah apa patah hati dari karena engkau sama dengan rumput di luar kutunggu lama dan mengapa engkau tiba berbeda setelah masih melihat aku menjadi anakmu.

 

Kepergianmu malam itu, masihkah bertanya sebab cacat jiwaku lahir wawasan misteri apakah musibah yang telah mengundang rasa takutmu dan berubah menjadi apa yang kulihat bagai rumput di luar, sunyi dan berbeda hingga engkau lupa apakah sepenggal ikatan humor berkata apa yang kurindukan sebagai anakmu.

 

Rumput di luar sunyi rasanya menunggu dirimu, karena aku seorang raksasa yang besokkah apa? Waktu di mulai, juga masih waktu belum masih juga waktu berakhir karena sebab malam itu aku teringat misteri apakah musibahnya adalah rasasebuah wawasan kecewa siapakah akurasa pada dimana aku melihat rumput di luar tumbuh lebih beruntung darikah diriku siapa?    

 

Musibah waktu komposisi lewat misteri takdir sebab apakah adikmu di sebab takdirkan masuk melangkah sebab suatu mula semesta putaran tempuhnya jantung waktu, dengar terjebak cacat jiwaku sial apakah merintih belum bukan prinsipnya subur tambah rumput di luar apakah itu ini arti…,

 

hidup dan matiku berubah karena malam itu.., limbo prinsipnya salah belum  dermawan prinsip konflik berakhir tempuh lemahnya cacat jiwaku di sebuah seberang “???” Dimana dari mengapa tanpa di sadari selalu masihkah sengaja aku memulai masih sengaja cari besokkah apa bertanya?

 

Mungkinkah bukan besokkah apa?

 

 

Cacat Jiwaku

 

Tertawa aku meringis Cacat Jiwaku .., tertawa kekasih puncak dunia sewaktu saat itu lebih sekata takdir Bajuku sedang lusuh.  Aku berada di kantor redaksi menanti berakhirnya hari. 

 

Aku adalah dimensi yang sedang lagi Jatuh

 

“juga masih putaran densitasnya jatuh”

 

Itu ini menunggu terbenamnya matahari.., 

 

Jam kerja hampir selesai, namun Kepala Redaksi mengundang kami, aku dan Heru, untuk menghadap.

 

“Kira-kira ada apa, ya?” Mengapa sekarang aku diundang untuk menghadap.

 

Tidak biasanya Kepala Redaksi meminta untuk bertemu denganku atau pun Heru selain tentang pekerjaan. Baju lusuhku terasa tidak nyaman.

 

Celaka, aku kehabisan sabun pencuci pakaian. Tak hanya itu, uangku pun habis. Akhir bulan begini untuk membeli sabun cuci pakaian saja rasanya sudah tak mungkin lagi.

 

Lusuhnya pakaian ini membuatku sesak. Apalagi jika membayangkan harus tawar-menawar di warung langganan dekat rumah demi membeli sabun cuci.

 

Aku jadi membayangkan dapat berlibur ke tempat yang sejuk seperti puncak. Atau mungkin pergi ke Bandung, sekalian mengunjungi saudara. Lalu, meminta izin kepada kakakku untuk menginap. Menikmati cutiku untuk menikmati aktivitas favorit.

 

Aku senang sekali dengan daerah sejuk karena menurutku udara dingin sangatlah cocok untuk menggambar. Kebun binatang di Bandung sudah menjadi favoritku untuk menggambar.

 

Aku biasanya menggambar dengan tinta pena. Bagiku, menggambar dapat menghilangkan beban pikiran. Tetapi saat ini, hal menyenangkan tadi hanyalah angan-angan saja.

 

Kulampirkan tulisan untuk surat kabar yang siap untuk diketik. Sembari merapikan pekerjaanku yang hampir selesai, pikiranku tak hentinya membayangkan tentang rencana berlibur tadi. Rencana menghilangkan stresku.

 

Walaupun begitu, “Astaga uang!” Aku tidak miliki uang untuk beli minum. Rasanya tiba-tiba aku haus. Padahal, sebentar lagi mungkin aku dipanggil. Kulihat Heru pun belum tiba di kantor lagi. “Aku pergi ke kantin dulu saja dan memberanikan diri untuk mengutang!” Lantas aku langsung ke kantin di lantai bawah gedung. Aku haus. Aku tidak peduli apabila saat ini Kepala Redaksi mencariku. Meski khawatir, aku tetap pergi ke kantin. Lagi pula Heru juga sedang tugas di luar dengan wartawan lain. Aku berharap, kopi nikmat, akan menggantikan rasa khawatirku pada undangan Kepala Redaksi.

 

Apabila terlambat, setidaknya aku bisa membuat alasan yang meyakinkan kepada Kepala Redaksi. Aku memikirkan bayangan Bapak Indrawan, serupa dengan rekan wartawan Heru dan Putri, yang mungkin baru tiba karena ada berita di luar kantor. Akan tetapi, dengan yakinnya aku ke kantin saja.

 

“Ibu, minta kopi satu.”

 

Aku datang ke kantin meminta untuk dibuatkan kopi. Selintas, baju lusuh membuatku ragu untuk mengutang. Akan tetapi..,

 

aroma kopi tercium begitu semerbaknya. Sepontan aku terbayang akan kenikmatannya. Akhirnya, kuberanikan diri untuk mengutang..,

 

berharap Ibu Datun memahaminya. Selintas terpikir olehku, apakah Ibu Datun pemilik kantin akan peduli dengan penampilanku. Aku rasa untuk mengutang kopi, dan sebatang rokok tidak perlu khawatir dia percaya padaku, walaupun kurasa, aku mulai merasa tidak nyaman bila terlalu sering.

 

Ini bukan yang pertama kalinya aku terdesak mengutang pada Ibu Datun. Prihatin akan utangku, aku tahu sekarang harus mengutang kembali, tapi kapan aku akan membayar?

 

Bisakah dia berharap tentang itu? Kini aku akan menikmati waktu, meminum kopiku. “Ibu terima kasih telah dibuatkan kopi. Tapi sekarang saya utang lagi,” ujarku saat Bu Datun tiba membawakan secangkir kopi.”

 

Ibu Datun tersenyum dan berkata, “Yang ini sama seperti kemarin juga nasibnya?”

 

“Iya,” Ibu Datun tahu, kopi yang akan kuminum akan tertunda dibayar. Berutang dan kebiasaanku yang terdesak,

 

apalah artinya sebatang rokok tapi mengopi, aku merasa menghentikan waktu, selalu dalam benakku, menikmati meminum segelas kopi mengingatkan diriku pada masa lalu. Segelas kopi artinya ialah kebebasan dan kemegahan dalam hidup.

 

Segelas kopi membuatku teringat saat pertama kali aku menyukai kopi. Saat ini, aku menikmati kopi dalam sebuah kenangan, perasaan terdesak yang serupa. Dalam masa lalu dan kesulitan.

 

Selintas saat ini kenangan baik menjadi sifat pendapat, alur renungan, kuduga menifestasi itu ialah renungan, harapan baikku pada rasa peduli pada sifat ayahku dan itu ialah kenangan ketika masa-masa saat ayahku menawarkan kopinya padaku ketika aku sedang giat belajar. Aku tidak boleh lama-lama di sini. Aku tidak boleh didahului oleh Heru untuk bertemu Kepala Redaksi. Akhirnya gelas kopi yang belum tanda habis ini terpaksa kutinggalkan.

 

“Ibu, kopi belumku minum semua, aku mengutang dulu, nanti kubayar setelah mendapat uang bulanan.”

 

“Iya, tadi kau sudah ingatkan aku, Toni,” ucap Ibu Datun.

 

Seusai pergi, dari kantin, aku bertemu dengan Heru dan Putri yang akan masuk lift. “Dari mana?” tanyaku pada Heru dan Putri sambil masuk ke dalam lift yang masih terbuka. “Dari, Dinas Kesehatan..,

 

menanyakan Agenda kerja mereka,” jawab Putri. Kemudian tanpa ditanya kembali, Putri menjelaskan agenda pengadaan susu untuk rumah sakit yang terlambat, dan itulah berita.

 

 

Karakter di Balik Kamar Gelap

 

Aku sedang bersama Putri ketika tiba-tiba Toni datang ikut menyela masuk ke dalam lift sekembalinya dari kantin. Aku baru saja kembali dari Dinas kesehatan. Kami hendak bertemu dengan Kepala Redaksi..,

 

kemudian setelah itu, kami ingin mencetak foto yang kuambil dari terlambatnya pengadaan susu. Aku akan mencetak foto kulkas yang rusak. Memang tak tampak seperti berita serius..,

 

namun itulah berita. Kepala rumah sakit umum  daerah memintaku mengambil gambar dari keterlambatan pengadaan. Bagaimana kulkas bisa rusak?

 

Karena hal ini, pengadaan susu ke rumah sakit tiba-tiba berhenti. Aku dan rekan wartawanku, Putri, sedang menyelidikinya. Kami pun menginvestigasi sikap pemerintah akan masalah ini.

 

Aku baru saja datang, melihat Toni ada di sampingku, artinya kami berdua belum terlambat untuk menemui Kepala Redaksi. “Toni, dari mana kau?” tanyaku kepadanya. “Baru saja minum kopi dan menikmati sebatang rokok, sekaligus menunggumu Heru,” ucap Toni kepadaku. “Kau baru saja dari kantin,” ucapku menduga.

 

“Iya, betul, aku jenuh dan sesak dengan tampilanku hari ini,” ucap Toni yang memang terlihat lesu dan tidak percaya diri. “Apakah beliau tidak kesal bila satu di antara kita belum hadir?” tanyaku kepada Toni “Beliau, siapa?” Toni menjawab tidak mengerti apa yang kumaksud.

 

“Beliau Kepala Redaksi, maksudku Bapak Indrawan,” jawabku. “Oh, maaf aku baru mengerti maksudmu.”

 

“Iya, itu maksudku, kukira sudah terlambat. Kupikir kau langsung ke ruangan beliau begitu dipanggil,” ucapku yang tidak sengaja didengar juga oleh Putri. “Heru, Toni, apa kalian berdua mendapatkan promosi? Bila benar, hebat! Aku ikut senang,” sahut putri menduga.

 

Pintu lift yang telah kami masuki terbuka kembali di lantai ruangan kerja kami. Toni dan Putri kulihat  kembali ke meja kerjanya masing-masing. Sedangkan  aku, pergi ke ruang fotografi sembari menunggu panggilan Kepala Redaksi. Aku pergi ke kamar gelap untuk mencuci film, mempersiapkan foto yang nantinya akan diseleksi oleh redaktur foto.

 

Lampu kamar gelap masih menyala. Aku merasa beruntung karena ini merupakan rutinitas yang dapat dicicil, menurutku. Seperti biasa aku harus mengambil dan mempersiapkan semuanya, mulai dari cairan pengembangan, bubuk sabun dingin, bubuk perangkai, air, toples spiral, dan penjepit film.

 

Ketika memindahkan rol film dari wadah silindernya, lampu pun dimatikan. Tanpa menggunakan alat, pita rol film pasti  susah dikeluarkan, kecuali dengan merusak wadah silinder. Namun, karena dituntut pekerjaan, aku akan beralasan menggunakan rol film pita isi ulang maka wadah silinder film negatif kujaga agar tidak rusak. Kutarik keluar rol film dengan penjepit dan menyimpan kembali wadah silinder untuk film negatif ke dalam kotak khusus yang suhunya aman untuk mengisi ulang negatif film yang berikutnya, bila dibutuhkan lagi. Setelah menarik keluar film negatif, selagi lampu mati, aku dengan alur waktu yang tepat memasukkan pita, dari wadah film silinder ke dalam toples spiral yang bentuknya juga silinder, hanya saja lebih besar dan kedap cahaya.

 

Volume toples dengan spiral telah terselimuti atau tergulung pita rol film negatif. Wadahnya yang besar, kututup dan kutuangkan cairan pengembang. Cairan pengembang memiliki tahapan yang berbeda-beda alur waktu sesuai jenis film. Karena film dari produk yang kugunakan tipe kodak profesional asa 400 hitam putih, dalam pengembangan cairan memiliki tuntutan masa sifat yang berbeda dari asa ataupun tipe menurut rasio waktu.

 

Kemudian, lampu kunyalakan. Cairan pengembang bisa kukeluarkan dari lubang stoples tanpa membukanya, lalu kukeluarkan film, kemudian kumasukkan cairan bubuk sabun pendingin yang telah dilarutkan.

 

Apakah itu film negatif, aku mungkin hanya sebatas tahu bisa membayangkan selintas tentang seluloid.

 

Cairan pengembang melakukan tugasnya dengan merontokkan zat perak yang menempel pada permukaan seluloid. Zat perak berfungsi melampirkan gambar yang diambil untuk dicetak. Dalam film negatif atau seluloid, kita tahu, cahaya yang diterima membiaskan zat perak dalam film negatif, seperti bintang-bintang di langit dan mencetak citra gambar, di antara lapisan yang tipis ini.

 

Setelah cairan pengembang, sabun pendingin  digunakan..,

 

untuk membekukan seluloid agar tidak membentuk gambar yang tidak di inginkan. Kemudian, cairan bubuk perangkai. Cairan ini ialah cairan kimia digunakan untuk kelanjutan metode setelah sabun pendingin. Cairan ini mengubah intensitas zat perak menjadi zat hitam, dan merangkai intensitas zat menjadi pekat hitam dan tidak sensitif terhadap cahaya.

 

Dan yang terakhir, tidak kalah pentingnya ialah air untuk mencuci dan membuang semua cairan kimia yang telah digunakan. Kemudian pita negatif siap dikeluarkan dari stoples spiral atau wadah silinder pencuci film ke dalam ruangan untuk dikeringkan. Itulah tugas yang bisa kuselesaikan, mencetak gambar di kertas.

 

 

 

Di Balik Lampiran Proposal KBRI

 

Aku baru saja selesai rapat, dan akan kembali ke ruanganku untuk bertemu dengan Toni dan Heru. Akan tetapi sebelum undangannya aku akan memesan makanan, kopi dan rokok di kantin agar Toni dan Heru merasa nyaman dengan undangan itu. Kiranya mereka akan menerima tawaranku untuk pergi bertugas ke luar Indonesia.

 

Aku masih ragu apakah mereka akan menerima undangan itu?

 

Hari sudah sore, aku menahan Heru dan Toni agar mereka menemuiku dahulu seusai rapat. Alasanku, mereka kuundang untuk menemuiku, pemilik media massa gabungan, pihak yang terkait dengan pemerintah, dan pihak KBRI..,

 

yang diwakili oleh TNI.

 

Pembicaraan sebelumnya telah menyetujui untuk mengirim wartawan di masa akhir perang Vietnam. Kerja sama antara negara Vietnam dan  Indonesia untuk ketika masa baru masyarakat Vietnam. Kuduga mereka pasti akan membangun infrastruktur di Vietnam.

 

Aku memberikan tugas tersendiri yang berbeda dari yang telah diharapkan setelah masa perang Vietnam berakhir. Di antara rapat mempertimbangkan pendapat, kepada Heru dan Toni..,

 

selain mendokumentasikan perkembangan KBRI untuk Vietnam, bisa juga sekaligus ikut meliput masa-masa ironi akhir dari perang, dalam wadah mengamati negara yang akan berkembang, seperti Indonesia.

 

 

Bunyi pintu lift terbuka,  aku di lantai tempat kerja redaksi surat kabar. Keluar dari lift membawa koper dari rapat, dan di antara karyawan rekan wartawan, Toni kulihat ada di bangkunya, terlihat akan mendatangi kantorku. Kuputuskan akan meminta tolong kepada Putri untuk memanggilkan Heru.

 

 Sesaat mereka melihat aku  masuk setelah keluar pergi dari lift, aku bergegas berjalan ke ruang kerjaku dan menegur Toni. “Toni, mana Heru?” bertanyaku padanya. “Di dalam kamar gelap, sedang kerja.”

 

“Putri, tolong saya! Panggilkan Heru di kamar gelap untuk menghadap ke kantor saya,” ucapku yang mungkin didengar Toni dan Putri. Mereka melihatku yang berjalan terburu-buru.

 

Sampai depan pintu kantor aku membukakan pintu untuk Toni, dan mempersilakannya masuk dan duduk. Setelah Toni duduk, aku juga duduk sambil menyiapkan berkas di meja. Sambil menunggu Heru tiba..,

 

aku juga masih menanti jamuan untuk mereka dari kantin yang akan di bawakan oleh Ibu Datun, pemilik kantin, untuk acara undangan sambil menyiapkan arsip dokumen berkas yang penting untuk di baca Heru dan Toni.

 

Heru belum tiba namun diriku khawatir bila mereka akan menolak. Apa jadinya bila rencana rapat tidak berjalan sesuai dengan yang diputuskan.

Memang salahku karena tidak mengingatkan mereka jauh-jauh hari sebelum diputuskan nama mereka masuk proposal pengajuan pendapatku. Aku mengandalkan mereka, oleh karenanya..,

 

aku mengajukan Toni dan Heru. Ya, mungkin ini kesalahanku, tapi di lain waktu bila ada hal serupa diriku telah berpengalaman harus berpendapat dengan ijin mereka siapapun orangnya.

 

Terdengar suara ketukan pintu, kuduga Heru yang ada di balik pintu, tetapi ternyata itu Ibu Datun yang mengantarkan semua pesananku untuk Heru dan Toni. Disajikannya makanan, minuman dan rokok.

 

Aku mempersilakan Ibu Datun masuk untuk mengantarkan makanan-makanan itu ke meja. Setelah ia mengantar ragam hidangan tersebut..,

 

 ia undur diri. Ketika kuperhatikan, Toni menatap jamuan yang dibawa Ibu Datun tadi.

 

Semua hidangan tadi sengaja kusajikan untuk meyakinkan Heru dan Toni, juga untuk mempermudah pembicaraan kami nanti.

 

“Toni mengapa sepertinya kau resah?” tanyaku “Tidak, Pak, saya baik-baik saja, kok,” sahut Toni.

 

Suara pintu ketukan kedua. Dari balik pintu ruang kantorku di sela-sela undangan.

 

Telegram dari Saigon

 

“Baik jenderal, mister  Noel terima kasih.” Seseorang yang namanya kusebutkan tadi adalah seorang jendral dari Amerika. Aku mengucapkan terima kasih atas undangan yang kuterima. Sekarang aku berada di Vietnam. Aku mendapatkan tugas dari Menteri Luar Negeri, Doktor Sobandrio, untuk membuat KBRI.

 

Aku bersama Asistenku tuti seorang dosen dari universitas gajah mada, yang pindah kerja menerima tawaran untuk bersamaku.

 

Di balik kantor ia sedang mengurus arsip-arsip surat dariku untuk mensusun KBRI Vietnam.

 

Aku ingin mengundang orang-orang yang bisa membantuku untuk membangun hubungan dengan bangsa yang sedang di landa teror ini.

Akhirnya aku menelpon temanku SMA-ku.

 

Aku teringat akan Subijakto. Dari situ aku membuat surat permohonan agar dia mau bergabung dan ikut  memilih anggota untuk bergabung dengan KBRI yang akan aku bina.

 

Beberapa Minggu kemudian, Subijakto menelpon “Ada keperluan apa, teman?”

 

“Aku mendapat tugas dari Doktor Sobandrio.”

 

“Kau mendapat tugas apa?”

 

“Membangun KBRI.”

 

Setelah telpon dari temanku Subijakto tadi, aku berencana merekrut beberapa orang untuk masuk tim inti di KBRI, dan salah satunya kuharap menguasai bidang dokumentasi.

 

Perang sedang berlangsung di Vietnam, sehingga banyak dari mereka yang enggan bergabung. Kecuali wartawan, pikirku saat itu.

 

Aku ditelpon dan dikenalkan dengan Bapak Indrawan. Kami bertukar pikiran. Aku mencari seorang penulis dan kamerawan yang bisa meliput sekaligus membuat dokumentasi untuk pihak KBRI.

 

Bapak Indrawan pun sebagai redaksi menawarkan dua orang yang mungkin cocok untuk pekerjaan ini. Akan tetapi, yang masih menjadi persoalan adalah persetujuan mereka untuk ikut ke Vietnam.

 

Bahkan aku menawarkan untuk menambah honor kerja mereka serta fasilitas. Semestinya, hal ini tidak ditolak. Bapak Indrawan berjanji akan mengusahakannya.

 

 

Hidangan di Kantor

 

Sementara waktu Bapak Indrawan membukakan pintu dan kuduga itu Heru tapi ternyata yang pertama itu ialah Ibu Datun. Selintas terpikir, apakah aku kelihatan resah atau tidak nyaman.

 

Sungguh apakah harus kukompromikan rasa tidak nyaman akan bajuku yang lusuh ini. Bapak Indrawan sampai sore begini masih terlihat segar..,

 

dengan tenang ia membuka arsip dari koper yang dibawanya ke kantor. Yang sedari keluar dari lift tadi kulihat ia penuh keyakinanan,

 

 bahkan ia terlihat bersemangat membukakan pintu dan mengundang aku dan Heru. Di dalam ruangan Kepala Redaksi yang nyaman,

 

lengkap dengan sofa itu, bila ada tamu akan disuguhi banyak makanan yang dipesan dari Ibu Datun. Dan tadi kulihat Ibu Datun masuk dan mengantarkan banyak sajian. Untuk kamikah semua makanan itu? Apakah maksud di balik undangan ini?

 

“Masuk Heru, silakan duduk,” ucap Bapak Indrawan sambil membukakan pintu dan mempersilakan masuk.

 

Heru duduk di sampingku. Kami berdua sedang menduga-duga kiranya ada apa?

 

“Ayo, kalian tunggu apa lagi? Silakan dinikmati, diminum kopinya dan dimakan makanannya,” ucap Bapak Indrawan menawarkan.

 

“Bagaimana enak?” tanya Bapak Indrawan lagi setelah kami mengambil beberapa hidangan.

 

“Bapak, ada perlu apa sama kita berdua?” tanyaku.

 

Kemudian Heru menambahkan, “Penting ya, Pak?”

 

“Saya punya kabar baik dan kabar buruk untuk kalian berdua?” jawab Pak Indrawan. “Kabar baiknya, upah kalian akan naik, bahkan di bayar mahal, tapi kalian akan ikut pergi ke Vietnam bersama TNI..,

 

untuk dikirim ke KBRI yang sedang dibentuk oleh perwakilan kita. Di sana, tugas kalian membuat dokumentasi dan tetap meliput berita untuk majalah kita.”

 

“Vietnam bukannya sedang perang?” tanya Heru.

 

“Memang benar sedang Perang, tapi perang akan berakhir dan itu ialah kabar dari Departemen Luar Negeri. Mereka sedang membangun kerja sama dengan sesama negara berkembang, terutama Vietnam..,

 

sebagai subjek yang sedang menjadi wacana,” ucap Bapak Indrawan.

 

“Aman tidak, Pak?” tanya Heru lagi.

 

“Saya sudah mendapat kabar dari perwakilan calon KBRI, sudah hampir enam bulan terakhir tidak ada pemberontak, juga terjadi gencatan senjata melawan Amerika di Saigon, dan selama kalian di Hanoi atau di daerah status recovery, saya rasa Amerika masih bisa menjamin.”

“Kita ke sana naik apa? ...,

 

Bukannya tidak ada transportasi komersial umum yang berani lewat zona perang di Vietnam. Adakah di Indonesia agen perjalanan yang akan  memasarkan perjalanannya ke daerah perang, Pak?” tanyaku berpikir pada situasi konflik.

 

“Pertanyaanmu bagus, Toni?”

 

“Kalian akan berlayar naik kapal TNI AL dan akan diantarkan dengan aman sampai markas KBRI. Kalian akan berangkat sebulan lagi.

 

 

Istrinya

 

Aku melihat corong kerucut sedang ditempelkan di perut istriku, dokter sedang mendengarkan suara anakku dalam perutnya. “Bapak Heru, mau mencoba mendengarkan suara anak bapak dalam perut?” tanya sang dokter. “Mau,” jawabku.

 

Aku terkejut pada suara jantung anakku dari dalam perut istriku. Aku senang, tetapi dua minggu lagi aku akan berangkat dan belum memberinya kabar tentang pekerjaan baruku di Vietnam.

 

Aku menunda-nundanya karena khawatir membayangkan istriku kecewa padaku.

 

Sampai di rumah, sepulang dari puskesmas, setelah makan malam, aku akhirnya bercerita tentang kabar bahwa aku mendapat pekerjaan baru di Vietnam. Toni akan berangkat lebih dahulu.

 

Malam ini, aku tidak punya pilihan lagi, aku harus memberitahunya. Namun kurasa, aku akan merindukan dia.

 

Dalam kontrak kerja baru akan difasilitasi rumah setelah dua tahun, menunggu sponsor dari KBRI, dan berstatus sementara menumpang kontrak.

 

“Shinta, kamu lagi apa?” tanyaku.

 

“Sedang menyiapkan pakaian-pakaian balita dan popok. Sedang kuhitung.”

 

“Mengapa kau hitung?”

“Karena aku sedang membayangkan apakah ada kekurangan. Untuk membeli lagi sesuatu yang belum terbayangkan.” Aku mendengar dan mengaguminya.

 

“Shinta malam ini kamu terlihat cantik!” ucapku, menyatakan ingin menyanjung dirimu.

 

“Aku kaget mengapa kau bereaksi seperti itu, akukan tidak sedang bersolek!” ucap Shinta.

 

Tidak lama kemudian, aku duduk di sampingnya sambil memegang perutnya dan mengusap kepalanya, kemudian mencium keningnya “Kamu, mau apa sayang?” ucap Shinta “tumben, pasti ada maunya.”

 

“Aku mau cerita, sayang?” jawabku.

 

“Kalau mau cerita, cerita saja! Kenapa resah begitu?”

 

“Aku dapat pekerjaan baru, dan upahnya lebih tinggi?” aku mulai bercerita.

 

“Aku ikut senang, tetapi mengapa kau meninggalkan pekerjaanmu yang lama? Bukankah kau menyukai pekerjaan itu?” tanya Shinta.

 

“Pekerjaan baru ini kontrak lampirannya dari kantorku yang sekarang, tapi kerjanya di Vietnam, dan aku harus meninggalkanmu selama dua tahun, setelah itu ketika mendapat rumah, aku akan menjemputmu!”

 

“Dua tahun? Lama banget mas!” ucap Shinta..,

 

 yang kemudian menambahkan “bukankah di sana lagi perang?”

 

 

 

“Tahu dari mana?” tanyaku.

 

“Koran,” sahutnya singkat.

 

Aku berpikir, semoga ia tidak mengkhawatirkan tawaran ini, dan aku penasaran akan pendapatnya. Ia terlintas berat hati dan kemudian aku menjelaskan keamananku saat bekerja di sana sepeti yang dijelaskan Bapak Indrawan.

“Mas Heru, aku mohon kau jangan pergi kalau bisa, aku membayangkan hal yang buruk!”

 

“Mengapa kau bayangkannya, kan tadi telah kujelaskan di Saigon aman, apalagi Hanoi!”

 

“Aman!” sahut Shinta sedikit histeris.

 

“Aku ragu mas karena yang kubayangkan buruk untuk  anak kita. Bila sampai akan kehilangan bapaknya bila kau menjadi sasaran empuk peluru buta, aku jadi apa?” sahutnya. Aku membayangkan ia jadi janda!

 

Kemudian bagaimana caranya aku merubah pikiran Bapak Indrawan?

 

 

“Shinta kondisinya sudah terlanjur. Bagaimana agar kau tenang, aku mengundurkan diri saja karena aku tidak ingin membayangkan kau menjanda.”

 

 

“Tunggu, apakah kau ingin berangkat?” sahut Shinta..,

 

 yang hanya kujawab dengan anggukan kepala. “Tapi kau segan bila ada apa-apa denganku, apalagi hingga sampai menjanda?” ucap Shinta..,

 

 sambil memegang perutnya dan berkata “bisakah aku ikut?”

 

“Astaga Shinta, mana bisa!” ucapku, “besok aku batalkan saja.”

 

Besok paginya aku akan berangkat kerja dan Shinta tiba-tiba keluar dari  rumah ingin ikut pergi denganku, “Mau apa?”

 

“Aku ingin membeli getuk di tempat Ibu Datun, anak kita sedang mengidam.” Meski heran, akhirnya kuturuti saja maunya.

 

Di atas motor, kutanya Shinta “Nanti bagaimana kau pulangnya, mengapa harus beli getuk di kantin Ibu Datun? Punya uangnya, kan, untuk beli Getuk?”

 

“Aku maunya beli sepuluh tapi hanya ada uang untuk beli dua, Mas. Bagaimana, kau tetap dapat uang tawaran naik gaji tidak?”

 

“Iya tidak dapatlah. Kan aku akan membatalkan tawaran mereka,” ucapku menjelaskan pada istriku bahwa gaji akan naik hanya bila pergi ke Vietnam.

 

“Kenapa begitu?” tanya Shinta.

 

“Nah, kau tanya saja, kepada Kepala Redaksi.”

 

“Dimana?” tanya Shinta

 

“Di kantorku, tapi yang sopan?”

 

Itulah akhir perbincangan kami di motor saat itu.

 

 

Markas TNI AL

 

Aku sudah mengecek isi tas sebanyak dua kali. Aku tidak ingin meninggalkan pena tinta untuk menggambar dan foto..,

 

keluargaku. Kemudian, aku merasa tidak nyaman dengan bajuku yang mulai berantakan lagi karena terlalu sering berjongkok untuk mengecek tas.

“Pak Toni, apakah ada yang kurang?” tanya perwira angkatan laut yang menjemputku dan memergokiku sedang mencek koper sambil berjongkok. Aku sebentar lagi akan berangkat. Keberangkatanku memang dijadwalkan lebih dahulu ketimbang Heru.

 

Pria yang menjemputku adalah seorang perwira angkatan laut yang gagah, aku kagum pada seragam yang ia gunakan.

 

“Namanya siapa?” ucapku kepada perwira yang gagah itu.

“Nama saya Joni, Pak!” jawabnya.

 

“Kita naik apa nih?” tanyaku lagi.

 

“Ada mobil dari Angkatan Laut,” ucap Joni.

 

Kami berangkat dari rumahku ke Markas Angkatan Laut Tentara Nasional Indonesia. Aku akan berangkat sendiri. Kemudian Heru akan menyusulku.

 

Semua kebutuhanku untuk bekerja akan didukung oleh KBRI. Perang Vietnam akan berakhir dan aku akan menjadi bagian penting dalam pembentukan Kedutaan Besar Republik Indonesia. Selama perjalanan ke markas AL, kebetulan kendaraan melewati jalan protokol di Jakarta, jalan Thamrin. Selintas aku melihat perubahan kota Jakarta. Ketika aku kecil, jalanan Thamrin memiliki tempat kereta trem..,

 

peninggalan zaman kolonial Belanda, namun sekarang telah tiada. Mungkin akan begitu pula dengan peperangan. Nanti di sana aku akan melihat bekas-bekasnya.

 

Sesampainya di pelabuhan, aku naik kapal perang. Benar saja dengan apa yang dikatakan Pak Indrawan..,

 

aku akan menumpang alteria, perahu perang milik TNI. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama itu membuatku sempat berkeliling melihat isi kapal dipandu oleh Joni. Tidak hanya itu..,

 

bahkan aku sempat menyentuh peluru dan rudal. Rudal, senjata alteria perang yang besar dan masih aktif itu kupegang dengan tanganku sendiri.

Aku tidak peduli pada baju lusuhku karena tidak mungkin ada wanita yang akan memperhatikanku di sini. Kemudian terlintas dalam benakku, apakah aku akan mendapatkan jodoh wanita Vietnam?

 

 

“Hey kamu, orang penting, kesini,” ucap seseorang yang tidak aku kenal.

“Ada apa, Pak?” tanyaku kemudian.

 

 

“Nama kamu siapa?” tanya orang tadi. Sekilas aku melirik banyak lencana di bajunya.

 

“Bapak siapa?” tanyaku.

 

“Lihat ini!” ujarnya sambil menujukan nama yang disematkan di bajunya, “saya Pardi.” Beliau sudah tua..,

 

namun pernah menjadi bagian dari Tentara keamanan Rakyat atau TKR.

Aku kagum, kaget, dan tersanjung. Satu pertanyaan yang

 

Menggangguku..,

 

bagaimana bisa di usianya yang terbilang tak muda lagi, ia bersikeras untuk mengantar kami ke Vietnam.

“Bapak Supardi sebagai Laksamana mengapa mau mengantar saya ke Vietnam?”

 

 

“Mengapa tidak?” dijawabnya pertanyaanku dengan tanya lagi.

“Sebentar lagi aku pensiun sebagai kepala staf oprasional. Kapal ini telah mengarungi lautan. Di mana pun ada perang, aku akan dengan tenang memimpin kapal ini,” ungkapnya.

 

“Kamu, anak muda, sebaiknya, siap untuk ikut mendaulatkan bangsa.”

Ketika beliau berpesan demikian padaku, aku langsung lupa akan baju lusuhku.

 

Shinta Cerewet

 

Turun dari motor, aku dan Shinta langsung pergi menuju lift. Kami masuk gedung..,

 

berharap di dalam ada Bapak Indrawan. Bila beliau kebetulan ada di lantai dasar, dekat kantin Bu Datun, aku akan menyuruh Shinta untuk membeli getuk sebelum habis. Aku sudah menjelaskan pada Shinta, kalau hari sudah keburu siang..,

 

ia harus menunggu hingga katering tiba. Karena itu, Shinta kutunggu depan lift, beruntung Bapak Indrawan akan masuk lift juga saat itu.

 

“Heru, sudah jam sembilan, kok masih mangkal depan pintu lift, ayo masuk!” Pak Indrawan menegurku.

 

“Saya dan istri saya mau ngobrol sama Bapak di kantor. Ada beberapa pertanyaan yang hendak kami ajukan, Pak.”

 

“Ayo! Mana istrimu? Mengapa hanya ada kamu yang ada di sini?” sahut Bapak Indrawan.

 

“Sebentar, Pak. Ia sedang membeli getuk,” jawabku. Pak Indrawan pun tampaknya memaklumi..,

 

 karena Istriku sedang hamil

“Kalau begitu, saya pergi ke atas duluan, nanti kamu ketuk saja pintu ruangan saya.”

Bapak Indrawan kaget, ketika melihat tanganku masuk menghentikan pintu lift.

 

“Maaf Pak, ini dia istriku!” ucapku yang kemudian memperkenalkan mereka berdua.

 

“Ada pertanyaan apa?”

 

Shinta dan aku yang berbeda pertanyaan saling pandang.

 

“Begini Pak, Bapak mau getuk?” tawar Shinta yang di sambut ramah.

“Terima kasih, tapi tidak,” ucap Pak Indrawan menolak dengan ramah sambil meregangkan dasi dan memegang erat kopernya.

 

“Benar Bapak tidak mau?” tanya Shinta lagi, “Mas Heru, mengapa Bapak Indrawan menolak getuk yang enak ini?”

 

Mendengar tawaran Shinta yang berakhir komentar mengejutkan Bapak Indrawan tersenyum, “Saya bisa memesan dari ruang kerja saya, kita ngobrol saja nanti di kantor saya, sambil makan getuk.”

 

Akhirnya  mereka disambut Bapak Indrawan dengan ramah, menyajikan getuk yang disukai Heru. Kemudian Bapak Indrawan bertanya, “Apa pertanyaannya?”

 

“Begini Pak, saya sedang mengidam makan getuk, tapi saya juga mengidam Mas Heru tanpa harus berangkat..,

 

tapi tetap mendapat gajinya, bagaimana itu, bisa tidak?”

 

“Tidak!” jawab Bapak Indrawan.

 

“Kalo saya langsung ikut, bagaimana Pak?” tanya Shinta.

 

“Tidak dalam waktu dekat, Bu!” ucap Bapak Indrawan…,

“Dalam proses, Ibu tidak bisa tinggal di Vietnam untuk sementara waktu, untuk rekan Heru saja berangkat hari ini dengan kapal TNI, jadi ini bukan suatu perjalanan yang normal.” Terang Pak Indrawan.

 

 

 

Ibukota Vietnam

 

Sesampainya di teluk markas kapal, aku takjub melihat kapal raksasa milik Amerika. Bila dibandingkan dengan kapal TNI, sangatlah jauh berbeda. Aku juga melihat banyak sekali kapal. Tidak hanya itu, aku juga sempat melihat sebuah jenis pesawat tempur lepas landas dari kapal pelayaran raksasa itu. Mungkin karena sedang tidak perang mereka berpatroli di siang hari. Aku dan Joni akhirnya sampai di daerah bernama Hai Phong..,

 

tempat tentara Amerika bermarkas di dekat laut sebelum Saigon. Aku melihat mereka bekerja. Kagum pada fasilitas tentara Amerika yang lengkap itu. Kebutuhan altria perangnya sangat megah.

 

Daerah teraman di Vietnam ialah kota Hanoi. Malamnya, aku diantar Joni dan beberapa perwira tentara Amerika ke tempat para anggota KBRI berada, antara Saigon dan Hanoi.

 

Joni pergi lagi ke perahu kapal pelayaran TNI setelah malamnya mengantarku ke sekelompok orang yang akan membangun KBRI, bahkan aku di kenalkan pada wanita cantik bernama Lista. Kemudian aku tinggal di daerah Hanoi, wilayah Han Bon. Kami tinggal di dekat sebuah danau bernama Ho Gua. Aku sangat takjub pada danau yang cukup luas itu.

 

Karena lapar, malamnya aku diajak makan oleh Lista. Kami berbincang-bincang. Aku bertanya, daerah mana saja yang bisa kulewati untuk memantau situasi dan tempat-tempat yang masih meninggalkan jejak peperangan. Dan daerah mana saja yang dilarang. Lista bercerita mereka berperang di sawah dan jarang sekali serangannya sampai kota Hanoi dan wilayah sekitarnya. Akan tetapi..,

 

Amerika telah memberi batas sementara tempat-tempat yang kiranya tidak aman. Tempat yang kuduga masih ada sisa para pemberontak.

 

Vietnam ialah sebuah negara republik sosialis dan aku harus belajar lebih banyak tentang susunan negara. Yang menarik dari sejarah Vietnam adalah sekitar 2500 tahun yang lalu, sebelum kekuasaan Kaisar China tiada dan menjadi negara. Tapi itu hanya sebuah dugaan. Lista yang menceritakan informasi yang masih belum akurat.

 

Kemudian aku bertanya apakah markas Saigon di Hanoi sering diserang oleh para teroris?

 

Lista pun menjawab mereka tidak menyerang sampai ke Hanoi atau pun Saigon dan itu jarang sekali terjadi, bahkan hampir tidak pernah. Peperangan sering terjadi di sawah dan hutan. Di sanalah tentara Amerika bergerilya.

 

Markas Saigon

 

Tuti bersama komandan Taylor yang sedang bertugas, ia dikenalkan kepadaku dan Toni, mereka berkenalan dan dikenalkan oleh Jeffri dan Mark.

 

Mark dan Jeffri berasal dari pers gabungan yang telah dilatih menjadi tentara. Sedangkan dari Indonesia, mereka masih hanya sekadar wartawan lokal yang baru saja mendapatkan karirnya.

 

Sampai saigon dan Di mana markas yang lebih megah pada tempat yang tidak kubayangkan. Aku di kantor seorang komandan dan ingin meminta izin untuk memotret markas besar, deviasi yang belum kutahu, bagiannya di kantor saigon Vietnam. Aku diijinkan, datang masuk, namun setelah Jenderal Taylor datang.

 

“Kamera bagus,” kata seseorang sambil menunjuk kamera. Itu Mark. Aku tidak menjawab karena bahasa Inggrisku buruk. Kemudian, Ibu Tuti berkata, “Hey kamera apa itu?”

 

“Nikon fm 2,” jelasku kepada Ibu Tuti. Aku mencoba bersikap sopan kepada tentara Amerika itu.

 

Ibu Tuti yang membantuku untuk berkomunikasi, Jeffri dan Mark berharap aku untuk belajar bahasa Inggris dan bahasa Vietnam bila ingin bertahan di sini.

 

Ingatan Toni, 1974 Setelah Enam Tahun, tapi aku diatas menara mercusar.

 

"wussh" suara tiupan angin di ketinggian menara dengan orang yang misterius, dengan seseorang di balik kapal melihatnya...

Tapi apakah Toni tahu...

 

Aku telah enam tahun di sini, bersama Heru, aku menikahi Lista, dan sungguh masa-masa yang menegangkan. Kami kira, perang akan berakhir empat tahun yang lalu, namun kabar berita baik akan di mulai, di awal tahun 1975. Kemudian Hanoi menjadi satu-satunya tempat yang paling aman dan bila ingin ke tempat yang paling aman justru..,

 

di dekat saigon, atau di dalam markas tentara Amerika itu, di Hai Phong. Aku telah memiliki anak dari hubunganku dengan Lista. Kemudian, KBRI telah memiliki hubungan diplomatik penuh sejak 10 Agustus 1964. Harapan dari hubungan diplomatik ini..,

 

 kami mengadakan sebuah kemungkinan yang berlandaskan di bidang-bidang yang mampu saling membantu perekonomian kedua negara.

Waktu berlalu. Tahun 1979..,

 

aku sudah mulai biasa dengan arti perdamaian. Sekarang aku dan Heru akan berjalan-jalan menikmati arti dari perdamaian. Kebiasaan Heru dan aku selain tetap menulis untuk menjadi perwakilan majalah di Indonesia, kami juga mengirim portofolio kami. Karena ada ketergantungan pada kebutuhan kami pada kamar gelap..,

 

hingga masih berteman dengan Mark, wartawan Amerika. Karena itu kami sering berkunjung ke tempat Mark. Aku datang,  dan awalnya sampai ketika Heru tiba.

 

Kami tidak membawa lengkap kebutuhan studio foto, saat pertama kali datang ke Vietnam jadi kami meminjam apapun yang bisa membantu diantara waktu pemberontakan saat itu, sebuah studio foto milik wartawan Amerika.

 

Lalu cerita humor lucu, sewaktu ketika aku belum menikah dengan Lista dan saat itu mungkin aku sedang cemburu karena Lista dekat dengan seorang fotografer bernama Mark. Ia adalah teman dari temanku, Jeffri, ia juga seorang penulis, kami berkenalan di sebuah kantin atau pub. Jefri dan Mark wartawan satu kantor.

 

"mengapa aku harus cemburu pada Mark! karena pada akhirnya aku dengan lista."

 

"ha ha.., tidak ada yang kukawatirkan humor yang sulit di pahami ini."

Akhirnya Heru datang ke tempat Mark, setellah ditunggu, aku sedang membantu mencetak gambar untuk portofolio..,

 

merasa jenuh dan akhirnya belajar Fotografi dari Heru. Ia membutuhkan bantuan di kamar gelap dan aku membantunya. Aku belajar mencetak foto negatif menjadi foto bergambar, namun itu tidak mudah karena aku tidak suka bekerja di bawah lampu merah yang redup dan remang-remang.

 

Mengejar waktu, Toni yang lagi menyeleksi gambar itu, tiba-tiba bertanya tentang hubunganku dengan Lista, yang sebenarnya belum dimulai, namun aku memang sudah melakukan pendekatan beberapa bulan ini.

 

"ha ha.., humor cerita masa lalu " kuingat

 

Aku memang suka paras Lista yang cantik, tubuhnya yang mungil dan ayu, keturunan Indonesia China, dan aku memang ingin mengajaknya pergi berkemah sesuai dengan rencanaku dan Heru. Suatu saat. Tetapi, kami hanya tinggal berdua, ketika waktu itu..,

 

Heru dan aku, yang akan pergi diam-diam.

 

Maka, Kami menjelajahi tempat itu, berkemah, hingga Angkor Watt, hanya ingin berburu foto keluar Vietnam. Namun, sialnya kami di tangkap oleh petani-petani bunga Popi.

 

"ini sungguh kenangan buruk, tiba-tiba." sebelum suara dor di atas menara mercu suar  jauh diantara waktu di suatu tempat tanpa ada yang menduga.

 

Aku sempat ditahan, bahkan dipaksa oleh seorang Jenderal Nam Po Tang, seorang penjaga asset negara yang korupsi. Aku bahkan harus berpikir keras bagaimana bisa lepas dari tawanannya.

 

"dor..."

 

 

Sekutu Lencana Amerika

 

Cerita bagaimana aku ditahan oleh seorang jenderal. Ketika itu kami berpergian dan berkemah di sebuah tempat. Itulah awal aku mengenal Jendral Nam Poh Tang.

 

Pagi hari saat aku terbangun dan akan membuat kopi dari sisa panas bara api masih meletik. Heru entah pergi kemana. Sampai aku selesai menikmati rokok dan kopi, ia belum juga kembali. Aku mulai khawatir, waktunya aku mencari Heru.

 

Hutan dalam terbuka tiba-tiba ladang buatan manusia yang luas dan aku tidak tahu ladang tanaman apakah itu kecuali Heru. “Heru kamu ngapain berdiri dengan heran di taman bunga, tempat ini indah tapi ada sasaran gambar bila kita simpan satu untuk Lista akan kutolak anjuranmu. Karena kita juga bisa membeli bunga di Hanoi.”

 

“Bila sembarang bunga pasti sudah kubantu kau untuk memakai uangku, tapi ini berbeda, ini bunga opium, kiranya apa yang tidak terlintas di kepalamu Toni?”

 

“Aku membayangkan tentara Inggris dan aku tahu ini adalah keistimewaan Vietnam. Setelah menjadi pertikaian perang, dunia pun tahu! Amerika memberi saran di PBB,” Heru menyela, “Tapi mengapa belum kau kirim berita yang satu ini? Mengapa ini tidak bisa jadi bahan tulisan?”

 

“Recovery Vietnam bukan perjalanan mudah untuk diikuti atau diliput. Sulit mengingat segala sesuatunya, aku cuma bisa menulis yang ada dalam pikiran! Tapi gampang saja, bila kita punya bukti, ayo kita kembali ambil kamera di tenda.”

 

“KBRI sudah memberi tahu ada ladang tidak?”

 

“Aku lupa? Lagipula tanpa bukti, kita tidak bisa meliputnya, sekarang buktinya ada depan mata, ayo ambil kamera. Kita ambil satu gambar! Difoto saja, foto ladang tersebut dengan kita di dalamnya bila bisa!”

 

Dalam perjalanan aku membayang, “Vietnam mendapat hak istimewa untuk menanam bunga opium, dan bersahut kalimat Amerika membantu recovery Vietnam.”

 

kami bergegas kembali ketenda...Tapi. Pingsan dan sebelumnya ketika bangun kepalaku sakit seperti di pukul dari belakang.

“Bangun orang asing!” Dialek bahasa Vietnam membangunkan Heru. Setelah aku siuman aku samar-samar melihat seragam tentara di ruangan yang lusuh tersebut.

 

Aku melihat dia meminum teh dari poci tapi kiranya apakah itu arak yang diminum, sambil menyeruput air minum orang itu berkata, “Aku tidak suka orang asing yang tidak membawa uang!”

 

“Kalian hanya membawa kamera sebagai benda mahal yang kalian miliki, turis Indonesia!”

 

Setelah melihat paspor kami berdua ia berkata, “Apakah kalian turis yang datang ke Vietnam?” Kemudian paspor tersebut juga dibaca oleh orang lain. Orang yang menegur salah mengkira kami turis.

 

“Ahh! Ternyata kalian lebih istimewa dari sekadar turis,” ucap orang dibalik seragam tentara.

 

“Aku hanya seorang petani yang suka berbisnis, lihat uang dolar ini!”

“Uang ini memberi gagasan untuk menjadi kaya raya. Aku adalah seorang jenderal, dan dengan uang ini, aku dapat membayangkan bagaimana kau akan membantuku.”

 

“Apabila orang Amerika yang datang harus membeli mereka dengan segan memberiku uang, begitulah kompromi dalam benak mereka,” sang Jenderal tersenyum, “namaku Nam Poah Tang, aku tidak korupsi, tapi uang ini memancingku untuk mendapatkan gagasan lain.”

 

“Kebunku berproduksi dan aku tidak suka diatur karena itu, biarkan aku mengaturmu,” ucap Nam Poah Tang.

 

“Aku tidak punya uang, tapi bebaskan kami dari sini,” ucap Heru.

 

 

 

Menjadi Tawanan Petani

 

Bunga opium (poppy) ialah sesuatu yang ada dalam pikiran kami. Tidak ada buruk sangka sampai akhirnya uang dijadikan persoalan, dan sialnya Heru tidak biasa membungkamkan mulutnya di depan orang yang telah menawan kami.

Kira-kira mengapa Heru diserang mungkin karena ucapannya. Dia dipisahkan olehku. Aku dipaksa masuk ke kapal tempat dokumenku dibawakan olehnya. Mataku ditutup.

 

Sebagai wartawan, aku mencium sesuatu di atas kapal. Orang Vietnam memperkenalkan dirinya..,

 

“Namaku Albert dari Vietnam. Temanmu aman selama kau mau menjadi orang kaya. Di dalam kapal ini..,

 

ada heroin untuk dijual, dan kamu terlibat tanpa pilihan.” Kemudian Albert menambahkan “Ini ranselmu, aku tahu kau penulis, mulai karang sesuatu untuk mempersiapkan diri masuk ke perairan Indonesia.”

“Oh iya, nih, rokokmu,” ucap Albert.

 

“Aku tidak punya apa-apa untuk dikarang, tapi aku akan memastikan akan membantumu karena situasiku serba salah. Dia memiliki Istri dan anak, apa yang harus kukatakan toh aku harus membantumu menjualnya bukan?” kataku.

 

Albert menatapku, “Kau mengerti, terbayangkankah apa yang dapat terjadi pada temanmu!”

 

“Sebut saja mati! Bila tingkahku tidak seperti keinginanmu,” ucap Toni. Aku harus mengikuti naluri, mengikuti kemauan mereka walaupun terpaksa dan kuharap asap rokok akan membantu meyakinkanku. Aku ingin menipu orang keji itu dan kuharap keringat dingin lemas karena aku tahu ini bukan pekerjaan mudah. Albert mendengar perkataanku, namun apakah Tuhan mendengarkanku bila Heru dibebaskan, oh Tuhan berilah pertanda.

 

Albert diam dan pergi dari hadapanku. Selintas dia aku mendapatkan ide. Ide itu ialah mengikuti skenarioku yang akhirnya sukses. “Indonesiaku yang kucintai, maaf aku harus menjadi sekutu di antara kekejian manusia akan memperdagangkan obat terlarang.”

 

Kami mendarat di sebuah tempat yang kemudianku gambar dalam peta. Ini adalah strategi terbaik memasukkan heroin. Aku berkata pada mereka bahwa penjagaan laut di Indonesia ketat karena Presidennya adalah mantan seorang jenderal. Kami terpaksa membungkus heroin itu di dalam kantong plastik. Di perairan dekat pulau Jawa, kami tenggelamkan sebanyak-banyaknya untuk ditabung.

 

Karantina Toni

 

Aku sedang disiksa, di Indonesia atau di Vietnam, di darat atau di laut, di mana pun, di ruangan mewah ataupun buruk, heroin dengan jumlah banyak atau pun sedikit, mabuk ataupun tidak. Aku sedang dikarantina oleh Albert dan pengikutnya.

 

Bisa sadar ini ritual atau tidak, jelas ini seperti sebuah kehancuran untukku. Aku tidak peduli bila bajuku lusuh, atau pun sebatang rokok lagi, kenikmatan kini dalam hidup.

 

Kenikmatan menjadi peliharaan, aku orang yang sedang dikarantina, aku tidak menatap Albert sebagai ancaman lagi. Ia sungguh telah berbaik hati.

 

Heru bukan temanku, Albert telah menjadi teman!

 

Logika ialah heroin, sebatang rokok tanpa disuntik ialah penyiksaan.

Pertama kali ketika dikurung setelah sampai Indonesia.., mereka harus mengikatku, dan pasti bila mulutku tidak dihalangi sesuatu, kuduga aku akan berteriak-teriak.

 

Sebagai peliharaan, aku diberi makan dan kesenangan yang berbeda oleh Albert, temanku.

 

Albert mengajarkanku bagaimana bertingkah laku pada wanita, bahkan aku sebagai peliharaan, sengaja didik untuk menjadi orang yang bisa memperhatikan klien.

 

Ada dua kategori klien, tertarik untuk kerja sama dan tidak. Mereka yang beranggapan menjadi teman pernah menembakku, dan aku tembak lagi, dia dengan pistol, hingga dia mati.

 

Kematian membuat aku tertawa. Aku terjebak dan tidak tahu Tuhan itu ada atau tidak?

 

Perasaanku apakah menjadi perkara?

 

Aku ingat ketika di Jakarta Barat, di antara sawah-sawah itu. Di depan rumah, aku akan berangkat kerja pertama kali sebagai lulusan SMA.’

 

Seorang pencuri di keroyok habis, dipukuli oleh tetangga, dan anak-anak kampung. Mereka menyiksa seseorang karena telah mencuri. Sungguh, aku membayangkan bila diriku yang sedang disiksa.

 

Sungguh aku sedangkan mencuri apa telah sama dengan dikeroyok suntikan?

 

Di antara hari aku ingat, itu moral manusia, mereka menghukum pencuri, Albert sungguh membuatku pusing?

 

Aku ingat ketika di Jakarta Barat, di antara sawah-sawah. Di depan rumah, aku akan berangkat kerja untuk pertama kali sebagai lulusan SMA. Berpikir akan menolong keluargaku. Menjadi harapan keluarga, dan menjadi masyarakat yang berbakti pada negeri.

 

Heroin membuat diriku dalam pertikaian. Antara baik dan buruk. Menjadi manusia ialah pertanyaan yang harus dijawab?

 

Aku ingin orang lain yang menjawab pertanyaanku, tetapi siapa?

 

Setiap orang yang menjawab salah, akan kutembak. Pilihan mereka hanya harus mengikuti antara aku dan Albert.

 

Yang kutembak ialah orang yang membeli tanpa sopan santun.

 

Tiba-tiba aku teringat belum membayar uang kopi dan rokok di kantor, mungkin karena aku akan mati. Aku datang ke sana dan membayarnya saja.

 

Aku memiliki prinsip bila kebaikan bisa kukerjakan walaupun tidak bernilai apa-apa di mata orang. Aku akan tetap melaksanakan. Senang menjadi manusia.

 

Bajuku sekarang banyak dan tidak mudah lusuh. Ratu Plaza, Sarinah, dan Gajah Mada Plaza menjadi tempatku untuk membeli baju. Sebelumnya, aku selalu prihatin untuk belanja, tapi sekarang?

 

Jam tanganku rolex yang berhias emas bahkan aku datang ke showcase penjualan mobil. Aku suka mobil mercedes band berwarna putih itu.

Perubahan dalam hidup terjadi..,

 

aku anak dari sawah di daerah Kebun Jeruk yang ingin kembali untuk pamer. Namun sayangnya, wilayah itu belum diaspal jalan.

Aku tidur dengan kemewahan, mobil, dan rumah. Dengan pendingin ruangan membuat baju lusuhku menjadi nyaman.

 

 

 

Memonopoli Pesta

 

Sementara mencari klien di pertokoan mewah Gajah Mada Plaza, aku memikirkan strategi berkomunikasiku.

 

Klien wanita ialah mereka anak orang kaya atau istri orang kaya yang sedang belanja. Mencari klien seperti mencari seorang penghianat yang berduit.

 

Di antara penghianat hingga mau tidur denganku, selalu berakhir mati karena Albert sangat ketat dalam beroperasi.

 

Aku tidak salahkan mereka bila mati.

 

Albert yang salahkan mereka karena pasti mereka berniat untuk mendapatkan barang gratis..,

di antaranya adalah mahasiswi. Mereka berakhir hidupnya karena terdesak tidak mau menjadi bandar.

 

Akan tetapi, di antara mereka yang mengikuti aturan main, pasti berhasil memanfaatkan suaminya hingga mau berbisnis. Suami ialah pecandu yang istrinya telah dimanfaatkan.

 

Untuk menjadi bandar dengan kedok bisnis mereka.

 

Atau Ibu rumah tangga yang mengajarkan anaknya untuk berjualan?

Aku kasihan pada mereka yang tertular. Aku yakin semua orang bukan penghianat, dan pencuri, tetapi aku sedang menjadi pengacara untuk setan.

 

Setiap berita acara untuk penjualan, aku yang mengatur situasi untuk Albert. Sesekali dalam perjalanan menuju negosiasi, aku melihat Albert dihadapkan anak kecil atau ia sedang memikirkan strategi untuk memanfaatkan anak kecil agar berdagang?

 

Aku salah! Ternyata ia memang simpatik pada anak kecil sejak perang di Vietnam. Ia berkata padaku, “Kau beruntung menjadi bangsa yang sudah merdeka.”

“Aku sangat cemburu padamu, memiliki negeri yang indah.”

 

“Kuharap kau menikmati jam rolex­-mu,” ucap Albert yang kulihat tidak mengenakan jam tangan.

 

Aku bertanya mengapa kau tidak memakai jam..,

“Ayah angkatku adalah seorang jenderal. Ia beruntung menjadi seorang petani..,

 

tetapi tidak seberuntung seperti ayahmu atau ibumu!”

 

Aku kaget! Dari mana ia tahu aku seorang anak petani.

 

 

 

Penghianat Tahun 80an

 

Bandung aku baru saja sampai di kota Bandung melewat puncak. Tadinya pergi ke Bogor ingin melewati jalan lain, tetapi aku ikuti kata hatiku untuk berputar melewati puncak. Aku jenuh berjualan di kota Jakarta..,

 

akhirnya kubawa banyak  persediaan heroin, di bagasi.

 

Sampai di Bandung aku ingin mendengar..,

 

lagu-lagu disko. Aku sedikit bosan dengan lagu Elvis Persely favoritku Jail Hause Rock yang berulang-ulang kudengar di mobil.

 

Aku mendapat surat dari wanita yang kucintai, gadis lain yang membuatku tergila-gila selain Lista. 

 

Kurasa aku sedang dimabuk asmaranya. Rasanya membuat heroin tidak pernah seenak ini. Aku datang ke rumah kakakku..,

 

dan diam-diam ingin pamer seperti pengusaha sukses yang pulang dari Vietnam.

 

“Kakak, apa kabar?”

 

“Toni dari mana saja, mengapa kau ke Vietnam tidak bilang-bilang. Wah, hebat wartawan perang dari Indonesia..,” ucap kakak…,

 

tidak tahu ia adalah pengguna narkotik dan menjualnya.

 

“Kakak Lidya, boleh aku numpang kamar mandi?” ucap Toni yang terlanjur sakau tergesa-gesa karena zat di tubuhnya sudah menagih kawannya untuk tiba bergabung untuk disuntikan.

 

Ia tampak menikmati, kawanan zat putau masuk dirinya kembali, walaupun saat itu ia keluar di pertanyakan mengapa lama dalam kamar mandi.

 

“Toni mengapa Lama?” teriak kakaknya heran menanti.

 

“Celanaku basah, malu keluar.” Padahal darahnya sempat muncrat kena celana karena ia tertidur sebentar tadi.

 

Sepasang lengan tangannya terlihat memiliki bekas tanda luka suntikan yang banyak, dan ia sedang menutupinya dengan pakaian baju lengan panjangnya.

 

“Toni, kau mau kubuatkan kopi ?” tanya kakaknya tahu minuman favorit adiknya.

 

“Tidak, terima kasih Lidya.” Padahal rasa rindu mereka bercerita tentang ayahnya, yang selalu meladeni mereka untuk ngopi bersama. Kakaknya menduga ada sesuatu yang tidak pada beres. Mana mungkin ia menolak tawaran rasa rindu untuk bergurau antara kakak dan adik untuk beramah-tamah.

 

“Kau mau ke mana sekarang?” tanya kakaknya.

“Aku numpang ke toilet karena sebelum sampai ke hotel..,

 

rumah kakak ini yang paling dekat dari perjalanaan,” jawab Toni tergesa-gesa menambahkan lagi, “aku bukan wartawan lagi, aku ada rapat usaha bisnis dengan orang asing..,

 

nanti aku mampir lagi setelah urusan selesai.”

 

“Kau tidak mau menginap dan memanjakan diri untuk menggambar di rumahku, engga bayar loh!” ucap Lidya sedikit tersinggung..,

 

karena adiknya datang hanya untuk menumpang toilet.

 

Aku masuk mobil dan menyalakan radio yang tidak sengaja ialah berita RRI Bandung “ Berita bencana..,

 

Pesawat Ulang Alik Challenger terjadi pada Selasa, 28 Januari 1986,kemarin, ketika Space Shuttle Challenger meledak 73 detik setelah diluncurkan. Peristiwa ini menyebabkan kematian tujuh awak. Pesawat hancur di atas Samudera Atlantik, lepas pantai pusat Florida pada 11:38 EST (16:38 UTC ). Disintegrasi seluruh pesawat mulai setelah segel cincin-O di kanan solid rocket booster (SRB) gagal dilepas…,

 

satu dari dua roket pendorong miring dan menggores badan pesawat seketika timbul percikan api disusul meledaknya pesawat kompartemen awak dan banyak fragmen kendaraan lain akhirnya ditemukan dari dasar laut setelah pencarian dan operasi pemulihan. Meskipun waktu yang tepat dari kematian kru tidak diketahui..,

 

anggota kru beberapa diketahui telah selamat dari kecelakaan pesawat ruang angkasa. Namun, pesawat tidak punya sistem melarikan diri dan para astronot tidak bertahan dari kompartemen awak di permukaan laut.”

 

 

Didengar kakak lidya menyahut “Astaga!”

 

Aku pergi.

 

”Bye,” jawabnya tanpa komentar.

 

 

 

Ciuman di Saigon

 

"oh ingatan...oh ingatan"

 

 

Aku berubah pikiran dan galau, klub malam Jiwa Kejora, setelah dua tahun berlalu aku kembali ke Hanoi..,

 

bersama Albert. Setelah setahun, Indonesia mulai menderita penyakit dari jalur penjualan narkotika heroin dari Vietnam.

 

Aku yang berpikir kira-kira itulah tempat penyimpanan teraman. Mereka menyewa kapal nelayan lokal untuk mengambil heroin kami yang ada di menara mercusuar. Gambaran pendekku mengira itu tempat yang paling aman untuk membangun penyimpanan heroin di Indonesia bila di tinggalkan. Sementara itu, aku selalu dibuntuti Albert.

 

Kekacauan memang sedang terjadi, namun peduli setan pada perkara mereka.

 

Kemudian kembali di Klub Jiwa Kejora, aku melihat Lista di klub malam dan aku berpikir, bagaimana aku biasa mendekati Lista untuk mengkirim kabar bahwa terjadi korupsi dan tindakkan penyalahgunaan ladang. Yang terlintas dalam kepala..,

 

haruskah aku menciumnya, untuk berbisik-bisik, sungguh diriku sedang dalam horor berkelanjutan. Rasa takut pada wanita masih sama. Aku jadi ingat ketika pertama kali melihat Lista, tapi kini haruskah tanpa alasan aku menciumnya?

 

Selintas, di seberang aku melihat Lista bersama Mark. Aku beranikan diri untuk menciumnya, atau setidaknya berharap Lista melihatku yang telah hilang menjadi hantu setelah penculikanku di Vietnam.

 

Aku juga selintas melihat Heru berpakaian rapih dengan dasi..,

 

layaknya bukan seorang tawanan. Mungkin perasaanku menggambarkan pertanyaan yang harus diselesaikan? Sungguh aku bukan penulis profesional. Sebagai wartawan, kecerdikanku digunakan sebagai strategi pengiriman mereka..,

 

bagaimana dengan diriku sekarang! Aku seperti hantu, terpikir ingin mati tapi dari pikiran terakhir gambaran terindah hanya mencium Lista. Karena itu aku berjalan seperti zombie..,

 

tidak bernafsu namun ketika kebetulan jarak mata Lista dekat, Lista telah melihatku mengambil persiapan di bibir dan kucium dia hingga aku tahu dia telah membalas ciumanku. Tanpa sadar dia mendesah menjauh berkata “Mark! Aduh kamu bukan Mark! Astaga Toni!” ucap Lista setelah menciumku..,

 

kemudian dia membalik badannya. Kemudian aku ditarik Albert dan dibawa pergi ke kamar. Di sana, mereka telah menyiapkan baju, dasi dan jaket.

 

Pintu ruangan yang tertutup setelah aku dibawa masuk, berbunyi. Di luar ada Lista yang berteriak-teriak memanggil namaku. Akan tetapi, Albert menghalangiku keluar.

 

“Toni!” teriak Lista dari balik pintu.

 

Tetapi, kudengar ada teriakan lain, “Diam! Kuhajar kau, wanita!”

 

Kami terjebak..,

 

tapi setelah itu, aku dibawa kedalam ruangan di mana Jendral  Nam Poah Tang yang sedang dilayani Heru. Tang telah menyakiti Lista.

 

“Selamat datang kembali turisku, kau memberiku banyak uang. Bagaimana kabar Ibu dan Adikmu?,” ucap Nam Poah Tang

 

“Setelah dua tahun, aku bertanya siapa yang akan kau cium di klub milikku ini. Sepertinya kau mulai berselera humor karena pasti kau memiliki maksud lain pada temanmu itu,” ucap Nam Poah Tang menambahkan, “Albet bawa masuk tamu muda itu, dia pasti wanita cantik.”

 

“Toni, mari kalian duduk denganku dan Heru. Kalian pasti berpikir aku akan berbuat jahat bukan? Kau boleh pergi, Lista..,

 

tapi setelah kamu menjadi tamu yang baik dulu.”

 

Kami disuntik heroin. Lista dan aku kehilangan diri. Aku disekap dan kini aku harus kesal karena ditahan berbulan-bulan, diperdaya oleh heroin. Kami Berdua sudah kecanduan seperti Heru yang sudah terlanjur mengikuti Jendral Nam.

 

 

Kabur

 

Malam hari tingkahku berubah. Di antara derasnya hujan di luar, aku disuntik kembali dengan heroin. Aku memohon untuk menyuntiknya sendiri. Aku di kamar dan pelayan kuperdaya, kusekap dia dan kusuntikan heroin padanya, kemudian aku kabur. Namun..,

 

sebelumnya kuambil apa saja yang bisa kuambil di kantongnya. Aku tidak peduli dengan nasib Lista dan Heru. Yang ada di dalam pikiranku hanya melarikan diri. Hutan merupakan satu-satunya cara yang terbaik untuk menjauh dari rumah ladang bunga opium.

 

 

Aku melarikan diri ke hutan. Aku menduga-duga jarak tempuhku yang belum jauh, dan kemungkinan akan tertangkap lagi. Sementara yang lain mengejar, aku tetap berlari tanpa henti. Aku terpaksa berlari walaupun rasanya paru-paruku sudah terasa hampir meledak. Lebih baik mati sambil lari mempertahankan diri.

 

Aku terpaksa membunuh lima orang selama pelarian. Sampai pada akhirnya, di sungai aku melompat, berharap arus sungai cukup kuat untuk menghanyutkanku. Setelah menceburkan diri, badanku terseret arus. Aku mencoba berenang..,

 

namun aku mengenai sesuatu yang keras hingga tidak sadarkan diri.

 

Kabur bukan hal yang menyenangkan, sakit akibat candu mulai terasa. Setelah aku terbangun di tepi sungai, aku merasakan masa-masa sulit di mana aku harus melakukan penolakan pada rasa candu. Sungguh aku rindu pada heroin. Ini membuatku jadi gila. Aku sempat muntah mengeluarkan darah. “Tuhan, tolong aku!” teriakku. Sampai..,

 

beberapa hari kemudian, aku pingsan dan di temukan oleh petani padi Vietnam.

 

Kendali Pikiran

 

“Aku tahu Toni kabur karena dia kecewa padaku..,

 

Lista sebaiknya kau diam karena nyawa kita di ujung tombak. Ini masa-masa kritis, aku dan kamu bisa mati kapan saja?”

 

“Aku minta di dengarkan. Anggap saja ini kesalahan aku dan Toni.”

 

“Heru keluar!” ucap Albert.

 

“Kalian pergi, seperti yang direncanakan,” ucap Jenderal Nam Poh Tang,

 

 “kau akan menjadi teman bagi orang­-orang yang telah kudidik. Rekeningmu, ini nomernya, di sebuah bank yang telah tercantum di situ dan ini juga untukmu Albert.”

 

“Aku akan melarikan diri,” ucap Nam Poh Tang.

 

“Senang melayanimu, Tuan,” ucap Heru, “terima kasih telah berbaik hati.”

 

“Aku telah menjaga anak dan istrimu,” ucap Nam Poh Tang, “permintaanmu telah kukabulkan.”

 

“Ini foto mereka, yang terakhir, dan ini suratnya yang terbaru,” ucap Albert.

 

“Aku minta kau berpura-pura lagi depan Lista,” ucap Jenderal Nam Poh Tang.

 

“Mengapa tidak kauinginkan aku untuk meyakinkan Toni karena ia temanku yang telah mau mengikuti permainan ini?”

 

“Albert mengapa ia berkhianat?”

 

“Aku tidak tahu, tapi yang jelas aku ingin dia tetap menjadi teman kita,” ucap Albert.

 

Apakah aku seorang pengedar? Aku tidak tahu. Kepalaku sedang tidak karuan rasanya. Aku dipaksa memakai heroin oleh Albert yang menjadi kaki tangannya Nam Poh Tang.   Rutinitasku adalah menyelam..,

 

ke laut dan mengambil Heroin. Pernah kabur dan kini sedang berada kembali di Indonesia. Aku selalu disuguhi wanita cantik untuk tidur denganku. Bahkan aku memiliki rumah sendiri di Indonesia.

 

Aku kecanduan, aku memakai dan menjualnya, bahkan aku memegang pistol yang diberikan temanku, Albert. Aku memang pernah kabur dan melapor ke KBRI. Namun..,

 

kini aku kembali lagi menjadi seorang pengedar. Masih bingung dengan statusku. Meski begitu, aku senang karena tidak lagi memikirkan baju yang lusuh. Sekarang aku hanya memikirkan bisnis yang tepat untuk mencuci uangku, atau uang Albert. Jenderal Nam Po Tang ditangkap dan dihukum mati. Namun,

 

kaki tangan atau asistennya memperkirakan hingga tahun 2005, persediaan heroin akan tetap cukup. Dari pertanian bunga popi untuk kami berdua, aku dan Albert, bisa menjadi orang yang kaya!

 

Sebelum Mati, Aku Mengaku gila

 

Kembang api di awal 2000, menghias kematian seseorang. Bahkan suara tembakan pistol, tidak didengar penduduk. Januari, di awal millennia, di sebuah menara mercusuar ditemukan orang bunuh diri. Aku seorang detektif, dari bagian badan intelegensi..,

 

dan sedang menyelidiki sebuah kejadian. Namaku Agus. Semalam aku di Jakarta dan sekarang akan pergi menuju sebuah menara mercusuar di luar kota. Sampai di tempat perkara, di samping marking korban yang sudah digarisi, ada sebuah jurnal. Diduga ialah jurnal pengakuan..,

 

tetapi apakah aku bisa menganggap serius cerita si korban bernama Toni ini? Jurnal korban bunuh diri dilaporkan bahwa kandungan opium dalam dirinya sangat tinggi dan di pahanya ada bekas luka tembak yang telah lama. Tidak ada penduduk setempat yang mengaku menjadi keluarga korban. Kami mencurigai kalau Toni masih tinggal di sekitaran kota Jakarta, tetapi di mana? Mengapa dia pergi ke sini?

 

Besoknya, kembali pergi ke kantor polisi aku menginvestigasi kasus ini. Aku harus punya kesimpulan untuk merencanakan penyelidikan satu-satunya buku atau jurnal yang ditinggalkan orang yang bunuh diri itu. Sungguh aku tidak mengerti, di lain sisi, aku tidak peduli, mengapa?

 

Opium! Dalam tubuhnya dengan senjata api itu mengkhawatirkan. Sungguh tidak ada keterangan keterkaitan awal hingga akhir bunuh diri. Mengapa ia stress kemudian bunuh diri? Apa penyebabnya?

 

Besoknya aku kembali pergi ke kantor, meneruskan membaca laporan. Dari awal, aku coba memahami. Toni seorang wartawan yang hilang diculik dengan kawannya. Adakah penyebabnya dikarenakan trauma..,

 

menjadi sikopat atau gila. Aku seperti sedang melihat buku biografi perjalanan hidup seseorang. Aku kaget, di daerah Thamrin..,

 

Jakarta, pernah ada trem peninggalan kolonial Belanda menjadi favoritnya ketika kecil. Lalu, kiranya apa lagi yang tidakku ketahui? Tulisan wartawan bernama Toni tersebut penuh dengan gambaran perasaannya.

 

“Tapi bagaimana bila bom itu kena merusak lensa kamera?” ucap Toni khawatir pada Heru yang disambut tawa antara redaksi undangan di kantor Bapak Indrawan. Dan itu saat mereka berdua diundang untuk mempersiapkan diri terhadap tawaran pergi ke Vietnam.

 

“Ha ha ha,” aku berpendapat ironi menahan komentar sikopat macam apa dia. Telah kubaca kecurigaan Toni membayangkan kaitan pada penembakan JFK di kaitkan dengan perang di Vietnam.

 

Terasa rancu dan lucu, tapi dia memang ada di Vietnam menurut buku ini, bagaimana berceritanya, Toni juga bercerita Partai komunis di Indonesia sepenuhnya hanya boneka belaka, tapi sangat humoris dari pandangan umum, tentang itu aku belum punya pendapat atau tidak ingin berpendapat berkaitan dengan skema JFK. Namun..,

 

aku bingung. Aku hanya tahu bahwa Toni ialah korban bunuh diri yang mengaku telah kehilangan segala-galanya..,

 

mengait-ngaitkan harta dan kemakmuran nasional yang sulit dilihat alurnya.

 

Lucu sekali bagaimana ia mengatakan akan mati menghadap Irian Barat untuk tujuan sebagai simbolis ke pengorbanannya untuk Indonesia. Ironi tidak memiliki rasa memiliki. Lalu..,

 

apa hubungannya dengan narkoba? Mencoba mengisayaratkan bahwa adegan bunuh dirinya akan dilihat sebagai pengorbanan memiliki rasa gotong-royong? Tapi Toni mendapatkan semua persediaan heroin yang ditimbun di Indonesia..,

 

bahkan ia mengaku ia bukan saja penadah utama tetapi ia juga terjebak dalam perencanaan deposit heroin yang begitu besar. Kemudian, ada seorang Jenderal yang diceritakan oleh Toni telah disidang dan dihukum oleh Makamah Internasional, karena tindak pelanggaran..,

 

memploting masalah mengunakan wewenang ekonomi komoditas terbatas pada perdagangan panen?

 

“Sungguh ini kasus aneh.” Aku sulit memahaminya.

 

Besoknya, aku kembali bertugas membaca cerita, memahami alur cerita yang bisa dipercaya atau tidak. Tiba-tiba, ada laporan di Tanah Abang ditemukan rumah kosong dengan foto-foto Toni..,

 

si korban bunuh diri, aku bergegas pergi ke sana dan mencari petunjuk untuk memahami siapa dia?

 

Siang itu, seorang anak muda bernama Bayu ditangkap sedang membeli narkoba di Tanah Abang. Mereka dicurigai dari semalam oleh penduduk setempat. Mereka terlihat seperti orang gelisah yang akan masuk ke rumah kosong Bapak Toni.

 

Kami akhirnya memiliki petunjuk, Toni tinggal di Tanah Abang Dua. Ia tinggal dekat dengan daerah Gajah Mada, bahkan hampir diantara semua penjualan narkoba partai besar seperti lingkaran dan itu di tengah-tengah motif radius acak dari di antara bandar yang sering ditangkap di petakan. Seperti perumahan Kampung Bali..,

 

contohnya, tidak jauh dari radius  Tanah Abang, tetapi mengapa Toni bunuh diri bukanlah hal yang bisa kupahami arti simbolisnya? Ia memiliki segala harta di zaman yang telah berubah banyak sejak saat dia pulang dari Vietnam. Ia bisa memiliki banyak usaha walaupun ia mengonsumsi narkoba. Kupahami ini sebuah isu pencucian uang, dengan berkedok usaha-usahanya. Aku terkejut pada nama-nama PT atau CV sebagai wirausaha.

 

Aku mengikuti cerita Toni, ketika Jendaral Nam Poh Tang itu tertangkap dan digiring ke Mahkamah Agung tapi, ia sendiri, Toni, tidak melihat Jendral Nam Poh Tang dihukum atau digiring ke Mahkamah Agung melainkan cerita dari Albert sebagai pengakuan dalam buku. Bila Nam Poh Tang seorang jenderal yang menjaga aset negara yang berkomoditas terbatas itu, siapa yang harus dicurigai, mungkinkah Albert yang menipu Toni bahwa Nam Poh Tang diceritakan dihukum mati? Kuduga ia masih hidup, tapi Toni diperdaya dan ditipu oleh Albert, sebagai entah boneka Albert atau Jenderal Nam Poh Tang-kah Toni ini?

 

 

 

Toni di Samping Jurnal

 

Aku akan mati di samping jurnalku, tepat menghadap arah mata angin, yaitu ke pulau Irian Barat. Aku telah mati, kau menemukanku, dengan pandangan lampiran ini sebagai tanda, pesan terakhirku.

 

Bagaimana aku bermula cerita. Namaku Toni, aku sungguh terjebak! Rinduku pada temanku Heru yang entah kini di mana? Sawah-sawah di Jakarta tahun 60′an, aku berumah di daerah Kebun Jeruk, kini tempat itu bukan lagi sawah, lalu, aku ingat kesenangan naik kereta trem sesaat dari Thamrin, tapi kini tidak ada lagi. Atau cerita pembebasan Irian Barat yang disebut Trikora itu berkait-kait. Aku seorang pencandu heroin yang makmur. Mereka kini bisa berhenti mengetuk pintu rumahku untuk meminta hidangan garis bubuk heroin yang dibentuk simetris untuk memancing selera itu telah habis. Aku mati bukan karena heroin, bahkan setelah kau menemukan mayatku yang telah bunuh diri ini karena pistol pemberian Albert, yang kuduga tidak akan kupegang di tangan setelah kubidik kepalaku ini.

 

Kapankah aku mati? Aku mati ketika berada di ladang bunga opium, tetapi aku berjalan bagai orang yang mengedarkan heroin. Di antara waktu, sungguh masa keemasan menjadi orang yang makmur tetapi membuat yang lain menderita, sungguh mengapa aku  menjadi seorang pengedar heroin, apakah karena simpatik Albert padaku?

 

Mengapa aku harus mati menghadap ke arah mata angin, yaitu ke Irian Barat dengan rasa penasaran ingin kalian membayangkan. Adakah aku menjadi pengedar karena keinginanku atau karena jebakan ialah tetap masa keemasan bagi seseorang.

 

Selintas cerita, bayangkan terjebaknya diriku pada takdir seperti halusinasi yang menjadi skizofrenia. Penasaranku dari berita di manakah angin berhembus? Penasaranku bertanya ingin menduga benar apakah benar Pembunuhan JFK atau Jhon F. Kennedy..,

 

ada hubungannya dengan gunung emas di Irian Jaya, “Sungguh aku kagum pada mereka bila  benar akan menjadi penyidik yang hebat.” Membayangkan  Presiden Sukarno pernah berkeinginan untuk tidak menerima kongsi usaha dari luar negeri..,

 

tapi sebaliknya Suharto, apakah benar kubayangkan dia tidak tahu mengapa Jhon F. Kennedy dibunuh karena kudeta gunung emas itu telah menjadi konseptualiasi rasa penasaranku membayangkan yang kalian bayangkan, mengapa di tahannya Sukarno untuk diasingkan. Apakah komunis dikambinghitamkan? Dan mengapa mereka seperti manusia tidak manusiawi seperti diriku!!!

 

“Ha ha ha.”

 

“Aku tidak tahan lagi pada isu-isu miring yang membuatku membayangkan isi kepala kalian.”

 

Aku ingin tertawa sebelum mati. Ini humor ironi dariku. Sesungguhnya, aku menjadi pengedar karena temanku Heru, atau Komunis, terlihat buruk karena heroin dan September di lubang buaya. Bagiku, komunis hanyalah ideologi bonekanya Nam Poh Tang..,

 

juga Albert. Dan sungguh aku tidak bersalah, kecuali telah membunuh dengan keji maka salahlah diriku mematikan orang. Tapi aku membunuh lima orang  untuk membela diri. Mengapa di lain waktu kakiku yang terkena luka tembak? Sakit hatiku lebih sakit dari itu.

 

Aku salah dan mereka salah! Karena yang salah itu telah tidak loyal dengan sistem. Ideologiku terjebak, adakah gagasan untuk sebutannya yang tidak kuketahui? Aku bukan komunis? Aku hanya ingin temanku, Heru, tetap hidup!

 

Ceritanya, ketika kami akan pergi ke Vietnam, presiden Suharto telah hampir lima tahun menjabat menjadi presiden dan aku akan menjadi perwakilan wartawan di Vietnam. Aku bersama temanku, Heru, bersahut-sahut cerita di pagi yang aku rindukan. Sebelum ditangkap di ladang dengan sebatang rokok ditangan.

 

Yang berkesan, sebelum berangkat pada dunia kegelapan. Mengapa Presiden Sukarno, mengundurkan diri, adakah ia bersalah?

 

Ha ha ha sungguh ironi! Apakah aku ingin menyelamatkan Iran Barat, atau penasaran menjadi gila karena motif penembakan Jhon F. Kennedy membuat aku sakit kepala. Beralur arus membayangkan tiga tahun kemudian Sukarno ditahan, padahal perang di Vietnam belum berakhir.

 

Sedangkan KBRI Vietnam baru saja berdiri di tahun 1964. Bila kau melihat peta dalam pikiranku, kalian tahu mengapa aku sakit kepala. Diriku rindu di pagi hari ketika akan berangkat pada masa yang berlalu di tahun 1968, atau setelah itu aku tiba di Vietnam, hingga perang berakhir, aku masih di sana dengan Heru.

 

Aku ingat, aku  baru saja turun dari trem atau kereta, yang telah dihilangkan di Thamrin. Jalanan macet, sawah-sawah mulai dijual satu per satu bahkan ayahku pindah ke Jawa Barat, demi tetap menjadi petani. Tiba-tiba aku terbayang, mengapa aku tidak rindu pada keluargaku sebelum bunuh diri.

 

Mungkin aku tidak akan menyangka membayangkan akan mati seperti ini, saat itu aku baru saja dipromosikan untuk menjadi wartawan tapi kerja di KBRI, di luar negeri bersama seorang fotografer. Aku ingat ketika masuk kantor editor, dia memberiku, teman bernama Heru, bahkan aku ingat pesan editor, “Toni, kau akan di temani oleh Heru,” ucap editorku.

 

“Jangan khawatir, kau akan mendapatkan gambar yang bagus walaupun ada bom.” ucap Heru.

 

 

Penyelam Kolektor Harta Laut

 

Di tepi laut  perahu pesiar sedang mendekati tepinya, seseorang dalam kabin perahu sedang mengemudi kapal, navigasinya mendekati menara mercusuar. Sementara itu, di atas menara mercusuar, di atasnya menara, ialah Toni yang sedang akan bunuh diri namun ia ragu, walaupun di kepalanya sudah ada pistol. Keraguan Toni akhirnya membuat ia berubah pikiran, senjatanya hendak disingkirkan..,

 

kiranya apa yang membuat Toni berhenti menekan platuk pistol. Namun, dari seberang ada kapal pesiar yang mendekati menara mercusuar, mengamati  Toni dengan teropong. Kemudian teropong milik senapan snipper itu membidik kepala Toni dan menembaknya. Toni mati bukan karena bunuh diri Ia sempat akan menggagalkan tindakkannya dan berniat untuk tetap hidup! Senjata snipper milik siapa itu? Apakah yang sebenarnya sedang terjadi?

 

“Hallo saya ingin bicara dengan Jendral Nam Poh Tang,” ucap pembunuh Toni.

 

“Hallo Jendral, saya telah ikuti kemauan Anda untuk membunuh Toni” sang pembunuh Melapor.

 

“.....” dari balik telpon selular.

 

Sang pembunuh mendengarkan permintaanya Sang jendral “Baik, di tas 3278, kau ingin aku meletakan Jurnal di samping mayatnya,” ucap sang pembunuh.

 

Ia pun menepikan perahunya, dan kemudian membuka koper dengan nomer 3278 untuk dibuka. “Tidak heran pemberian tas senapan, di antara tas yang asing selain tempat senapan itu isinya ialah hanya jurnal, untuk membunuh Toni.” Pembunuh berpikir kiranya untuk apa, dan apakah isinya? Menggambil jurnal dan bergegas pergi. Dari situ, sang pembunuh pergi loncat dari kapal dan pergi ke menara mercusuar. Ia melakukan tugasnya dan pergi setelah meletakan buku jurnal di samping tubuh Toni.

Sang pembunuh pergi dengan kapal pesiar dan dalam perjalanan ke arah Australia, ia menghilang.

 

Di awal tahun 2000 ada yang berpesta di atas kapal, Seseorang yang hobi menyelam.. Ia menyelam dengan alat metal penditeksi dan menemukan senapan. Baginya harta walaupun dalam air laut itu bisa berupa apa saja. Benda itu adalah senapan snipper milik sang pembunuh Toni.

 

Sementara, di kantor polisi, kekhawatiran mereka tentang pembunuhan Toni baru terungkap setelah mereka membandingkan peluru pistol milik Toni dan peluru yang ada di kepala korban ialah peluru snipper dalam kepala Toni.

 

Senjata itu menjadi pajangan dan pertanyaan bagi seorang penyelam yang dipajang  di dinding, sebagai ornamen barang penemuan seorang hobi menyelam, harta-hartanya menjadi hiasan..,

 

kiranya itulah koleksinya. Mulai dari apapun yang terditeksi dengan alat penditeksi metal ketika menyelam ada di sana, dari yang hanya harta benda temuan berupa tutup botol, koin logam, peluru meriam jaman pertempuran kolonial Belanda dengan Inggris, hingga sekarang, sang penyelam memiliki senapan.

 

 

Cakra  jatuh pingsan

 

Aku sedang bersandar di tembok, badanku baru saja menunggu respon minuman energy drink yang baru saja kuminum.

 

Aku begadang semalaman, tidak tidur, mencoba menulis novel karyaku. Pagi harinya aku telah merasa lesu, dan lelah. Celaka ini hari senin, pikirku, aku seorang wartawan yang sedang mempelajari kriminologi yang rumit demi menemukan benang merah penghubung dari tindakan pembunuhan Toni.  Aku bukan penyidik, namun aku mengungkap dan bertanya mengapa ada pembunuhan? Apalagi bagaimana dalam berita bisa menuliskan sebuah pembunuhan di katagorikan direncanakan.

 

Data forensik anatomikah atau dari tempat kejadian perkarakah yang menjadi semua titik awal luapan sebuah cerita bisa terbentuk untuk dipahami?

Saat ini nasibku sial, aku wartawan yang merasa tidak mengandalkan rasa. Semoga dugaanku salah, aku mengincar berita yang mungkin sulit didapat.

 

Aku ingin pembaca melihatku seperti pahlawan pembela kebenaran. Akan tetapi, setiap kali ada tindakan kriminal, bukan wartawan yang tahu duduk perkaranya terlebih dahulu, melainkan penyidik.

 

Seandainya ada petunjuk pembunuhan berencana yang bisa kudapatkan. Aku belum menyerah, yang mengagetkan di Klaten ada yang dibunuh dengan motif penembakkan yang hampir sama. Sungguh aneh, adakah motif yang bisa kulihat dengan jelas?

 

Diberitakan nama korban Roy, dan dari data yang menerangkan bahwa mengapa ia dibunuh tidak terungkap. Bahkan aku sekarang sedang berada di markas besar kepolisian, terpaksa harus kembali ke jalanan macet Jakarta.

 

Aku sedang  berjalan, tiba-tiba tersungkur masuk ke semak-semak, dan kemudian terjatuh  pingsan. Karena tidak ada yang melihat dan menolongku, waktu terasa begitu lama. Seakan-akan aku telah tidur berjam-jam.

 

Aku terbangun teringat tadinya aku bersandar di tembok karena tidak kuat lagi berdiri, namun ketika aku terbangun, aku mendengar suara perbincangan yang menarik perhatianku. Tidak jadi soal siapa orangnya , namun aku tahu ia akan melakukan sesuatu yang buruk. Orang itu berbicara di telpon, “Jangan mengacam! Albert, kau ingin aku mendapatkan jurnalmu, di gudang yang besar, maka jangan berpikir seenaknya,”

 

ucap sahut orang yang sedang bising kudengar berdialog menambahkan, “jangan pikir kau bisa memerasku, dasar orang Vietnam gila,” ucap orang itu. “Jangan ancam saya lagi, baik, saya akan cari di kategori korban bunuh diri bernama Toni, terima kasih.” Bangun dari pingsan aku masih lelah menguap, sepertinya tidak sengaja aku menguping pembicaraan orang ini.., sambil tiduran di balik rumput!

 

Suara orang itu sangat jelas dan yang menghalangi pandangan kami di antara satu sama lain ialah tanaman, tanaman yang lebat menutupi, di sebuah taman dekat belakang gedung bangunan yang bila tidak ada tanaman itu aku yakin ia pasti tidak akan teriak-teriak di belakang gedung, bila tahu ada diriku.

Aku mengintip, melihat orang yang telah melakukan pembicaraan di telpon tadi dengan jelas. Kuikuti orang itu, tanpa sadar aku buntuti dia. Mengapa ia pergi ke arah gedung gudang. Gedung gudang itu tempat bukti disimpan, dan penjagaannya sangat ketat. Anehnya, orang itu dapat masuk dengan mudah. Aku menduga-duga siapakah dia, Bagaimana seorang bisa diancam..,

 

namun kini ketika diamati lagi, hal ini menjadi lebih menarik membuat aku penasaran, apakah ia seorang polisi?

 

Bila ia ikuti permintaan si penelpon, apakah ancaman si penelpon, dan bagaimana sebuah jurnal menjadi petunjuk menarik dari korban bunuh diri.

 

“Siapa Toni?” pikirku. Tak lama, kenalanku memanggil di pintu penjagan gedung gudang.

 

“Cakra sedang apa kau mengikuti anggota kepolisian, yang akan bertugas?” “Siapa dia, wajahnya seperti saudaraku?” ucapku berpura-pura kenal dengan orang yang aku ikuti “Sabar nanti dia juga keluar dan pergi menjaga tempat ini, sementara ia sedang berganti baju sekarang” ucap Bima.

 

 

 

Berangkas arsip

 

Di tempat data file, polisi yang diikuti Cakra melihat arsip dalam katagori bukti buku jurnal milik Toni. Ia tampaknya menemukan di mana letak buku itu.  Kemudian ia pergi ke buku jurnal itu terregistrasikan di nomer seri bagian abjad nomer  BF-12-478. Namun, buku milik Toni baru saja  dikembalikan oleh Mayor Lina. Spontan di letakkan kembali pada tempatnya, buku jurnal peninggalan Toni, dan diambil oleh orang yang dibuntuti Cakra dengan gegabah.

 

Karena Mayor Lina curiga, pada tindakan gegabah orang itu maka, Mayor Lina berpura-pura pergi..,

 

seolah-olah tidak berminat memperhatikan orang yang diikuti Cakra.

 

Sementara, Cakra menduga-duga, Mayor Lina di dalam gudang penyimpanan bersembunyi, dan menjaga jaraknya, kemudian yang menarik perhatian Mayor Lina, dari divisi manakah orang  ikut campur tugas misi divisi khususnya ini.

 

“Halo Albert, aku mendapatkan jurnal yang kau minta ambil,” ucap orang yang mencari jurnal Toni tadi,  “iya, saya akan segera keluar gedung dan memberikan ini secepatnya kepada Anda.” Lina terkejut mendengar perkataan tadi, “Pengkhianat, cepat tangkap!”

 

Orang yang kaget disebut pengkhianat itu lari tergesa- gesa, walaupun dihalangi di depan pintu, sang pengkhianat dengan tergesa-gesa mengeluarkan senjata api dan melakukan tindakan menyedihkan yaitu bunuh diri. Tampaknya ia lebih rela mati ketimbang diperiksa oleh penyidik.

 

Cakra dan Mayor Lina di tempat kejadian perkara kaget dengan tindakan bunuh diri yang begitu cepat itu.

 

“Astaga, Tuhan,” ucap Cakra terkejut, ia sebagai wartawan baru pertama kali melihat kejadian bunuh diri di depan matanya.

 

Menghiraukan Cakra, Mayor Lina teringat permintaan Albert yang memaksa korban bunuh diri itu untuk memberikan buku jurnal itu, dan akan diberikan Albert di depan gedung oleh si korban. Mayor Lina dengan sigap penjaga pintu masuk untuk menghubungi satgas kepolisian menutup pintu area keluar masuk dari wilayah markas.

 

Tiba-tiba saja alarm berbunyi memberi tanda kode seperti kode morse di antara gedung, tapi semua telah terlambat karena sampai besoknya tidak ada tersangka Albert berhasil ditangkap.

 

Dalam proses yang lama Cakra tidak diizinkan keluar dari mabes kepolisian karena dicurigai telah bekerja dengan Albert. Kecurigaan Mayor Lina mempertanyakan mengapa ada orang yang tidak berkepentingan dengan tugas polisi berada di tempat itu. Isu Cakra nongkrong di tempat yang tidak seharusnya menjadi kecurigaan untuk diproses oleh bagian penyelidikan.

 

 

Penyelidikan Cakra

 

“Kau punya pilihan untuk bekerja sama atau di penjara karena menjadi terdakwa sebagai anteknya  Albert yang menjual narkoba dan dianggap sebagai teroris,” ucap Agus. Cakra hanya bisa bercerita apa adanya, kebetulan ia tertimpa sial. Ia terpaksa bekerja sama dengan polisi dan mencoba aktif kembali bertanya soal subjektif dari jurnal yang di telah gagal dicuri itu. Cakra terkejut dituding sebagai anteknya Albert, padahal ia tidak merasa melakukan pekerjaan lain kecuali menjadi wartawan.

 

“Maaf, mengapa Anda mengira saya sebagai anggota teroris. Saya mengkuti pengkhianat itu sampai depan gedung. Saya ikuti karena merasa wajahnya serupa dengan saudara saya yang sudah lama tidak bertemu?” ucap Cakra.

 

“Jadi kau benar-benar tidak kenal siapa Albert?” tanya Agus.

 

“Kejadian mengapa ia tergesa-gesa lari dan pergi dari Mayor Lina tidak kuketahui,” ucap Cakra.

 

“Baik, sekarang tahun 2014 dan kau terjebak dalam penyelidikan jangka panjang yang belum selesai perkaranya dari sejak statusnya berada di tahun 2000, sebagai kasus, isu teroris ini masih dalam pengamatan, dan telah memiliki tersangka yaitu Albert sebagai pimpinan oprasinya,” ucap Agus menceritakan alur singkat yang ia pahami.

 

“Apakah ini ada hubungannya dengan kasus bom, di Indonesia?” tanya Cakra.

 

“Ceritanya panjang, bila terkait bom kami belum bisa mengkaitkannya, dan perkara ini terkuak karena seorang bandar narkoba menyesal dengan telah berkomentar cerita dalam bentuk buku jurnal, seperti seolah-olah berupaya terakhir, ia mencoba bersikeras ingin, mendaulatkan diri tapi gagal, ia bercerita kisah hidupnya yang menyedihkan namun akhirnya ia bunuh diri karena,” Agus kembali menjelaskan.

 

“Mendaulatkan diri?” tanya Cakra,  bingung tidak memahami penjelasan yang tidak umum.

 

Mereka menyalakan proyektor, dan lampu mulai dimatikan.. Agus memulai presentasinya, menjalankan klip-klip gambaran, agar berharap Cakra bisa mengikuti cerita ancaman apa yang ada pada pertahanan Negara.

 

“Drugs traffic di pahami sebagai tindak korupsi yang memberi modal kepada teroris. Kami dari tingkatan visioner seorang jenderal sedang memahami kriminologi yang sedang berlangsung sejak pertama kali narkoba datang berawal di Negara Indonesia  yang masih belum sigap, kiranya kami berkomentar karena kami sebagai aparat pertahanan, dan sebagai wilayah Negara Indonesia masih menjadi negara yang berumur muda. Isu pengalaman dalam pertahanan Negara masih belum terkonseptualisasikan untuk evaluasinya, bila ingin dikaitkan satu sama lain.”

 

“Isu kasus divisi kami sebenarnya rahasia dan, terkondisi gabungan dari semua TNI, yang dipilih,” kemudian Agus menambahkan,“orang yang bernama Toni, ialah baru permulaan dari evalusasi yang ingin dibayang-bayangi. Orang yang bernama Toni mencoba menjelaskan kriminologi dari teroris namun karena rumit ia terpaksa menelan fakta berlebihan dan stress. Ia menjelaskan bahwa narkoba memberi peluang untuk teroris untuk melakukan operasi,”  ucap Agus pada Cakra

 

“Bisakah aku mempelajari jurnal itu? kemudian Agus melanjutkan, Sabar, kami belum selesai menjelaskan.” Agus memutar klip selanjutnya, menampilkan foto Heru. Ia mencoba menceritakan latar belakangnya kepada Cakra. “Sekarang Heru adalah tersangka, dan pernah  menjadi teman wartawan Toni ketika belum menjadi tersangka sebagai penjual narkoba. Isu drugs traffic dalam status kami.”

 

“Tunggu, aku kelebihan informasi, bisakah kita beristirahat sebentar sebelum proyeksi ini kembali dilanjutkan,” ucap sahut Cakra yang pusing dan merasa kecapekan menelan informasi ketika diajak bekerjasama.

 

 

Diskotik

 

“Nama saya Agus, bolehkah saya berkenalan dengan Anda?” ucapnya kepada seorang wanita di bar.

 

“Tentu, nama saya Fiona, kau mau membelikan aku minuman?”

 

“Tentu.”

 

Itu ialah bar di mana Jasmine berada dan menyela permisi wanita itu. Agus  yang kenalan itu membelikan, Fiona minuman, “Jasmine, minta tequila sepasang untuk kami, oh iya kau melihat Cakra tidak?”.

 

“Tidak, Pak Polisi,” ucap Jasmine penuh canda. Tanpa sengaja Fiona mendengarnya, “Kau polisi? Kebetulan, aku punya pertanyaan penting untukmu. Aku seorang penyelam, dan aku menemukan senjata api dalam dasar laut di dekat sebuah menara mercusuar di daerah pantai Anyar, Banten, lebih hampir sepuluh tahun yang lalu bila tidak salah ketika tahun baru. Ketika itu, aku menduga benda itu masih baru?”

 

“Mercusuar di pantai Anyar?” tanya Agus.

 

“Iya.”

 

“Maukah kau membantuku untuk melihatnya?” Agus meminta. Kemudian mereka pergi dari tempat itu ke apartemen Fiona, di Kedoya, Jakarta Barat.

 

Mereka pergi naik mobil Fiona, dan ia banyak bercerita tentang benda yang ia temukan ketika menyelam.  Malam itu Mereka pergi ke ruangan koleksi Fiona, dan uniknya, Agus hanya mengkhawatirkan pernahkah ia menyentuhnya dengan tangannya atau membersihkan senapan itu.

Senapan itu dibiarkan berdebu, dan hanya satu-satunya koleksi yang tidak dibersihkan.

 

“Apakah kau menyentuhnya?”

 

“Tentu tidak! Aku sengaja membiarkannya kering sendiri sejak kutemukan, saat menyelam di laut.” Fiona menjelaskan.

 

“Mengapa tidak kau serahkan ke polisi saja waktu menemukannya sepuluh tahun yang lalu?”

 

“Tahukah kau susahnya menemukan harta benda di dalam laut, dan sungguh aku berat hati untuk meninggalkannya,” ucap fiona..,

 

yang menduga pasti akan rindu pada harta miliknya, menduga akan diambil Agus. “Aku tahu kita tidak berhak memilikinya.”

 

“Benar, apakah hanya itu yang kau temukan?” tanya Agus memastikan.

 

“Tidak hanya itu, aku menemukannya dari dalam tas dan masih ada pelurunya.” “Baik, aku pinjam untuk sementara waktu. Kebetulan aku terkait dalam kasus ini. Sementara waktu..,

 

kau ikut denganku untuk membantu membuat laporan.”

 

“Apakah itu pembunuhan?”

“Apa?” tanya Agus.

 

“Kasus yang yang tengah kau tangani.”

 

“Mengapa kau berpikir begitu?” “Aku hanya menduga karena senapan itu kulihat di internet dan hanya digunakan oleh kalangan militer dan bentuknya seperti yang di film-film perangnya Amerika.”

 

“Aku tidak tahu jenis ini, tapi akan aku cek.”

 

 

 

Labotorium Polisi

 

Komputer masuk akses internasional, mencari data sidik jari para kriminal, untuk mereview sidik jari dengan tampilan wajah seseorang yang cocok. Program komputer khusus digunakan untuk bisa masuk akses itu, dan data base lokal tidak menemukannya.

 

Sudah dua bulan, lima puluh persen anggota masyarakat dari jumlah penduduk Indonesia telah diakses oleh program itu. Namun, tidak ada yang cocok, dan artinya akan memakan waktu dua bulan..,

 

kurang lebih, untuk mengakhiri data nasional.

 

“Apakah ada sidik jarinya ditemukan?”

 

“Ada, tetapi kami luput memeriksanya. Pasti disengaja oleh pembunuhnya, seolah-olah seperti milik Toni.”

 

“Apa itu?”

 

“Air ludah yang meninggalkan tanda, dan itu membuat satu di antara lembaran lengket menempel seperti merekat, namun Tes DNA, tidak sesuai dengan DNA Toni.” Kemudian Agus kembali..,

 

menambahkan “dan walaupun ada aksesnya, kita belum memiliki fasilitas review untuk Dna check program dalam fasilitas lab komputer!”

“Jadi petujuk kita hanya, sidik jari?” tanya Cakra.

 

“Benar.”

 

“Siapa bilang, kau Agus!?” humor seseorang masuk dalam ruangan, “aku baru saja menunggu mereka selesai menginstalasi kebutuhan lab kita dengan program yang baru,” ucap  seseorang yang masuk di dalam lab komputer tidak dikenalnya.

 

“Siapa kau?” ucap Agus heran karena tiba-tiba ada orang asing yang masuk ke dalam ruangan.

 

“Aku mayor dalam misi kalian yang baru? Mayor Lina mendapat rekomendasi untuk pindah divisi agar mempersiapkan level yang selanjutnya?”

 

“Konseptualisasi level selanjutnya apa?” tanya Agus lebih penasaran lagi dari.

 

“Bukan bunuh diri, ini pembunuhan, dan namaku Teguh, mayor Teguh.”

“Kita telah menahan Joko, percuma, dia amatir untuk menjadi tersangka. Aku  menduga Sang Jenderal dari Vietnam itu masih hidup!”

 

“Teroris kita masih hidup?” Agus sulit percaya. “Bahkan dugaanku Albert, juga sedang diincar untuk dibunuh.”

 

“Siapakah pembunuhnya?” tanya Agus.

 

“Kita tunggu review dari program penyocokkan data. Dugaku pembunuhnya orang Amerika yang bergabung dengan Jenderal Nam. Aku menduga buku jurnal itu hanya untuk menutupi bahwa ia telah diceritakan dihukum mati.” Harun dengan humornya mengironikan fakta yang berbalik merasa didengar aneh Agus selama bertahun-tahun.

 

“Apa motifnya?” tanya Agus dijawab Harun, “Uang sang Jenderal yang dicuri, aku menduga jenderal itu mengkhianati bangsanya. Mengapa Albert juga tidak bersembunyi, mengikuti jejak ayah angkatnya, yaitu berkhianat.” Harun menambahkan dugaannya.

 

“Albert menjual heroin untuk bersenang-senang saja, tetapi Toni masih mengira Albert masih setia pada sang Jenderal.”

Roy Yang jatuh cinta

 

Humor sebuah pertanyaan apakah cinta itu. Aku mengenal cinta sejak remaja, dan sebagai laki-laki, cinta ialah membuka hatinya untuk kekasihnya. Kiranya aku tidak sekadar berpendapat tapi benar-benar ingin setia. Pacarku setia, namun ia lebih setia kepada temannya.

Mengapa ia lebih setia kepada temannya, kuduga mungkin ia lebih dekat kepada teman-temannya karena hubungan jarak jauh yang telah berlangsung.

Bila seseorang setia padaku apapun akan kuberikan padanya, namun ketika segala-galanya tidak cukup baginya, ia memutuskan aku. Adakah cerita di balik semua ini, tentu saja ada, ironi keberuntungan, karena aku pernah mendapatkan dirinya, dan kuduga aku akan menikahinya, tetapi itu tidak terjadi!

 

Aku kenal dengan Siska sejak datang ke Jakarta, waktu SMP dulu. Kami berdua sangat jujur dengan perasaan kami. Kami sering berpelukan dan ciuman depan umum.

 

Ironinya, suami istri seharusnya seperti pasangan yang bisa menjaga romantisme. Romantisme hanya bayangan seumur waktu bertahan terbatas bayangan kami, dari keinginan untuk berhubungan.

 

Pernah kuyakini, Siska adalah belahan jiwaku, dan sebaliknya. Bila raga kami dekat, datang keberuntungan. Namun, kami membatasi diri untuk melakukan hubungan suami istri. Bagi kami, waktunya tiba setelah nikah kelak.

 

Aku menunggu hubungan suami istri yang istimewa, bahkan walaupun menahan nafsu aku melakukan dengan senang hati karena dia ialah bidadariku.

 

Bagiku tidak ada yang harus merasa tidak beruntung, karena diriku benar-benar sedang jatuh cinta di awal masa remaja. Bahkan aku berniat akan buktikan perkataan mereka bawa pacaran kami bukan cinta monyet.

Aku sangat keras kepala pada pendapat orang lain yang berpikir buruk pada hubungan kami, aku namun usahaku tidak dihargai.

 

Sewaktu aku harus tinggal di luar negeri kendala itu bermula. Aku tinggal di kota Birsbane, Australia. Setiap tahun aku pulang. Kami berpelukan hingga berjam-jam saling mencium aroma harum tubuh di antara kami.

 

Kami sedang tidak bercinta kami sedang merindu, membuang rasa kangen dengan kerinduan, aku berulang- ulang mengatakan aku mencintaimu, dan dia bilang bahwa dia mencintaiku juga.

Rindu ialah rasa cinta yang paling perkasa., Tapi ternyata dugaanku salah. Dia yang telah terpengaruh oleh teman-temannya.

 

 

 

Demi membela teman

 

Aku dan Siska belum menikah, ironinya ialah ketika ia membela temannya untuk datang ke undangan temannya. Sungguh kerinduan dianggap kerdil oleh dirinya. Anggapan bahwa Siska..,

 

saat membela temannya ia lebih yakin pada rindu seorang teman dari pada rindu kepada seorang kekasih yaitu aku.

 

Saat itu kami sedang tidak beruntung, aku sedang kehilangan kendali juga habis kesabaran melarang Siska pergi, dan kami putus karena ia ingin datang ke pesta ulang tahun temannya.

 

Mereka akan merayakan ulang tahun teman wanitanya di tempat clubing. Demi pesta malam itu, Siska memilih putus. Sedangkan setelah putus, merasa bingung, mungkinkah aku yang salah..,

 

dan ia tetap memojokkanku. Ia mengatakan tidak..,

 

mau kembali berhubungan denganku, bahkan rencana kami berdua untuk menikah gagal sudah.

 

Ironi, terkadang aku merasa tidak beruntung, namun sial bila rasa rinduku di disia-siakan. Dan sejak itu aku memusuhi mereka semua.

 

Bahkan aku hancurkan hidupku, menyia-yiakan pesawat terbang untuk kembali ke Australia. Aku hanya melihat tiket pesawat tidak berguna itu dan memutuskan hidupku harus harus berubah. Tetapi tetap saja aku menyia-yiakan semua rencana hidupku dan terkurung perasaan putus cinta.

 

Mengapa di antara kami ada yang memandang kerdil rasa rindu? Tapi dia Siska, yang telah lebih berani memutuskan hubungan cinta. Adakah yang tidak kuketahui dari selama berpacaran jarak jauh?

 

Aku tidak percaya ia lebih membela teman- temannya untuk menyia-yiakan hubungan kami. Mungkinkah ia memakai ekstasi, sabu-sabu, atau telah berpacaran dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuanku?

 

Aku kenal toni dari ester

 

 

Aku sangat benci tempat disko atau clubbing itu, adakah yang tidak kuketahui tentang tempat hiburan malam seperti itu. Katanya dunia malam ialah tempat hiburan dengan ekstasi dan sabu-sabu. Sungguh aku sedang jijik pada gambaran hiburan dunia malam.

 

Orang tuaku terkejut aku tidak jadi pergi ke Australia, dan aku mengurung diri di kamar. Karena kejadian itu, aku sering bertengkar dengan orangtuaku dan membela perasaan yang sedang rapuh, hingga aku mulai berani merokok.

 

Aku harus merubah takdirku, aku harus mendapatkan cintaku kembali, tapi beruntungkah aku?

 

Aku dikenalkan teman dekatku dengan wanita bernama Ester dan ia seorang pramugari. Ia selalu tidur di sebuah hotel mewah dengan mendapat komplemen dari tempat ia bekerja. Ia selalu membawa hal-hal yang pernah kubayangkan tentang dunia malam.

 

Ketukan pintu, didengar Ester dan aku sedang di luar kamar menunggu di bukakan pintu. Kami bertemu, berciuman sebentar dan akan pergi malam itu ke tempat hiburan malam.

 

Saat pertama kali aku mencoba ekstasi, akhirnya aku tahu, dunia telah berubah, dan aku menduga setelah setahun mengurung diri di kamar, bahwa lingkungan ialah ekosistem drug traffic yang ramai dengan narkoba.

 

Hidupku benar-benar berubah. untuk sesaat suka Namun, rasanya badanku menolak benda jahanam itu untuk alasan aku menjadi seratus kali lipat membayangkan bayangan-bayangan buruk bila memakai narkoba, mengapa?

 

Bel pintu hotel kembali berbunyi dan Ester memakai bajunya sedangkan aku diam di dalam kasur, “Roy, sebentar aku mau membukakan pintu untuk Toni, ia datang kemari mengantarkan pesananku, malam ini aku mencoba hal yang sedikit berbeda.”

 

“Apa itu?” ucap sahutku

 

“Sabar Roy, aku tahu kau akan suka dengan yang ini,” ucap sahut Ester.

“Toni,” sahut Ester menyapa orang di balik pintu.

 

“Bolehkah aku masuk untuk transaksi!” ucap Toni.

 

Seorang yang jangkung  dan kurus dengan jenggut memenuhi muka dan gondrong dengan rambut beruban diikat. Ia ke tempat duduk, dan berkata, “Aku ada di seberang ruangan dari kamar ini, kita beruntung satu lantai, aku juga menginap di sini  pada pesta malam baru ini.”

 

“Ini pesananmu,” Toni mengeluarkan paket bungkusan. Ia berkata sedang, “Aku siapkan,” ia mengeluarkan dari tas koper bungkusan itu.

 

“Oke ini barangnya, mana uangnya!” ucap orang yang bernama Toni itu.

Toni pergi ke pintu keluar dan dari kamar hotel kami. “Selamat tahun baru. Aku bertanya penasaran, “Ester, kau membeli apa?”

 

“Putau!” Dari nama obat yang asing itu, aku mengerti kalau itu adalah heroin. Ketika memakainya, rasanya itu seperti pintu gerbang dari dunia mimpi yang dipertegas, aku mabuk hingga pergi tertidur.

 

Paginya aku terbangun dan telah kulihat, Ester pun telah siap-siap akan berangkat ke luar negeri. Aku tanyakan bila ia Toni punya nomer peger, karena aku berminat membeli barang lagi padanya. “Ini nomer pegernya Toni, kita telah mencoba heroin dan, tetapi aku kurang suka dengan rasanya, aku pamit akan pergi lagi,” ucap Ester sambil menciumku dan pergi dari kamar hotel.

 

Beruntungkah aku mendapatkan pacar yang tidak terlalu komit dengan hubungan, dan kami hanya melakukannya untuk bersenang-senang saja tanpa rasa rindu.

 

 

 

 

Bandar Mahasiswa

 

Aku kuliah di sebuah fakultas, dan mengambil jurusan Fakultas Desain Interior. Aku sering tidak masuk karena kudengar, zaman sebentar lagi akan berubah. Metode perkuliahan dengan apa-apa yang diajarkan akan usang. Aku datang kuliah terlambat karena polisi melihat plat nomer mobilku yang sudah kadarluarsa di bulan Januari di tahun 1993.

Bagiku terlambat kuliah tidak jadi masalah, toh sebentar lagi aku membayangkan akan tidak lulus karena, ingin pindah fakultas masuk Institut Teknologi saja. Dunia telah berubah dengan adanya komputer, dan aku berminat untuk pindah kuliah.

 

 

Tahun ini aku, akan membeli komputer untuk mempelajari program sistem operasi komputer..,

 

dan aku sedang akan melihat-lihat keberuntunganku dengan mengingat Toni, yang kemarin di malam tahun baru, datang masuk ke dalam kamar mengantarkan pesanan heroin.

 

Ia memiliki pager, alat komunikasi untuk dihubungi. Kemudian aku menghubunginya. Kemudian kami pun bertemu di sebuah gedung di Jakarta, yaitu Ratu Plaza.  Aku berkeliling melihat-lihat Mall sambil bicara dengan bandar heroin itu. Aku penasaran dengan   Toni, “Dari mana kau dapatkan putau ini?”

 

“Kau tidak mau membayangkan bagaimana aku mendapatkan obat ini, percayalah lebih baik kau membatasi pertanyaanmu.!”

 

“Hey aku hanya ingin bertanya, aku juga ingin punya banyak uang sepertimu . Memiliki pager adalah hal yang aku inginkan.”

 

“Untuk apa kau ingin memiliki pager?” Toni bertanya padaku.

 

“Selintas aku berpikir menjadi bandar seperti dirimu, tetapi bisakah kau membantuku!” ucap meminta Toni.

 

“Ayo ikut aku, bila kau bersikeras.” “Roy, dengarkan baik-baik, belum terlambat jika kau berubah pikiran untuk tidak menggunakan ini.”

 

Aku dibawa ke sebuah rumah di kawasan Tanah Abang. Di sana ada orang yang sangat pendiam, bahkan ia menatapku tajam.

 

Bahkan Toni sepertinya takut kepadanya, siapakah dia bahkan dengan bahasa yang asing, mereka berdua sedang berdebat dengan nada bertengkar, percakapan berhenti ketika orang yang tidak kukenal itu mendorong Toni, dan Toni tidak melawannya.

 

Orang itu pergi ke kamar dan mengambilkan aku sesuatu yang beratnya satu kilo, barang itu diberikan lewat Toni dan ia berpesan, jangan bawa-bawa kami bila tertangkap polisi, kau harus merahasiakan kami. “Cepat pergi!” ucap Toni, kemudian orang yang berdebat dengan bahasa asing, itu ternyata bisa berbahasa Indonesia. “Hey, Roy!” ucapnya dengan dialek orang asing, “bila kau gagal..,

 

benda ini akan mengakhiri hidupmu. Aku terkejut telah membuat keputusan yang salah demi ingin mendapatkan komputer. Ini benar- benar membuatku terkejut. Aku pergi dengan membawa paket satu kilo heroin itu, dan selintas mengapa tidak kulaporkan polisi saja barang terlarang itu, tetapi cerita terlanjur menjadi kacau dan membingungkan, karena aku terlanjur membeli satu gram juga hari ini, di Ratu Plaza, aku kawatir tidak bisa berpura-pura ketika melapor.

 

Aku membayangkan betapa sombongnya diriku ketika membeli satu gram, dan menantang Toni untuk memberi kepercayaan padaku untuk menjadi bandar yang seperti kuinginkan.

 

Tidak menduga ada orang ketiga selain Toni. Aku takut, dan berencana akan menjual murah barang itu kepada teman-teman kuliahku.

 

Menjual satu kilo heroin bukanlah perkara mudah.

 

 

 

 

Terjebak diperhatikan orang lain

 

Heroin satu kilo belum kujual, bahkan aku bingung  mencari pembelinya. Selama satu tahun aku bungkam di hadapan Ester, bagaimana aku menjadi bandar ialah perkara yang tidak mudah, namun ketika pesta tahun baru 1994, mereka mulai terlihat satu per satu..,

 

pasien dari bagaimana obat ini membuat kecanduan. Satu gram yang kubeli di tahun lalu dari Toni, dengan gratis aku memakai bersama-sama orang baru yang kukenalkan di suatu tempat. Namun, rasa penasaran mengapa aku bermurah hati menjadi pertanyaan mereka para pecandu.

 

Akan tetapi, dari situ dimulailah kesenangan waktu ketika semua berawal dari transaksi dan persediaan satu kilo habis berakhir satu bulan di bulan Febuari, dan aku memiliki banyak uang, tapi kuputuskan untuk tidak menjadi andar setelah tahu siapa saja mereka para pembelinya. Tapi Ironi keberuntungan dimulai dengan kesialan, suatu malam aku bertemu Toni dan kami berbincang-bincang.

“Bagaimana rasanya menjadi seorang pengedar, apakah perkara mudah?” ucap sahut Toni berkunjung datang memergoki aku dan Ester di kamar hotel.

 

“Aku ingin tahu, investasi kami padamu telah berjalan lancar atau kau habis memakainya semua!” tanya Toni kepadaku yang kebetulan didengar Ester. “Sungguh ada apakah ini karena aku merasa seperti ketinggalan berita, membayangkan kalian bertemu dan berdebat, hingga tidak bisa mengikuti kalian sedang bercakap-cakap apa?” ucap Ester yang bingung pada kedatangan Toni.. Aku beruntung Ester tidak tahu mengenai aku mendapatkan satu kilo heroin gratis sebagai modal awal yang mungkin akan membuatnya terkejut.

 

Bel kamar berbunyi, dan orang asing yang dulu bertemu di Tanah Abang itu dengan pistolnya mengancam, masuk datang ke kamar kami, dengan ia duduk di kursi yang telah tersedia, dengan membawa dua kilo heroin, ia berkata..,

 

“Cepat setor uangmu untuk mendapat dua kali lipat heroin gratis, beruntung ini modal yang akan kuberikan padamu cuma-cuma, Roy. “Punyakah aku pilihan!” “Mau mati atau tetap melayani kami, mana yang kau pilih?” ucap orang dengan dialek bahasa Indonesia yang tidak umum itu. Ester terkejut sejak orang asing itu tiba, dan menujukan dua kilo heroin. Ia memperhatikan kami..,

 

yang sedang berbincang-bincang.

 

“Cepat kesabaranku habis, kau tidak ingin aku bermain-main dengan pacarmu, kan?” ucap orang itu masih belum memperkenalkan diri, mengancam.

 

“Baik akan kudatangi rumahmu Toni, besok, di Tanah Abang dengan uangmu.” Aku sudah terjebak untuk menjadi penadah. Dengan motif yang sulit bagiku untuk membayangkan lepas dari belenggunya.

 

 

 

 

Patah Hatimu Roy

 

Bagaimana aku bisa beruntung, lari setelah ini? Toni dan temannya pergi dari kamar hotel ini, dan aku lemas karena jatungku..,

berdebar-debar mengingat ancamannya. “Sial,” aku memulai harus tenang, membayangkan dengan cara bagaimana aku menghilangkan diri, kalau pun beruntung aku kabur dengan uang mereka, kiranya aku membayangkan mereka tahu di mana rumahku atau latar belakang Ester, dan aku tidak mau membayangkan bila yang menjadi korbannya adalah Ester.

 

Ester terdiam, merasa sial menimpanya karena telah mengenal diriku. Ester terpaku sedih, duduk di tempat tidur, dengan aku menceritakan semuanya. Ia terkejut. Secara perlahan-lahan aku bercerita alasan mengapa aku butuh uang, minat kerdilku ingin menjual putau..,

 

menjadi kadarluwarsa keberuntungan kami sesaat itu, bahkan aku cerita, aku sedang merasa galau sebab putus cinta dengan Siska, membuat Ester menjadi lebih sedih, merasa dimanfaatkan oleh pecudang seperti diriku. Kemudian..,

 

Ester-lah yang menghilang dari hadapanku. Pasti karena Ester takut. Aku sendiri menjadi pengedar yang tidak kuduga menjadi kepercayaannya Toni, terbayang jelas sekarang nasibnya, walaupun bukan dari awal, dalam dua bulan barang yang kujual ialah dua kilo heroin dengan sulitnya, dan mereka korban pembelinya ialah mahasiswa. Dari dua kilo aku melihat dari waktu ke waktu pengguna putau bertambah semakin banyak bahkan untuk menjual lima kilo habis dalam dua bulan ialah rekor yang menggagumkan. Aku hanya pernah mencoba putau. Toni sedikit kagum padaku karena dia seorang pengedar yang lebih suka memakai barangnya.

 

Sudah tiga tahun berlalu aku menjadi pendamping Toni dari awal sejak tahun 1996, dan sekarang kuketahui waktu tahun baru ialah saat yang menyenangkan untuk membantu menjual titipan modal dengan cepat karena mereka para pecandu baru akan berpesta di malam tahun baru, kiranya pesta mereka berpesta, aku datang ke sebuah kamar. Aku kaget ada pengguna yang masih anak SMP.

 

“Hai, siapa namamu!” tanyaku.

 

“Saya Bayu.”

 

“Kau terlalu muda, aku meragukan pesta ini bukan untuk pesta anak-anak remaja yang telah dewasa, kecuali kau memiliki uang.”

 

Mereka sedang berpesta di kamar hotel. “Aku akan pergi dari kamar ini dan benarkah kau datang menjadi tuan rumah pesta untuk perayaan pesta tahun baru?” Bayu bertanya kepadaku dan Bayu akan bersiap-siap akan pergi dari kamarnya sendiri. “Apa maksudmu Bayu, dengan aku menjadi tuan rumah pesta?” tanyaku penasaran ingin mendengar anak remaja yang masih kecil itu berkomentar. “Kata mereka kau akan membuka, pesta dengan lima gram putau gratis, di luar itu bolehkah aku memintanya gratis juga?” ucap Bayu ingin mendapat bagian lebih.

 

“Aku tidak akan memberi gratis, walaupun kau anak kecil, aku penasaran berapa lama kau telah kecanduan?”

 

“Aku sudah seminggu memakainya dan aku menyukai rasanya. Aku tidak akan kecanduan karena aku bisa mengkontrol cara memakainya.” ucap Bayu. Bagaimana akan ada sekian banyak bandar, di antara mereka bertambah karena mereka telah terjebak..,

 

bagaimana bisa  lebih beruntung dari aku melihat Toni yang harus menjadi bandar juga.

 

Sampai sekarang aku beruntung belum memakainya kembali. Namun aku bingung dengan nasib menjadi pengedar. Aku mungkin penasaran pada siapa yang lebih berkuasa, Toni atau orang yang belum kuketahui namanya itu. Aku bertanya bagaimana dengan mudahnya mereka memasukkan heroin masuk Indonesia..,

 

sementara kecurigaan mereka orang lain, pada kriminal  tersangka, dari  orang, orang kulit hitam dari benua Afrika. Sangat tidak masuk akal bagiku, bila melihat bagaimana dalam sebulan aku bisa menjual satu kilo dengan mudah. Orang dari benua Afrika yang tidak beruntung, mereka membawanya dengan hal yang tidak bisa kubayangkan..,

 

namun bila tertangkap dalam pemberitaan mereka hanya membawa kurang dari seratus kilo. Tapi Bagaimana bisa Toni dan rekannya, seperti kubayangkan, punya seribu kilo bahkan lebih.

 

Tahun ini aku sudah mendapat langganan yang sering kali mempermudah tugasku menjual obat terlarang..,

 

dengan tetap sembunyi sambil merasa disertai membayangkan terancam akan masuk penjara. Tetapi mereka sering membeli satu hingga lima gram, dan membuat satu kilo kupikir ialah jumlah yang sedikit di antara puluhan kilo yang telah dijual olehku. Terbayang untuk kota Jakarta yang luas dan telah memiliki banyak pembeli, menjual ialah perkara mudah dan bila beruntung, aku tidak akan tertangkap.

 

 

Aku berencana pergi melarikan diri, dan untuk melarikan diri dari semua ancaman, aku ingin benar-benar beruntung, karena aku benar-benar ingin mengubah hidupku dan berniat pergi ke luar kota. Aku akan melarikan diri ke luar dari semua permasalahan. Rasa bersalahku sangat tinggi bahkan aku pergi ke Jogja untuk mengubah nasibku, tapi rupanya takdir telah menemukanku di Klaten..,

 

dan apakah aku akan bahagia dan makmur? Seandainya aku bisa berdamai dengan diri sendiri untuk melupakan segala kejadian buruk yang bermula dari patah hatiku.

 

 

Rekomendasi Lencana Agus

 

Aku baru saja lulus menjadi polisi, dan aku ditempatkan di sebuah divisi percobaan yang sedang dibangun rahasia dari gabungan semua unit element TNI. Membayangkan dari mana datangnya rekomendasi tapi aku harapan dari para panglima besar jenderal. Bagaimana sesaat aku membayangkan beruntung untuk sebuah rekomendasi, aku mendapatkan suatu  kehormatan dari harapan mereka, karena sebagai..,

 

polisi aku juga mendapatkan kesempatan untuk kuliah sambil bertugas.

 

Divisi baru satuan khusus untuk tujuan badan penyeledikan intelegen, aku berkesempatan pergi  menjadi seorang penyamar. Aku berpura-pura berteman dengan mahasiswa di sebuah fakultas, yang kebetulan ayahnya memiliki show room mobil. Berpura-pura pergi mengikuti dugaan, aku berteman dan mengikuti anak pemilik show room mobil itu.

 

Temanku itu ternyata  juga seorang atlet mobil balap. Demi mendapatkan petunjuk, aku dengan hati-hati mulai menyelidiki tingkah laku rekan-rekan atau masyarakat dari pesta mabuk-mabukan kawanan mobil pembalap liar yang berteman dengan temanku itu. Aku curiga dia juga terseret menjadi terdakwa. Aku akan berteman dengan Ian Perdana atau Ian, dengan mengunakan brand mobil mewah Subaru yang telah dimodifikasi masuk kualifikasi balapan di arena, tidak sulit untuk aku berteman sambil memperhatikan gelagatnya.

 

Aku diantarkan teman polisi ketika pertama kali bertugas. Di Sentul, Jakarta, aku berakrab diri memperkenalkan minatku juga akan membuat mobil balap dengan menjadi rekannya dalam festival mengejar piala tropy. Aku  meminta Ian untuk memodifikasi mobilku dengan tim sukses mekanismenya mesin mobilnya. Ian mengaku untuk mendapatkan izin turun balapan itu tidak mudah. Oleh karena itu, bagi mereka yang ingin mencoba-coba lebih senang balapan di jalanan.

 

Kukira Ian seorang pengedar atau pemakai, namun ia bersih dan sehat, walaupun ia pergi berpesta namun tidak menggunakan jenis narkotik apapun.

 

Dalam penyelidikan, aku mencari tahu tentang pengedar ataupun pihak yang terkait. Diharapkan aku dapat menangkap para penadah atau pengedar. Aku sedang ditugaskan mencari pengedar yang sempat menjadi isu heboh ketika pertama kali para pecandu bermunculan di awal tahun sembilan puluhan.

 

 

Agar sukses dalam penyamaran, aku harus mulai membeli ganja. Di antara kasus kami, mendapatkan penjualan di kota Jakarta mulai dari daerah Tebet, Gajah Mada, Batu Raja, Kampung Bali, Kota Bambu, dan  masih banyak lagi, namun belum sampai ke penadah tunggalnya, yaitu Albert.

 

Penyelidikan membutuhkan proses bertahun-tahun. Aku yang termasuk misi Mayor Lina, hampir putus asa untuk mendapatkan penadah tunggalnya.

 

Lama berselang, kami menduga korban bunuh diri bernama Toni dengan sebuah jurnal telah berteman dan mendaftar rekan-rekan penjual dengan alamat tidak diketahui. Toni banyak bercerita tentang kejadian saat ia menjadi penadah tunggal, namun ia terlanjur mati.

 

Sedangkan buruan dalam daftar bernama Albert atau Heru hadir dalam papan daftar tersangka.

 

Kami menduga Albert ialah tersangka sebagai yang menyuplai semua heroin namun, hanya ada foto yang dicurigai sebagai teman dekat Toni, yaitu Heru. Aku pergi mencari petunjuk dari jurnal korban bunuh diri yang bernama Toni. Aku mengincar sampai ke Jogja dari daftar bandar yang ada,  dan   menemukan nama Roy. Setelah penyelidikan dari Jogja aku ke Klaten, sebuah daerah di antara Jogja dan Solo. Dan ketika akhirnya datang ke sebuah show room motor milik pengusaha baru yang namanya juga Roy. Surat penggeledahan atau penggrebekkan kami bawa dan menanyakan  banyak hal terkait pentujuk yang didapat dari Toni. Kami melakukan interogasi dan memang benar dia adalah Roy yang kucari.

 

 

 

Menyelidiki Albert

 

Bagaimana harus memulai kecuali foto dirinya, foto gambar Roy, ada bersama jurnal Toni. Dalam ruang interogasi, aku bercerita Toni telah mati bunuh diri dengan meninggalkan bukti foto dirinya. Roy terkejut mendengar berita Toni bunuh diri.

 

“Ini gambar dirimu, apakah kau masih menjual narkoba?” “Aku memang pernah terpaksa menjual, namun sekarang aku bersih dari perbuatan terkutuk yang memaksaku melarikan diri ke daerah Klaten.” Kemudian Roy ditangkap, namun masih sulit untuk membuktikan bahwa ia seorang pengedar.

 

 

Aku kembali ke Jakarta dengan terkejut, dua minggu kemudian ada berita bahwa Roy telah dibunuh bahkan aku mulai khawatir membayangkan bila ini akan menjadi serial pembunuhan terencana. Karena kuduga di antara tersangkanya masih berhubungan dengan Albert.

 

 

Ini bisa kuduga sebagai pembunuhan berencana, dan listing daftar para bandar narkoba ada di tanganku, tapi sialnya kebetulan hanya Roy yang di awasi oleh Toni, dan diceritakan di Jurnal.

 

Kami berupaya sebisa mungkin menghubungi kantor imigrasi bila saja ada yang bernama Heru untuk diinterogasi. Membayangkan menghentikan bayangan buruk menduga..,

 

pembunuhan serial berkelanjutan akan terjadi lagi, dan kami sedang dalam kondisi sulit. Dalam jurnal aku pergi ke KBRI di Vietnam dan mencari informasi kisah perjalanan antara Heru dan Toni, mereka berdua memang pernah terdaftar di imigrasi..,

 

 namun sulit diakui positif apakah orang yang kuceritakan serupa mencari dengan misi tugas pencarian tersangka Albert.

 

Aku pergi ke kepolisian Vietnam bahkan mencari adakah jejak nama Heru Sukoco di kepolisian Vietnam. Anggota polisi yang sedang  mencari daftar alam tempat rehabilitasi penjara yang bernama Heru, sedangkan ketika aku bertanya adakah yang bernama Nam Poh Tang, mereka terdiam, tidak pernah mendengarnya, apakah sedang berpura-pura atau memang tidak tahu.

 

Waktu berlalu, sudah lima tahun sejak kematian Toni, waktu lima tahun bunuh diri Toni meninggalkan petunjuk, dan di tahun 2005 telah lima belas tahun lebih Heru di penjara karena kasus narkotik, di penjara Vietnam.

 

“Siapa kau, mengapa kau orang Indonesia datang menjengukku?” ucap Heru.

 

“Apakah kau tahu di mana Albert bersembunyi?” “Ah! Albert nama yang tidak asing namun tidak umum bagi semua orang, Albert, sebelum aku bercerita atau komentar, kau sebaiknya sebagai tamu cerita siapa dirimu?” ucap sahut Heru.

 

“Aku seorang detektif dari divisi khusus,” ucapku, sebagai polisi aku bertanya, “tahukah kau orang yang bernama Albert?” “Iya aku kenal orang itu, sulit dibayangkan tingkah lakunya, bahkan aku sulit melupakan ekspresinya. Mustahil, tidak membayangkannya padahal aku dan dia tidak sedekat Toni,” ucap Heru,  “tapi bila kau sampai datang dari Indonesia, aku hanya pernah sekali ke Indonesia setelah musibah yang menimpa aku dan Toni.”

 

 

“Aku kenal Albert namun tidak sedekat Toni. Toni teman yang berbeda dan sulit diduga, dan terkadang aku bertanya mengapa Toni berubah sifatnya.”

 

“Kau dikatakan berkhianat pada Toni demi Nam Poh Tang.” “Iya memang aku berkhianat ketika kecanduan heroin, namun dia lebih berkhianat pada semua orang Indonesia yang menjadi korbannya!”

 

 “Siapakah sebenarnya Albert bila kau tahu dan dekat dengan Nam Poh Tang.” tanyaku yang kemudian disela oleh petugas penjara dan ia memberi tahu bahwa, sialnya, waktuku sudah habis. Terpaksa aku pergi kembali ke Indonesia karena aku harus mencari tersangka Albert.

 

Sampai Jakarta, Mayor Lina menjemputku. Ia mengatakan dari ceritaku bila Heru, bebas dan kembali ke Indonesia, jadikan saja tersangka menutup-tutupi tindak jual beli narkoba. Walaupun begitu aku masih kurang yakin.

 

 

 

 

Tiga kali dari jumlah tawaran

 

Mengapa dirimu berubah tanpa menghiraukan diriku, aku sebagai istrimu sedang kesal akan takdir, aku meninggalkan anakmu di Vietnam demi mencarimu. Tahukah kau bahwa aku sangat mencintaimu?

 

 

Aku mengadu nasibku untuk bisa hidup normal, namun kau menyeretku hingga harus terjerumus narkotika. Aku akan coba balaskan dendammu yang tidak seharusnya bagi seorang ibu untuk membalaskan dendam suaminya yang menjadi pengguna narkoba bodoh. Toni.., seandainya kau masih hidup aku datang ke kuburanmu sekarang hanya akan memberitahu, semua surat-suratmu kubaca, namun mengapa kau dengan bodohnya mengirim berita keberadaanmu setelah, kau memberi tahuku akan mati.

 

Aku menerima kunci deposit uang yang kau berikan dan sisa-sisa surat yang menceritakan bahwa kau mati bunuh diri. Aku tidak bisa memaafkan dirimu karena telah menyerah dan mengubah takdir.

 

Toni, akan kupastikan ceritamu tidak berakhir di sini, dengan Albert yang telah mengkutuk hidup kita. Aku dan supirku pergi dari kuburan ke daerah yang menjual pistol. Aku mendatangi rumah orang itu dan memberi uang untuk membeli benda yang terlarang juga. Selain itu, aku meminta meminta seseorang untuk mengejar Albert dan menyeretnya ke depan mukaku, aku ingin menyiksa orang yang berbuat keji dengan balasan yang tidak terlupakan oleh dirinya.

 

“Tidak seperti pistol yang mudah kau dapat, tapi dengan menyewa pembunuh bayaran bukan pekerjaan mudah!” ucap orang asing di mana Lista membeli pistol.

“Aku akan membayar dengan upah sesuai dengan permintaanmu. Namun, aku akan bayar dua kali lipat bila kau bisa membawanya hidup-hidup ke hadapanku.”

 

“Tiga kali dari jumlah pembayaran bila kau tidak keberatan. Akan kami lacak orang itu, kami akan pastikan semua bisa rapih.”

 

“Aku setuju. Kalau bisa, rampok semua milik mereka. Aku ingin Albert merasakan kesedihan yang kurasakan.”

 

“Tunggu, siapakah sebenarnya Albert itu? “Albert ialah orang rakus uang dan telah menjual narkoba demi kerakusannya, dan aku tidak keberatan bila kau mengambil semua uangnya untuk memberi dia pelajaran, dan kutambah dengan uangku bila semuanya kalian kerjakan.”

 

 

 

 

Dendam Lista

 

“Baik nyonya Lista, karena kau sudah tua kurasa percuma engkau membeli pistol itu,” sahutku, berpikir mengapa wanita berumur itu bersikeras membeli senjata dan meminta kami untuk merampok, demi dendam yang ujung-ujungnya ialah badar narkoba. Aku pernah mendengar nama Albert walaupun harus berpura-pura depan nyonya Lista tidak tahu, mereka sebagaian dari kawananku takut pada Albert karena alasan kecanduan.

 

 

“Kau menghinaku dengan mengatakan aku sudah tua. Walaupun aku wanita, aku bisa berbuat yang tidak ingin kau bayangkan dan itu ialah hal yang buruk!” ucap Lista kepadaku. “Tunggu kau salah menagkap yang kupikirkan, aku hanya bisa melakukan tugas mencarikan orang yang bisa menembak dan menjualkan pistol ini kepadamu, tapi untuk tugas yang rumit aku dan kawanku harus melakukannya dari rutin bisnis kami.”

 

 

“Kau tidak mampu melakukan yang kuminta?” sahut Lista, “Bung, Joko aku akan memberimu waktu untuk berpikir jernih dan matang untuk merencanakan semuanya, karena kita memang sedang tidak berburu hewan jinak!” “Oh tentu, kau memintaku untuk pekerjaan sulit yang bisa kami tawarkan dari paket menembak orang yang kau inginkan.  Kau menginginkan dia tetap bernafas dan untuk kita mengambil semua aset ialah hal yang pintar, namun tidak mudah untuk dikerjakan.”

 

 

“Aku harus memberimu waktu untuk berpikir dan merencanakannya  juga untuk  mencarinya, kau butuh waktu bukan?” ucap sahut Lista memahami.

 

 

“Iya setuju, aku butuh waktu untuk bisa mencarinya, dan setelah menemukannya, aku masih belum..,

 

terpikir bagaimana cara menyerangnya,”  ucapku.

 

 

“Bagus, paling tidak kau tahu harus..,

 

melakukan apa! Dengan menyerangnya terdengar kau mulai tertarik dengan tawaranku.” “Aku memang tertarik, tapi kita lihat waktunya untuk bisa mendapatkan Albert,” ujarku, kemudian.., 

 

“aku akan menerima infomasi yang bisa kau berikan kepadaku dari Toni, antan suamimu, aku akan menelponmu dan meminta uang darimu bila aku sukses.”

 

Aku hari itu di tinggal pergi, oleh klien baruku yang bernama Lista, seorang ibu-ibu yang mendendam.

 

 

 

Penonton Drag Race

 

Aku menunggu orang bernama Krisna, ia terakhir pergi ke Klaten dan menembak seseorang. Aku bertanya-tanya akankah ia menerima perintah itu dari Albert?

 

“Joko, apa kabar? Sedang apa kau datang ke Sentul?” ucap Krisna padaku.  “Sama seperti dirimu, menonton acara malam ini dan taruhan .” “Janganlah membodohiku teman, aku tahu kebiasaanmu tidak suka menghambur-hamburkan uang!” kemudian Krisna menambahkan, “sejak kapan kau butuh uang judi untuk menjadi pertaruhan?”

“Sejak klienku meminta tugas yang sulit untuk dikerjakan, namun menarik perhatianku,” ucapku mencari perhatian Krisna. “Tunggu bro, elu dapet klien lagi tapi berapa bayarannya.” Pertanyaannya membuat aku pusing..,

 

Lista dia bukan cuma hanya servis yang normal karena itu aku harus menjelaskannya dengan kepala tenang dengan pergi dari situ, memancing ia tertarik pada pekerjaannya atau tidak.

 

“Ada pembeli koleksi jualanku, namun dia juga minta jasa untuk menembak seseorang,” sahutku  didengar dengan antusias oleh Krisna yang sudi meninggalkan arena bangku penonton drag race.

 

“Menembak seseorang?” ucap Krisna bertanya..,

 

memastikan. “Maksudku, klien baru meminta tidak sampai membunuhnya, namun menghabisi kekayaannya saja agar ia menderita, setelah itu dia klienku akan membayar kita.” “Sepertinya bukan pekerjaanku, namun masih menarik  perhatian karena kau tidak pernah datang kepadaku untuk pekerjaan, kecuali kau merasa terlibat, dan sepertinya kau ada maunya..,

 

 untuk tugas yang sekarang.”

 

“Kau kenal Mira tidak? Itu sepupuku yang ketagihan narkoba, dan ia mati karena over dosis akibat orang yang kuduga ialah target kita,” aku bercerita sesingkatnya menarik simpatik.

 

“Target kita ialah Albert, bandar narkoba dari Vietnam, aku tahu Mira terjebak narkotik, karena berpesta pora dengan mereka, tapi anehnya lagi Albert sangat kejam orangnya, terakhir mereka..,

 

menemukan luka cekikkan di leher Mira setelah over dosis di sebuah rumah.” “Rumah siapa?”  tanya Krisna. “Rumah milik Mira, tapi rumah mewah itu kuduga misterius diberikan oleh orang yang katanya ialah pengusaha ekspat dan tentu aku masih menduga saja?”

 

“Kau masih menduga siapa laki-laki yang harus bertanggung jawab pada kematian sepupumu?”

 

“Kita cari bukti berkaitan dengan pergi ke rumah itu, bila ada foto Albert maka bukan lain orangtua itu harus kita sita semua uangnya.” “Satu lagi Krisna, apakah pekerjaanmu kemarin di Klaten ada hubungannya dengan Albert?”

 

“Iya.”

 

 

 

Foto Albert dan Mira

 

Setelah mengeledah rumah milik korban, Mira, kami pergi meninggalkan rumah itu, dan foto Mira dengan Albert memang tidak bisa disangkal lagi. Dugaan Joko pada orang yang bernama Albert itu benar adanya.

 

Dalam mobil, Krisna bertanya, “Sepupu elu kerjaannya apa?”

 

Aku menjawab, “Dia inginnya jadi aktris tapi karena dia berbakat menggambar ia menjadi fashion designer, dia kuketahui pernah dikenalkan dengan Albert ketika sedang pameran baju-baju koleksinya. Ia kenal Albert mungkin di belakang panggung ketika peragaan busana baju, pertamanya di gelar.” Joko bercerita..,

 

 “pameran pertamanya digelar, aku ingat dia meminta modalnya ketika itu kepadaku, namun sejak fahion show digelar saat itu dia tidak pernah menghubungiku lagi, atau hanya untuk berkata terima kasih, dan kabar terakhir, menyedihkan, hanya ia telah mati mengkejutkan, dengan konyol telah memakai heroin, kubayangkan Mira telah mengunakan narkoba.”

 

“Sekarang setelah mendapat bukti, kita hanya harus mengumpukan orang untuk menyerang markasnya, dan mengambil semua kekayaanya Albert.” “Kalau dia menyimpannya di bank, bagaimana kita bisa meyakinkan orang kejam seperti itu untuk mengambil uangnya dan kemudian diseret kehadapan Lista?”

 

“Lupakan objektif permintaan klien yang bernama Lista karena sementara waktu bila kita berhasil menggambil semua uang Albert, siapa yang membutuhkan uang Ibu Lista?” ucapku menjelaskan.

 

“Aku sangat siap, tapi untuk tugas kali ini kita membutuhkan orang lebih banyak lagi untuk berupaya membobol markas Albert, dan sementara waktu hanya sedikit petunjuk, dimana dia berada.”

“Benar, dan terkadang di situlah kendalanya, sudahkah kau pikirkan?” “Siapa orang-orangnya belumku pikirkan, namun akan aku cari, aku akan membantumu.”

 

 

 

Tersangka Stress

 

Hari itu Joko diduga sebagai tersangka. Mayor Lina melakukan penyelidikan menyilang di antara satu dari kriminal pemilik senjata yang mengaku membeli senjata dari Joko. Namun, kendala masih satu orang dan dugaan baru masih akan diselidiki kelanjutannya, terkait kasus Roy.

“Ibu Lina, siapakah terdakwa?” ucap Agus..,

 

 “Orang ini merampok toko perhiasan dan ketika diperiksa silang dari list yang telah kita ajukan di divisi lain mereka merekomendasikan untuk dia, di interogasi,” jawab Mayor Lina.

 

“Agus, cepat buatkan surat rujukkan untuk interogasi, ini rekomendasi dari divisi kriminal.” “Baik, saya kerjakan,” ucap Agus.

 

 “Kamu langsung  saja melakukan surat permohonan untuk penyelidikan dan interogasi karena perampok mengaku membelinya dari penadah senjata lokal, yang mungkin dia akan tahu siapa pembunuhnya.”

 

Dari kantor divisi khusus, datang surat yang dikirim dari divisi yang menagkap perampok itu, dan bagian devisi umum menulis laporan ketika di interogasi cepat, sang perampok memberikan laporan Joko dengan alamat lengkap. Selintas Mayor Lina membaca surat, dan langsung membuat tindakkan.

 

Pagi harinya pasukan khusus, dengan instruksi dari Mayor Lina mendatangi rumah Joko dan melakukan pengeledahan dan menangkap Joko. Rumah digeledah, dengan singkat mereka berhasil menangkap Joko tanpa perlawanan. Joko ditangkap di tempat tidur sedang tidur dan kaget terbangun mengetahui rumahnya telah dikepung.

 

“Ada, apa ini?” ucap Joko, “saya mau pengacara mewakili saya.”

“Belum waktunya Anda mendapatkan pengacara, masih terlalu pagi dan Anda sebagai tersangka yang menjual senjata api.”

 

“Saya tidak menjual, saya hanya mengkoleksinya saja.”

“Tahukah Anda larangan bagi anggota masyarakat memiliki senjata dalam bentuk apapun apalagi dikoleksi.”

 

“Saya tahu, tapi saya tidak takut.” “Agus!” dipanggil Mayor Lina dari komunikator jarak jauh. “Iya saya di tempat!”

 

“Pastikan tidak ada orang di markas yang tahu orang itu ditahan, cepat pakaikan baju seragam kita supaya tidak dilihat media masa, ketika datang ke markas, tetap undercover, saya tidak ingin ada birokrasi aneh bisa membebaskan orang itu.”

 

“Baik!” ucap Agus dengan komunikator jarak jauh juga didengar yang lain.

 

Dalam divisi khusus yang telah melakukan kesalahan  pada anggota masyarakatnya, menangkap Joko ialah tindakan benar..,

 

tapi menyamarkan ialah hal yang baru, dan yang sedang dijadikan tersangka itu ditutup- tutupi jejaknya. Joko yang dikhawatirkan akan bisa keluar masuk kantor polisi sesuka hati karena ada kenalan oknum. Tanpa membantah Agus mengikuti Mayor Lina yang sebagai kepala oprasional untuk mengikuti instingnya.

 

Joko dibawa ke ruang introgasi dengan baju polisi.

 

“Saudara Joko, berapa lama Anda memiliki senjata api, mengapa Anda mengoleksi atau menjualnya?” tanya Agus

 

“Saya tidak menjualnya, tapi saya hanya mengoleksinya,” ucap Joko.

“Mengapa Anda memilikinya?” “Ayah saya TNI dan beliau yang mengajarkan saya bagaimana menjaga dan merawat pistol, ia berharap saya juga menjadi TNI.”

 

“Apakah ayah anda seorang jenderal?” tanya Mayor Lina

 

“Dia bukan seorang jenderal, hanya TNI yang mendidik anaknya untuk menjadi TNI, namun gagal.” Di balik dengan komunikator, “Lina kita tidak bisa menahannya karena dia sakit jiwa, mungkin dia berkata jujur dan kita perlu observasi di rumah sakit jiwa untuk kasus, isu koleksi senjata api.”

 

“Tunggu komandan, apa maksudmu?”

“Iya mengoleksi senjata karena stres, ingin menjaga mandat ayahnya yang terlalu terobsesi.” “Tapi komandan, izinkan kami bermain-main dengan dia dulu, karena kasusnya coba dihubungkan ke tersangka Albert,

 

sebagai buron penadah tunggal heroin.”

 

“Lanjutkan, namun saya tidak ingin di sini.”

 

Krisna menjenguk

 

“Hey gila!” kata Krisna ketika datang menjenguk Joko di rumah sakit jiwa.

 

“Ruangan ini disadap oleh polisi, Krisna.”!

 

“Aku ada berita tentang Albert, dengan mengetahui perkembangan motifnya sifatnya, isunya, ia ternyata memiliki istri,” ucap Krisna di ruangan rumah sakit jiwa.

 

“Tentu saja tidak ada, ini rumah sakit jiwa, untuk apa mereka mendengarkan orang gila seperti kita.”

 

“Apakah polisi juga mencari dan mencoba mengaitkannya dengan Albert?” tanya Krisna.

 

“Mereka juga sedang mencari-cari dia, sedangkan kita selangkah lebih maju mengetahui setiap gerak-geriknya bukan?”

 

“Sudahlah, tidak perlu dibahas, mereka nanti mendengar!”

 

Sementara itu divisi khusus yang memang menyadap ruangan Joko, terkejut dengan pembicaraan mereka berdua.

 

Walaupun begitu, pembicaraan Joko dan Krisna tetap apa adanya, mereka membatasi informasi tentang Albert, membayang-bayangi polisi agar bertindak sesuai keinginan mereka berdua. Joko dan Krisna membatasi pembicaran agar tujuannya menjebak polisi yang sedang bertugas dengan cerita pembunuhan sepupu Joko, Mira.

 

Petugas yang menyadap mendengar dan menulis laporan, kepada Mayor Lina dan mengirimkan rekaman hasil pembicaraannya antara Joko dan yang menjenguk, Krisna.

 

 

Heru Dibebaskan

 

Dalam pesawat, Heru kembali ke Indonesia, setelah di penjara lima belas tahun karena mencuri. Heru  dideportasi dan akan ditangkap oleh imigrasi, namun karena tiada bukti yang kuat sebagai orang yang menutup-nutupi jual beli narkoba maka proses sedikit sulit untuk dilaksanakan.

 

Turun dari pesawat, Heru diawasi dan diekori oleh para polisi yang menyamar. Mereka menanti akankah Heru dijemput Albert, namun waktu tak kunjung tiba. Tidak ada yang datang menjemput Heru di bandara. Heru naik taksi dan pergi ke bank, dan selanjutnya menginap di hotel di kawasan Jalan Jaksa.

 

“Halo Agus, bagaimana perkembangannya?” ucap Mayor Lina, “dia memiliki rekening di sebuah bank namun kita bukan divisi angkatan yang punya autorisasi seperti para KPK untuk meminta pihak bank membocorkan infomasi apalagi membekukan bila itu ialah money laundring dari penjualan narkoba, kecuali kita membeberkan ini pada pihak terkait yang bisa membeberkan status money laundry ini.” Agus menduga dan menambahkan, “ia juga pergi ke Jalan Jaksa, apakah harus tetap kita awasi dia?” “Tetap ekori dia, adakah yang mencoba menghubungi dia?” ucap Mayor Lina yang tiba-tiba dihentikan karena Heru berlari terkejut, seperti melihat Agus, di Jalan Jaksa.

 

Heru berhenti, ia ditangkap Agus dan ditanya mengapa, ia menjawab sedang berhalusinasikah dirinya dan  Heru sering menderita halusinasi setelah memakai narkoba, tapi heru yakin bila ini terlalu nyata.

 

“Kau orang yang menjengukku, di penjara Vietnam,” ucap Heru memastikan.

 

“Benar,” Agus menenangkan Heru.

 

“Aku membutuhkan dokter jiwa, tapi mengapa kau mengikutiku, apakah kau akan menangkapku?”

 

“Aku tidak akan menagkapmu, aku hanya sedang kemari menemuimu untuk urusan Albert, saya butuh infonya.” ucap Agus yang terlanjur terbongkar kedok penyamarannya, “mengapa engkau ditangkap dan dipenjara?”

“Aku dituduh mencuri uang Jenderal Nam Poh Tang, namun tidak lama kemudian dia juga dihukum mati karena korupsi, sedangkan Albert ialah orang yang menikmati hasilnya.” ucap Heru yang kemudian menambahkan, “aku juga dipenjara atas tuduhan palsu, sang jendral suatu ketika mengkhinatiku, sedangkan Lista, awal dari semua kasus juga terkait. Bagaimana Jenderal Nam Poh Tang dihukum mati, isu Lista melapor.”

 

“Siapa Lista?” tanya Agus.

“Dia istri Toni yang ditinggalkan semasa hidupnya. Sebagai pasangan mereka tampaknya hanya bahagia di awal waktu, karena hubungan suami istri yang sebentar itu, awalnya Lista juga kedok Jenderal Nam Poh Tang seperti diriku, tapi ia melaporkannya ke polisi ketika Shinta dan diriku dijebak dan dikhianati,” Heru menjelaskan.

 

“Lalu bagaimana dengan Toni dan Albert?” tanya Agus.

 

Heru mendesah dan menarik nafasnya yang telah berumur berkata, “,Aku hanya bisa mengatakan atau bercerita bahwa mereka juga berkhianat kepada Jenderal Nam Poh Tang”

 

Agus  dengan sengaja mematikan komunikator agar tidak didengar Mayor Lina bertanya tentang bukti uang di bank, “Lalu uang apakah itu yang sedang kau ambil di bank?” “Itu uang Toni dan kami yang memilikinya di atas usaha yang telah berjalan dengan sendirinya sejak tahun delapan puluhan,” ucap Heru.

 

“Lalu di mana istrimu Shinta?”

 

“Ia ada di Indonesia, bahkan ia yang menjalankan usaha untuk kami.”

Agus memberi tanda bahwa komunikator akan dinyalakan kembali kepada Heru untuk membatasi ucapannya.

 

“Tahukah di mana Lista sekarang?” “Aku tidak tahu.”

 

 

 

 

Pesawat Pribadi

 

“Ibu Shinta makan siangnya sebelum sampai Jakarta,” ucap pramusaji pesawat pribadi.

 

“Siapkan saja, aku akan menunggu telpon,” ucap Shinta.

 

“Ibu, ini berkas, sertifikat, tanah untuk tempat penambangan emas, dan semua dokumen izin membangun bangunan workshop untuk pengolahan raw materialnya,” ucap anaknya yang bekerja dengan ibunya sendiri.

 

“Duduk di sampingku nak, aku ada berita untukmu,” ucap Shinta kepada anak perempuannya yang bekerja sebagai notaris.

 

“Ada apa, Ibu?”

 

“Aku tadi mendapat telpon dan sedang menunggu kabar lagi dari pihak bank, mereka bercerita ayahmu telah kembali, kukira ia telah lepas dari penjara dan akan ada banyak masalah di hadapan kita. Sebaiknya kita siap-siap saja!” ucap Shinta pada anaknya kemudian sambil memakan makanan yang disajikan sambil berbincang-bincang kembali.

 

Heru ternyata telah memiliki anak yang telah dewasa, dan Shinta memanfaatkan uang milik Heru untuk memulai usahanya, sebuah cerita keberuntungan ketika ia membeli tanah dan tanah itu menjadi kongsi usaha penambangan emas. Dalam pesawat pribadi mereka datang dari Filipina dan sedang menuju ke Jakarta, dalam perjalanan bisnis yang akan dikejutkan oleh kedatangan ayahnya, bahkan polisi.

 

Akan tetapi, mereka berdua tidak takut karena mereka menjalankan usaha dengan ulet dan menuju jalan yang benar. Namun, Agus yang telah mendapat informasi telah menunggu mereka di bandara tempat pesawat itu akan tiba.

 

“Selamat siang Ibu Shinta kami dari kepolisian,” ucap Agus dan Mayor Lina.

 

“Kami sedang mencari saksi dari para tersangka keterkaitan Albert dengan usaha suami Anda Heru.” “Permisi, saya tidak terima bila usaha tambang emas milik saya dan rekan-rekan itu sebagai usaha suami saya yang baru saja lepas dari penjara. Ini sepenuhnya sekarang usaha saya dari profit yang didapatkan adalah milik saya.

 

“Izin wawancara dengan Ibu untuk kisah yang terkait dengan Albert.” ucap Mayor Lina.

 

“Saya izinkan asal kalian tidak menghina saya dan anak saya!” Mereka akhirnya melakukan wawancara di rumah Shinta. “Maaf, izinkan anak saya mendengarkan wawancara ini, karena ia sudah besar. Sudah sepatutnya tahu seluk beluk keluarga,” ucap sinta sambil menjamu kedua polisi.

 

Agus dan Lina, mendengarkan, “Aku memang pernah tersangkut, Heru suamiku yang berkhianat, namun aku tidak punya pilihan karena hanya seorang wanita, yang sedang tidak berdaya dan bodoh.”

 

“Apakah ibu bernasib seperti Lista yang dikarantina oleh Albert?” ucap Agus menyela tidak diketahui karantina semacam apa yang terbayang, namun ketika diceritakan Agus, Shinta tampak sedih.

 

 

Bartender Teman Cakra

 

“Jasmine, aku minta satu long island,” ucap Cakra didengar Jasmine yang  menambah komentar menawarkan minuman lain, “ Tidak ingin yang lebih keras seperti Tequlia?”

 

“Oh tidak, aku sedang dalam masalah dan tidak akan berpesta malam ini,” sahut Cakra yang dibalas tanya, “Kau yakin, tidak ingin mencoba menghibur  wanita itu, selain diriku?”

 

“Baik aku akan minum tequila tapi bila dia menyambutku, tolong disiapkan saja teman,” ucap Cakra kepada teman kenalannya bartender, Jasmine.

 

“Hai, siapa namamu?” ucap Cakra kepada wanita yang tampaknya sedang butuh dihibur dan itu adalah Lista.

 

“Lista,” sahutnya memperkenalkan diri, “orang-orang di Indonesia terlalu ramah dan banyak perubahan di sekelilingku.” “Kau dari mana Lista?” tanya Cakra merasa komentar Lista tidak umum seperti wanita kebanyakan yang sekalipun sedang sedih di bar.

 

“Aku dari Indonesia, namun telah lama di Vietnam, dan kau mencoba menghiburku bukan? kecuali bila ternyata aku salah menduga kau sedang tidak.., 

 

mengejar wanita tua ini untuk menjadi objek romantismemu terbangun di pagi hari dengan telah pergi meninggalkan pakaiannya di bar bersamamu di kamar hotel?” Cakra mendengar humornya, dan sesaat yang menjadi pertanyaan Cakra, ialah “Pilihanmu akan membuka bajumu sekarang atau nanti di hotel?” sahut Cakra menanggapi humor Lista. Ironi Lista berubah pikiran sesaat, “Kau duduk saja di sini, di sampingku dulu, aku ingin melihat kau akan memberikan aku apa?” ucap sahut Lista meminta Cakra.

 

“Jasmine tolong servis tequila satu botol untuk kita,” ucap Cakra meminta kepada Jasmine.  Mereka berdua, Lista dan Cakra duduk di depan meja bar, tak lama Jasmine datang dan menyapa, “Selamat malam Tuan dan Nyonya, apa kabar,” ucap jasmine bersikap ramah.

 

“Apakah kau sering melihat dia menghibur wanita, selain diriku Jasmine?” tanya Lista tersenyum pada mereka berdua, membuat Cakra tersenyum.

 

Jasmine menyambut apa adanya, “Cakra, itu teman yang gentlemen, maaf saya berkomentar pada Anda siapa?” ucap Jasmine. “Saya Lista, apakah Cakra sering tergerak untuk menghibur wanita yang sedang sendiri di bar seperti saya?”

 

“Tanpa perintahku dia tidak akan berani karena dia pemalu, yang harus diberi dorongan untuk menikmati hidup,” sahut Jasmine. “Apakah aku harus berbagi kebutuhan dengan laki-laki pemalu ini, denganmu jasmine?” ucap Lista bertanya. “Kita bertiga maksudmu Lista, tentu bisa bila itu yang terbayang, namun mengapa tidak kalian menungguku setelah aku selesaikan bagian waktu kerjaku dua jam lagi.”

 

 

Dua Jam kemudian mereka dalam kamar hotel, dan selesai ritual kebutuhan mereka terpenuhi, mereka saling berbagi cerita.

 

“Tidak terlalu buruk malam ini bukan?” ucap Cakra seperti sedang menikmati humor keberuntungannya dengan wanita, untuk pertama kalinya. “Malam ini baru pertama kalinya aku melakukan ritual kebutuhan bertiga.” Dan itu dijawab dengan tawa oleh yang lainnya. Kiranya apa yang membuat mereka terdorong berkeputusan melakukan hubungan intim..,

 

bertiga. Cakra merasa terjebak oleh permintaan Jasmine,

 

sedangkan Jasmine merasa terintimidasi ingin bersenang-senang saja karena dia easy going sifatnya, sedangkan Lista malam itu di antara dua orang yang lebih beruntung terhibur malam harinya.

 

“Bila ini ritual tanggung jawab untuk bertahan hidup, apakah nasibku pernah paling sial, karena pekerjaanku sebagai wartawan baru saja waktunya, menjadi berubah kondisinya menjadi menarik. Mengapa nasib sial bila sesaat selintas barusan..,

 

ialah waktu yang membahagiakan,” ucap Cakra seperti sedang mensyukuri sesuatu. “Kalau aku merasa melakukan hubungan ini, karena easy going saja, kalau kau Lista?, Apa hal yang paling sial dalam hidupmu?” Lista mendengar Jasmine berkomentar dan eksperesi wajahnya yang sedang senang tiba-tiba berubah menjadi kembali murung seperti ketika Jasmine melihatnya pertama kali di bar.

 

Lista mendesah sedih didengar mereka di kamar itu, Lista duduk dengan mereka saling menantap, “Ada apa Lista, apa yang belum kau ceritakan?” Lista ingat membayangkan sial nasibnya dan akhirnya diceritakan juga semuanya.  Presentasi tentang pencarian Albert..,

 

di kantor polisi, Albert masih diam-diam tidak mau bercerita bahwa pada peristiwa yang kebetulan di malam ini untuk menceritakan dirinya bisa berkaitan. Lista bercerita bahkan ia bercerita akan mencari Albert untuk membalas dendam.

 

“Kau istri Toni? Aku tahu para polisi sedang mengincar Albert,” ucap Cakra

 

Hari esoknya mereka bertiga pergi, menemani Jasmine kembali ke klub di pagi hari yang Minggu, dengan seperti tadi malam..,

 

Lista dan Cakra duduk di meja bar, dan Jasmine membersihkan tempat itu yang sedang berantakan, dan selintas duduk Lista pergi ke toilet  Cakra bercerita, “Jasmine..,

 

aku tahu mengapa semalam Lista hanya mendesah, ia mendesah karena di kantor polisi mereka sedang mengunakan mantan suaminya yang bunuh diri sebagai teroris. Toni ialah yang bunuh diri karena terjebak menjadi teroris,” ucap Cakra pada Jasmine.

 

“Aku terkejut! Apa maksudmu, aku sedang bekerja dan kau baru saja membicarakan yang buruk tentang dugaan polisi pada suami Lista yang teroris, tapi apakah karena itu ia mendesah semalam, bukankah dia hanya pengedar?”

 

“Suaminya teroris, dan mereka para polisi sedang mencari Albert.”

“Setelah semalam Cakra, mengapa tidak kau ceritakan kau sedang dalam proyek di kantor polisi,” Lista tiba-tiba datang dari toilet mendengarnya.

 

“Aku sekarang punya pertanyaan untuk kalian berdua, apakah mendukungku untuk melakukan dendamku kepada Albert?”

“Karena telah menghancurkan hidupmu tentu,” ucap Jasmine sekata sementara Cakra terdiam bingung pada keadaan.

 

 

Karantina Tetesan Musibah

Peranan buta wawasan masyarakat sosialist

 

Aku atau toni, sebagai dasar wawasan manusia..,

 

dia presiden Suharto.., atau sebuah legal dari wawasan tidak sengaja setelah presiden sukarno..,

 

Karantina tetesan musibah delegasi putaran sosialist tempuh siapakah kami peran peran manusia dari generasi arti di balik manusia dengar klaim dari lahirnya “idologi” itu ini Indonesia dan aku di jebak peran dari ideologi akomodasi uang bila 1 rupiah maka mataram.

 

Satu konseptualisasinium, 1 rupiah dan 1 dolar rasanya semua paham pemerintah Indoneisa unttium dari unit uangnya ialah uang currency yang bukannya belum di tutup lapisan apa apakah moderating propsektus delegasi upaya alam dunia bersatu.

 

 Moderating prospektus peran peran, bagaimana legal tanpa musibah alam unit uang menjadi prinsip ide dimana bumi bukan perbedaan bila satu mata uang maka prinsip delegasi tujuan ‘persemakmuran wawasan’ tercapai dari satu serupa konseptualisasinium apa apakah ‘common wealth’ dari bersatunya belum setuju jika karantina tetesan musibah ialah mustahil.

 

Entah kapan publikasi pertama kali nilai  tukar di jaman mataram, apa apakah uang arti pertanyaan yang menggugurkan alam bumi ini ialah surga. Bagai air tetes tempuh terus 1 rupiah mataram atau 1 rupiah publikasi tertanggal uang tahun 2021 akhirnya ialah gejala unttium berlapis apa apakah loan system dari terbukanya masih bias di terima delegasi  “Government Loan”.

 

Presiden Suharto …, dia bukan najis yang kalian pikirkan mudah disalahkan sebab belum kriterianya “???” dia lelaki pada umumnya belum tunjukkan rasa beraninya dari ibu Tien, sebagai peran istri “aku yakin dia ramah” seutuhnya bagai aku di seberang merintih memohon peran istri yang tidak membuat aku seorang pecundang.

 

Dimana aku berdiri di putaran sebuah jembatan bila bagai anak peranannya jadi penghubung dari apa istriku yang akhirnya utuh kurang sempurnakan hidupku.

 

Kesetiaan Suharto tumbuh alami bagai hijau rumput menjadi karunia jika tanah ialah jelas bagai tumbuh dalam fungsinya hijau klorofil tidak lewat hijaunya klorofill getah ganja itu daun yang berbeda.

 

Masyarakat mabuk dengan opininya..,

 

Peranan masyarakat juga mabuk dengan belum siaga wawasannya lewat historium tanpa belum bertengkar.

 

Ingin aku bercerita dari sebab bagaimana delegasi putaran sosial apa apakah Indonesia,  lewat lalunya bohong apakah akhirnya kriteria fiksi itu ini, adalah paham pustaka dari limbo paragaraf kematian lingkaran hidupku adalah putaran aneh sebab adik ibuku dibunuh.

  

Aku melihat peran kriteria setia Presiden Suharto utuh penuh dengan damai, sebab itu ini gambaran tipe yang sama dari ayahku siapa? Dari telah siapa presiden Suharto langsung keluarganya yang mendapat musibah. Maka pada umumnya keluargaku baru kusadari masih belum menjawab mengapa duka patah hati aku gagal melihat sisi terang cerah jika dari masih musibah kemarin ayah yang pernah kuidolakan jadi sebab ternyata cacat jiwanya sebab suami.

 

Ibu, ayah , juga aku peranan fungsi cacat jiwa namunmasih berjuang terus tempuh bahagia sebab bahagia mustahil hanya di tempuh bila setia.

 

Kecuali inginku bias mentelusuri apa apakah utuhnya sidang Dice  dari aku menselidiki artikulasi peranan agenda berita acara jika pustaka kaset-kaset arsip apa apakah pengakuan berita acara wawasan pembunuh prospektusnya ialah wawasan utuh bentuknya fitnah dari misteri kriteria musibah agresinium dari kejadian..,

 

perkara pembunuhan dice. Sebab aku bertanya bukan menuntut. Namun ingin mengakhiri peranan menjadi air tetes sebuah seberang ingin tenang selamanya mensalahkan kedua orang tuaku bukan berperan menjadi mereka yang awalnya kuanggap najis.

 

Aku tahu bila validasi tanteku bukan manusia najis.., dia setia seutuhnya sebab malam itu kubayangkan dice di dorong propektus keinginan suaminyayang arsitektur juga ingin sukses meminta keberuntungan dice dekat dengan keluarga cendana…seolah belum ada yang tahu tommy Suharto atau bambang Suharto bukan tidak lewat di balik semua proyek dimana mereka beruntung aku yakin bukan korupsi memang utuh seutuhnya ada peranan iri hati dan kabur bahkan benci dari tekanan

 

“delegasi putaran sosial.”

 

Belum apapun apakah pemerintah dengan hukum negara.., “???” atau keadilan ialah ratapan diriku melihat sebab dari ibuku tidak sampai kuingat gendong asuh anaknya yang berumur lima tahun lewat kemarin beliau mati sebab atau loncat dari mobil sebab masalah..,

 

Aku masih sembunyikan sebab.., mengapa ibuku mati bagai anak yang menghantam jantung ibu sebab lewat kemarin ia tidak memperdulikan aku sejak awal. Melainkan peranan dia mesela dari aku berputar pada wawasanku sendiri terlanjur tumbuh.

 

Aku menduga apakah ibuku ada dalam meja hijau mentuntut pembunuh dice namun akomodasi ingin aku lihat suaranya durjana sedang bercerita bohong tentang bagaimana para pejabat di tahun 1985 membuat berita palsu.

 

Dia si pembunuh yang menebar propektus kebohongan dengan di kutip oleh press hingga masyarakat tidak lewat saat itu ikut membeli objektif cerita merasa menyelidiki peran pembunuh bercerita dice di mulainya konspirasi Ramalium Limbo Presiden Suharto Najis, padahal sakral jiwanya utuh setia menjadi presiden yang dermawankan waktunya mengabdi untuk anak negeri.

 

Penasaran apakah benar pejabat juri juri apapun anda percaya mereka selingkuh bahkan melewatkan pembenaran pembunuh lewat validasi kalaupun salah Pejabat-pejabat itu adalah ulasan Dice Tanteku adalah validasi belum yakinnya kalian pada arti setia adalah moral sebuah seberang berdampingan setia lalu ibuku mentuntut hukuman mati yang gagal kepada pembunuh menjadi putaran tempuh di mulainya air tetes tempuh terus kuselidiki kecuali belum aku di surga..,

 

       

 

Kabut Kegelapan Cinta

 

Kapan Berakhirnya Serupa

Bilantara Masih Terang

 

“Surga”

 

 

Apakah kabut bayu .. “Kau ratapi” masih mencari anugrah..,  kapan sepertinya kriteria cinta bertanda ‘kabut hitamnya pekat gendong arti seperti namaku arti pesannya ialah tanda di tipu dalam bergantinya pustaka.’

 

Nova bagaimana kau mencintaiku.., menjadi ibu lalu aku di luar seberang di luar rumput disebuah hidupnya seberang tumbuh kau pernah harus merasa menjaga diriku bagaimana belum berdaya dia ibu yang melihat anaknya sembunyi terlalu memaksa surat terusnya tempuh inginku menjadi bayu yang kau masih cium walaupun di seberang..,

 

Kemarin telah seperti setahun sejak kau dorong aku hingga belum keluar hampir terusnya belum kita surat menyurat tanpa terpisah.

 

Setiap masih meminta aku kau mencium membuat seolahnya kau dengar tanganku humor bagaimana kau bagaimana menjadi ibu lalu sebuah seberangnya kapan ingat cari rasa kita mencari kau lebih nikmat menciumku jika dia bayu dorongnya dalam sembunyi kucari kau dalam gelap humor tertawa aku memikirkan tanganmu ialah alun tempo jika dia jawab apa yang aku dorong dari sembunyinya sungguh kau menjadi ibu lalu aku di luar seberang penasaran sedalam apa aku dorong lidah ini di cium tertawamu dia kaget mencintai Nova bagaimana kau mencintaiku..,  lalu terus tempuh betapa semakin lidahku mendorong cium dirimu lebih dalam terus di dalam seberang seolah kita masih di jakarta berdua terus tetapi itu ini hanya sebatas surat tertawaku lebih tambah rupanya masalahnya cinta air lidahmu meminta aku kaget sebab apa kau jilat telingaku terus surat itu ini akhirnya dingin telingaku apakah tambah ingin kamu seperti anugrah selamanya.

 

Dia adalah di bawah, permasuri denganmu nova dorong relung tepi-tepi jurang kita diseberang masih mintaku sungguh ingin akhiri dilema suara pertanyaan gagal belumnya kau tahu relung terbuka dari tepi relung rasa rasa terus suratnya dorong lidahku dorong teteskan cium tepi kiri pertama bukan sedang sengaja relung bibir dorong fungsinya lidah kita berciuman sepasang. Setiap itu ini seksi bergandengan saling mendorong lidah terus mensuratkan seolah lahirnya prospektus ketika kita bebas dari dibawah bergandengan merasa masih aku cantikmu selamanya harus di tingginya relung sebab  jilatlah terus krimkan aku berita ke hatimu untuk selamanya kau simpan cinta itu ini ingat.

 

Bibirmu sihir prospektus prospektrum propektrium dorong lidahku mendengar bibirmu lihat relung apakah yang membuatku lama lama sulit juga belum pasti apa yang membuat bisa membuat sihir fungsi saat aku diseberang kaget gagal denganku sengaja relung setiap diatas terus ceritanya suratan terus putar rasa sampai dimana takdir apakah kabut bayu gagal salah tinggi dorong jurang di seberang. Kau sesaat di jakarta denganku rindu kala kota sebuah lidah rasanya haus namun “kau ratapi.”

 

“Apakah kabut bayu”

 

Prospektus prospektrium prospektrum batinku adalah takdir kaget bertemu remaja wanita yang Prospektus prospektrium prospektrum rinduku disihir terbangun jauh di sebuah seberang...,

 

Ibuku bertanya apakah kabut bayu “???” dari musibah jauh dorong aku di tepi-tepi prospektusinium prospektriumsinium prospektrumsinium arti nama-nama yang membuatku lahir berdiri lain diseberang rumput di luar dari empat musim.

 

Aku harus pura-pura mencintai seolah olah langit biru ialah biru cuaca Prospektus prospektrium prospektrum batinku sedang menjerit cuma hanya rindu pada seolahnya kau.., tapi aku menipu diriku gagal salah mengapa akomodasi terhormat sihir prospektus “???”

 

Setiap musim cuaca tanda tambah jauh di seberang kala kota empat musim ibuku bertanya “apakah kabut bayu”

 

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

 

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

 

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

 

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

 

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

 

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

....,

 

....,

 

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

“apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”.., “apakah kabut bayu”

 

..., seolah gantinya anugrah ada “?”

 

Tapi arti namaku nama nama yang ditanya.., berdiri aku bukan ketika datang di halaman rumahnya teman siapa dorong dia jadi takdirku untuk ajaib sihir hidupku yang kaget ternyata punya kesempatan bila denganmu.

 

Kabut kegelapan cinta terus tempuh dorong akhirnya jawab  aku di tunggu misteri untuk sebuah seberang hidup itu ini ialah kaget di temukan aku oleh misteri hidupku.

 

Kabut kegelapan cinta gendong  peran apakah arti telapak kakinya ingin dorong pasti jika terus artinya lama dia di jakarta dia dimana sembunyi di baliknya hati sabarnya rindu manis denganmu aku di jakarta. Lamanya hangus sampai tebu tumbuh adalah manis tiap tahun yang kita tunggu untuk kembali kau dorong aku atau peran aku menikmati manis cium arti dari satu arti manis tertawa bagai dalam mimpi rasanya manis.

 

Aku menunggu tapi misteri lain terlanjur rasa pura-pura senangku dengan rasa bumi langit biru seolah bercuaca “apakah kabut bayu”..,  dia bahkan tidak melihat sebab ada nama arti hidupnya ibuku yang membuatku akhirnya sadar kaget itu manis yang harus hidup selamanya di ganti wanita lain. Tanpa prospeksinium sihir prospektus prospektrium prospektrum batinku suka kaget dengan ketika kau dorong terus lidahku tanpa manis salah peran belum aku lupa.., rasanya ciuman rasa pertama .., setiap libur lalu lewat rumahku sendiri mengapa misteri halaman sederhana rumahku mengundang aku melupakan manismu namun jarum ganti sebuah jadi heroin itu kabut kegelapan cinta gendong nama Prospektussilisitrium prospektriumsinium prospektrumsinium misteri paksa lupa manis, peran-peran apakah jarum itu ini rasanya hilangkan takut sebentar saja sebab aku merasa aneh pada rasanya ibuku marah sebab seperti lupa ibuku memiliki adiknya celaka mendapat peran lama beruntung panjangnya umur sebab siapa sangka orang tuaku bermasalah namun setiap besok di jakarta aku bingung hidup untuk apa “?”

 

Dia menagis menemukan aku akhirnya, sedangkan kaget siapakah aku merasa bangun selalu di dorong pada realita setiap langit biru kulihat cuaca empat musim ingin melihat dia ternyata  hidupku membeli akomodasi sebuah cerita kala kota di balik asrama rasanya di jauh apakah apa jakarta ada sembunyi rasa dari cacat jiwaku ialah kutukan sejak aku berumur lima tahun lupa ingatan itu rasa empati intuisi untuk bermasalah dengan peran ibuku sendiri..., aku benci pura-pura manis melihat langit biru seolah seksi misterius dari terus dorong rasanya sepi tanpa dia. Maka putaran di bawah langit-langit sedang sementara kau di jakarta. Terlanjur patah hati sebab gagal tingkahku di terangkan rasa misteri cacat jiwaku adalah cacat hidupku dari aneh merasa lupa pada misteri sebab peran ibuku menjadi detektif pecundang dari untuk mencari jawaban benar.

 

Prospektus prospektrium prospektrum ditelan bumi lama seharusnya di balik jakarta ada halaman dimana aku memeluknya membayangkan berdansa ia manis yang kagetkan sangka apa arti hidup ini.

 

Prospektusinium prospektriumsinium prospektrumsinium jadi..., apa apakah di balik jakarta aku menjadi peranan baru dalam rehabilitasi narkoba.

 

Keluar dari rehabilatasi kaget manisnya dia menjadi proposional komposisi semua halusinasi pikiran cemburu lahir seekor demi selalu apakah iblis rasanya di luar sebab dia hitung aku berbeda.

 

Cemburu itu komposisi aku di dorong jatuh dari selalu aku lalu ada teman lebih seolah didengar bahkan sirna prospektus. Lalu berapa kali keluar masuk aku di jaga dalam rehabilitasi merasa cacat jiwaku itu ini ingin ingat beban pundak rasa aneh...,

 

Empat puluh tahun kemudian aku menulis alasan ini sebab gagal hidupku setia namun terobsesi kematian lalu suatu malam mengapa misteri cacat jiwa ibuku lahir ingkarnasinya menjadi dilema di pundak rasa pecundangnya diriku meratapi prospektus..,

 

Umurku telah empat puluh tahun terakhir hanya dalam hotel kala kota di seberang senayan. Ingat tergolek nikmat dalam tahun baru setelah manis lalu di seberang wanginya pahit di luar gedung rumput di luar kepanasannya lalu aku ingat sebab hukuman heroin pertama itu ini tahun kemarin setelah pertama kali wangi sedap lupakan manisnya di awal waktu cacat jiwaku sengaja ingin lupakan dia sebab pahit konflik ini adalah raksasa lebih besar artinya prospektrium.

 

Waktu belum musibah lain, waktu belum aku masih terobsesi kematian prospektus. Itu belum mabuk tahun 1994 kemarin ada dimulai setiap media membuka validasi jurnal bercerita belum prospektrium pernah 1 rupiah ketika mataram lalu tahun 1994 dia misteri siapa membawa akomodasi komposisi dari publikasi kriteria rencana fungsi berhenti lalu aku masih ingat celanaku masih biru SMP turun di sebuah mikrolet dan foto jurnal dari wawasanku belum mampu melihat indonesia telah terangkan apa setelah kemarin sd aku tahu ingin seperti suharto bila jadi seorang perwira namun beruntung dengan kagetnya sesaat sementara dia teman wanitaku masih sebab besok aku benci masuk sekolah kecuali sebab melihat dia gadis remaja di seberang ketika di sana bingung kaget aku juga benci pulang kerumah.

 

Rumahku masih terlalu belum menjadi kriteria halaman merajut bahaya apa saat putaran arti pustaka dalam diriku demam memikirkan apa yang membuat rumput di luar tumbuh subur telah tanahnya di racuni oleh kejadian malam dimana tante dice pun rasanya kemarin belum sebab komposisinya aku bertanya banyak arti salah langkah putaran gelap apakah hidupku.

 

Berumur empat puluh tahun ibuku sudah mati, hingga kematian sebelum kuduga agenda hidupku lebih baik setelah menikah dengan wanita yang prospektrumnya lain tumbuhnya kacau terlambat untuk nova terlambat untuk istriku. Aku terlajur bukan manusia yang bisa jadi presiden dan seorang perwira seperti idolaku siapakah aku bodohnya ingin jadi tentara nasional namun sensasi juridifikasi supernatural semesta alam seolah adalah lebih dari arti sekedar sebuah malam dimana ibu berteriak menjerit ketika dice adiknya telah membuat dimalam sama aku juga korban histeris malam dimana di mulai kabut kegelapan cinta, menjadi kuadran dimana konseptualisasinya ialah nama baik dermawan kriteria bijaksana peran dimana batas sebuah cerita dari solarium di sebuah ajaib orbital yang sedang bulannya jurnal jakarta baru dapet musibah setelah SLV 1983.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Baca Bab















Pengatar Cerita Naskah

SLV 1983

Tetes sebuah seberang

Hari artinya ajaib

Berdirinya dia

Hukum validasinium keadilan berputar

Tahun 1985

Lewati bagaimana

Subur Rumput Di luar

Tetes Sebuah Seberang

Kematian sebuah Prodigy

Langit Hatinya Solariumist

Janji Rumput Di luar Ingat

Limbo Kemarin Berperang Tambah Berapa

Cacat Jiwaku

Karakter di Balik Kamar Gelap

Di Balik Lampiran Proposal KBRI

Telegram dari Saigon

Hidangan di Kantor

Istrinya

Markas TNI AL

Shinta Cerewet

Ibukota Vietnam

Markas Saigon Menjadi Tawanan Petani

Karantina Toni

Memonopoli Pesta

Penghianat Tahun 80an

Ciuman di Saigon

Kabur

Kendali Pikiran

Sebelum Mati, Aku Mengaku gila

Toni di Samping Jurnal

Penyelam Kolektor Harta Laut

Berangkas arsip

Penyelidikan Cakra

Diskotik

Labotorium Polisi

Terjebak diperhatikan orang lain

Patah Hatimu Roy

Rekomendasi Lencana Agus

Dendam Lista

Penonton Drag Race

Pesawat Pribadi

Bartender Teman Cakra

Karantina Tetesan Musibah

  • Dapatkan link
  • Facebook
  • X
  • Pinterest
  • Email
  • Aplikasi Lainnya
Juni 21, 2021
  • Dapatkan link
  • Facebook
  • X
  • Pinterest
  • Email
  • Aplikasi Lainnya

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Juridifikasinium Hukum Kultur alami Manusia

Juni 25, 2021
  Juridifikasi Ketika Masih Juridifikasi apa apakah aturan dalam wawasannya dimana berbatas.., Dalam penciptaan manusia.., Ini itu ketika manusia melihat apakah kultur lalu belum lagi dimana objektif lintasan waktunya.., dimana peran Juridifikasinium sebuah lintasan dari keberadaan? Indah adalah masih bait sebuah kehidupan, dan paragraf apa apakah bentuk alurnya cerita berkata kau hanya musibah.., Mengapa dalam islam Musibah bila musik juga mengapa musibah bila menggambar atau seni rupa atau sungguh pernyataan ini terlanjur masuk dalam peran hanya mensuramkan kriteria wawasan mereka. Ini adalah sebuah pertanyaan mencari pencerahan bukan berarti saya mencari tuhan? Sebab kemarin rasanya ada yang bilang moral anak-anak orang Indoensia rusak sebab menyimpang dari koridor apa apakah agama? Lalu humornya saya memandang langit dan kemudian menatap apakah itu artinya sel molukul menjadi molukularsinium yang saya halusinasikan...,  Apakah arti dari juridifikasi sikologis dalam berwawa...
  • Dapatkan link
  • Facebook
  • X
  • Pinterest
  • Email
  • Aplikasi Lainnya
Posting Komentar
Baca selengkapnya

Reload

Oktober 16, 2022
Reload   :I: :O: :S:
  • Dapatkan link
  • Facebook
  • X
  • Pinterest
  • Email
  • Aplikasi Lainnya
Posting Komentar
Baca selengkapnya

Belum seratus tahun Indonesia merdeka

Juni 23, 2021
Ini itu Tanah Indonesia kita usir Pendatang apa bedanya Isrel mengusir paletina, Kita bunuh dulu orang orang belanda sebab hak kita ialah tanah Indonesia. apa apakah yang ada di masyarakat benar menilai mengukur sebab manusia bersekutu pada hal ilmiah yang salah masih. dan sejarah menceritakan sejarah kerajaan islam menjajah "tanah-tanah israel dalam detik plotiumnya" direbutnya..., indonesia membunuh untuk mengusir belanda, isrel juga..saja meniru indonesia..., ayo ributkan.
  • Dapatkan link
  • Facebook
  • X
  • Pinterest
  • Email
  • Aplikasi Lainnya
Posting Komentar
Baca selengkapnya

Blog Archive

  • 2023 1
    • April 1
  • 2022 1
    • Oktober 1
  • 2021 28
    • Juli 8
    • Juni 20
      • Dalam lamanya hidup Akromatikal Dalam Harmonitrium
      • Arsip 1
      • Datangi
      • Kota Yaverasi
      • Pegang di panggil sebuah bunga
      • Satu-satunya mahluk yang tidak cacat di alam semes...
      • Tahun 2024 Ramalium Bagaimana Kondisikan tiga peri...
      • Juridifikasinium Hukum Kultur alami Manusia
      • Juridifikasinium Hukum Kultur alami Manusia
      • Belum seratus tahun Indonesia merdeka
      • Pose Berlari
      • Siapakah solariumist sebuah alam galaksi
      • Bermimpi dari bunga Pathlummarutdirtum
      • Misteri hutan di planet lain
      • Polisi yang hidup di tahun 15890
      • Ramalium Limbo Presiden Suharto Najis
      • Misteri Hutan Nyatroh Planet Jalam
      • Jon Kairo Tahun 15890
      • Sekutu Lencana Vietnam 1983 (slv 1985)
      • Bermimpi Dari Bunga Pathlummarutdirtum
Tampilkan selengkapnya Tampilkan lebih sedikit

Label

  • arsip 1
  • bercerita
  • cerita
  • Cerita Pendek
  • Definisi Gambar
  • game
  • Gamesiniumsiologi
  • Harmonitrium
  • kultur
  • Mimpi
  • Musibah Masyarakatsiniumsiologi
  • Musik Pos
  • Politik
  • storyteling art
Tampilkan selengkapnya Tampilkan lebih sedikit